TAFSIRAN NARATIF
1 Raja-raja 21:1-16
Unsur-Unsur Penafsiran Naratif
1. Narator
Dalam cerita itu Narator seolah-olah sang narator ikut di
dalamnya, karena cerita itu sepertinya diceritakan ulang dengan apik, lugas dan
teratur dengan gaya bahasa yang mudah dimengerti oleh pembaca. Narator di dalam
cerita itu ingin menunjukkan hubungan antara satu karakter dengan karakter yang
lainnya (bagaimana karakter raja Ahab,
karakter Nabot dan karakter Izebel), dengan melihatnya dari sudah pandang sosial
kemasyarakatan (Penguasa/pengusaha melawan rakyat kecil/jelata), dari sudut
ekonomi (bahasa tukar guling, jual beli dan strategis letaknya) dan dari sudut
politik/hukum (perbuatan Izebel yang memanipulasi, merekayasa serta
menghalalkan segala cara demi keinginan dan kepentingan pribadi). Lalu dalam
ayat-ayat terakhir dengan lugasnya narator menampilkan sosok Elia, dari sudut
religi, yang akan menyampaikan firman Tuhan kepada Ahab, narator mau mengatakan
bahwa ketika orang dengan sewenang-wenang dan semena-mena, melakukan yang jahat
di mata Tuhan terhadap orang kecil dan tak berdaya, dengan membunuh dan
merampas tanahnya (Hak warisan dan tanah pusaka atas pembagian nenek moyang)
maka ia akan berhadapan dengan hukuman Tuhan.
2. Bangunan/Struktur Cerita
Pasal 21 ini dapat di bagi ke dalam beberapa bagian: Ayat 1-4
menyatakan tawaran Raja Ahab yang ditolak oleh Nabot. Ayat 5-10 adalah tipu
muslihat Izebel untuk memperoleh kebun anggur Nabot. Ayat 11-16 adalah
pelaksanaan tipu muslihat tersebut. Ayat 17-24 adalah penghakiman Tuhan atas
Ahab. Ayat 25-26 menyatakan riwayat singkat dari Ahab. Ayat 27-29 menyatakan
respon Ahab atas seluruh firman Tuhan yang diberikan kepadanya.
Kisah kebun anggur Nabot ini terjadi setelah pasal 18 dan 19
dimana Elia sudah mengalahkan 500 nabi Baal. Dalam pasal 20 adalah nubuatan
yang akan menimpa Ahab. Setelah itu terjadilah kasus Nabot. Jika peristiwa ini
dicatat secara kronologis berarti ada masalah-masalah yang krusial yang sangat
parah. Pertemuan Elia dan Ahab bukanlah pertemuan yang pertama. Elia sudah
pernah memperingatkan Ahab tentang masa kekeringan selama tiga tahun kemudian
Elia berdoa hujan turun, dan benar hujan pun turun. Kemudian terjadilah kasus
Ahab yang merebut kebun anggur Nabot.
Kisah ini terjadi di wilayah Israel. Israel waktu itu sudah
terpecah menjadi dua wilayah: Kerajaan Israel (Utara) dan Kerajaan Yehuda
(Selatan). Perpecahan ini terjadi setelah masa Salomo yang memiliki istri
begitu banyak. Israel utara dimulai oleh Yerobeam, Israel Selatan oleh
Rehabeam. Kedua Kerajaan ini banyak berseteru. Banyak yang dicatat mengenai
raja di Israel utara adalah raja-raja yang jahat, termasuk Ahab. Ahab
memerintah 21 tahun lamanya dan ia melakukan hal yang begitu jahat melebihi
raja-raja sebelumnya. Ahab pun mengambil Izebel, anak raja Sidon, dan pergi
beribadah kepada Baal. Inilah dosa Ahab yang paling besar. Ia kawin campur
dengan bangsa kafir dan beribadah kepada Baal. Kesalahan Salomo diulangi lagi
oleh Ahab. Kesalahan ini ternyata punya efek besar dalam rumah tangga Ahab.
(Ayat 1-4) Ahab meminta kebun anggur Nabot untuk dijadikan
kebun sayur baginya. Kebun anggur Nabot bersebelahan dengan rumah Ahab.
Sebetulnya permintaan Ahab ini cukup adil. Karena Ahab berjanji akan mengganti
dengan uang atau diberikan kebun anggur yang lebih baik. Mungkin harga yang
diberikan bisa jauh lebih baik. Tetapi jawaban Nabot begitu keras seolah-olah
ia tidak tahu terima kasih. Jika kita baca sekilas kita akan mengira Nabot
begitu kasar. Tetapi orang Israel diberikan tanah pusaka oleh Tuhan sendiri dan
tanah tersebut hanya boleh turun kepada keturunannya. Jika tidak ada keturunan,
keluarga terdekat sang pemilik tanah harus menjadi penebus dari kerabat mereka.
Inilah ketetapan yang diberikan Tuhan. Karena itulah Nabot lebih menghargai
milik pusaka Tuhan daripada harga yang ditawar oleh Ahab.
Nabot bukan tidak tahu mengenal hal ini namun ia tetap
memintanya. Ahab meskipun raja tetap tidak bisa mengambil tanah tersebut
seenaknya. Ahab telah melanggar firman Tuhan. Nabot pasti tahu Ahab itu raja
yang seperti apa, tetapi Nabot lebih takut kepada Tuhan sehingga ia menolak
dengan tegas tidak akan menjual milik pusaka itu kepada Ahab. Ini adalah contoh
dari umat Tuhan yang takut akan Tuhan lebih daripada takut akan manusia. Nabot
harusnya sadar konsekuensi apa yang akan dihadapinya waktu ia menolak Ahab.
Respon Ahab pun seperti anak kecil. Ia ngambek, tidak mau makan, gara-gara
tidak dapat kebun. Inilah sifat asli Ahab, tidak mendapat apa yang diinginkan,
ngambek. Berbeda sekali dengan Nabot yang menolak mentah-mentah tawaran Ahab
karena ia takut kepada Tuhan.
(Ayat 5-10) Bagian kedua adalah muslihat Izebel untuk
memperoleh kebun anggur Nabot. Izebel, si orang kafir itu, menasehati suaminya.
Dalam rumah tangga, jika fungsi kepala keluarga sudah beralih kepada istri,
apalagi istri yang tidak takut akan Tuhan, celakalah. Izebel memberikan jalan
keluar supaya suaminya tidak ngambek lagi. Izebel mempunyai pola pikir kafir.
Ia berpikir mengapa harus susah? Bukankah Ahab raja yang bisa mengambil kebun
anggur Nabot dengan paksa? Namun Izebel juga mengerti bahwa tidak bisa semudah
itu karena konteksnya adalah Israel. Israel berada di bawah pemerintahan Tuhan,
Teokrasi. Raja berada di bawah hukum dan harus takluk pada hukum. Untuk itu
Izebel meminta supaya dikeluarkan surat atas nama Ahab, dengan meterai raja. Di
sini kelihatan siapa yang menjadi kepala keluarga. Dalam dunia berdosa, kadang
hubungan suami istri menjadi tidak jelas lagi. Semenjak kejatuhan Adam dan
Hawa, perempuan ingin menguasai suaminya. Posisi berubah. Ini pun terjadi pada
keluarga Ahab.
Izebel mengirim surat kepada tua-tua dan pemuka Israel. Mau
apa Izebel? Izebel mau minta mereka menjadi juri atas peristiwa rekaan. Seluruh
kota diperintahkan untuk puasa dan Nabot harus duduk di paling depan di antara
rakyat. Pada waktu, jika seluruh bangsa disuruh untuk berpuasa artinya ada dosa
yang sangat berat sampai seluruh kota harus puasa. Bahkan ada yang berkabung
untuk meredakan murka Tuhan dan orang yang bersalah harus dihukum. Ini dulu
terjadi pada Akhan di kitab Yosua. Izebel mengerti tradisi ini dan ia
memakainya. Nabot disuruh duduk di paling depan dan menjadi terdakwanya. Dua
orang dursila, para penjahat yang hati nuraninya sudah mati, diminta untuk
bersaksi palsu mengenai Nabot. Izebel tahu bahwa saksi harus dua orang. Orang
yang satu membenarkan kesaksian yang lain. Kemudian Nabot dilempar batu sampai
mati.
(Ayat 11-16) Para tua-tua dan pemuka Israel melakukan persis
seperti yang diperintahkan Izebel. Mereka taat mutlak pada Izebel. Nabot
difitnah kalau ia telah mengutuk Allah dan Raja. Setelah itu mereka menyuruh
orang memberitahu Izebel bahwa Nabot sudah mati. Kemudian Izebel memberitahukan
Ahab untuk segera merebut kebun anggur Nabot. Orang-orang sekota Nabot yang
seharusnya membela Nabot, malah memfitnah dan mengeksekusi Nabot. Mereka lebih
takut kepada Izebel daripada kepada Tuhan, kontras dengan Nabot yang lebih
takut akan Tuhan daripada manusia.
Zaman itu, orang yang pertama kali bersaksi adalah orang yang
harus pertama kali melempari terdakwa tersebut dengan batu. Itulah sebabnya
Izebel memanggil dua orang dursila, yang sudah tidak memiliki hati nurani lagi,
untuk dengan tega melempari Nabot sampai mati. Sebetulnya tidak ada perkara
sama sekali tetapi ceritanya dibuat-buat oleh Izebel sedemikian rupa sehingga
masalah Nabot menjadi masalah terbuka dan sah. Nabot mati. Ahab pun tidak
peduli. Ahab hanya memikirkan keinginannya yang kini terpenuhi. Jika 1
Raja-raja 21 ini berhenti di ayat 16 ini, kita akan frustrasi. Bangsa itu
begitu rusak dan seperti tidak ada hati nurani sama sekali.
Dari bagian ini kita belajar bahwa umat Tuhan harus siap
mengalami ketidakadilan dalam dunia ini. Waktu umat Tuhan mempertahankan
kebenaran tidak perlu heran jika hal ini akan merugikan bahkan mengancam nyawa
mereka (1Ptr.4:12-13a). Nabot, umat Tuhan, waktu mempertahankan firman Tuhan,
mengalami ketidakadilan dan harus mati. Ketidakadilan ini seringkali terjadi
dikarenakan oleh pemerintah atau penguasa. Berulang kali Alkitab mencatat hal
ini. Para nabi dibunuh oleh raja-raja yang jahat. Yohanes Pembaptis dipenggal
karena Herodes mengikuti perkataan istrinya. Tuhan Yesus juga mati dibunuh
karena pemerintah. Paulus pun dibunuh oleh pemerintah Roma. Berapa banyak
gereja saat ini dibakar, ditutup, dianiaya? Di mana pemerintah? Ini
ketidakadilan yang terus terjadi. Tetapi kita sebagai umat Tuhan memiliki
contoh, Nabot. Tidak gampang menjadi umat Tuhan yang mempertahankan kebenaran.
Namun puji Tuhan dalam Perjanjian Baru ada Nabot yang lain (Mat.21).
Mat.26:59-61, saksi-saksi dusta bangkit melawan Tuhan kita. Nabot dalam
Perjanjian Lama adalah tipologi dari Nabot Perjanjian Baru, yaitu Yesus
Kristus. Kita sebagai umat Tuhan pun sama. Kalau Nabot dibegitukan, umat Tuhan
dibegitukan, Tuhan pun dibegitukan, kita pun akan mengalami hal yang sama.
Konflik, pergumulan, kesulitan akan dialami dalam mempertahankan kebenaran.
Tuhan kita pun mengalami ketidakadilan. Ini adalah darah orang benar yang akan
terkumpul sampai akhir zaman. Pada waktu murka Tuhan datang, hukuman itu akan
diberikan.
Cerita
ini dikembangkan oleh Narator dengan menunjukkan beberapa sudut pandang seperti
sudut pandang sosial budaya, ekonomi, politik, hukum dan religi. Narator
menampilkannya pertama-tama dari presfektif ekonomi (bahasa narator di sana, tukar guling (ruslah), ganti rugi, jual-beli
dan pembayaran) di mana kebun anggur akan dijadikan kebun sayur oleh Ahab.
Yang
berikutnya aspek budaya, di mana tanah itu adalah tanah warisan atau tanah
pusaka yang diwariskan oleh nenek moyang Nabot, bukan sekedar tanah dan milik
keluarga, tetapi tanah itu mereka yakini adalah tanah dari Tuhan atas pembagian
harta warisan terhadap suku-suku dan perorangan. Ketika terjadi pendudukan terhadap tanah Kanaan.
Lalu
narator menampilkan aspek politik, Izebel merekayasa dan memanipulasi serta
menghalalkan segala cara, ia memanfaatkan kuasa raja untuk mengambil tanah itu,
sedangkan Nabot bersikukuh dari aspek budaya, sedangkan Ahab dan Izebel
melihatnya dari sudut yang berbeda. Di satu sisi ada benarnya, ketika mereka
memilih untuk menjadi monarki (kerajaan) maka pada prinsipnya siapapun akan
tunduk kepada raja (kekuasaan raja sangatlah mutlak), di sinilah narator
melihat ada tragedi yang terjadi dari dua cara pandang yang berbeda, dengan
demikian Izebel berusaha merekayasa agar tanah Nabot menjadi milik raja. Pada
bagian terakhir terdapat aspek religi (keagamaan) di mana di sana kita bisa
melihat bagaimana pengaruh tradisi kenabian yaitu adanya penghukuman Tuhan kepada Izebel dan keturunannya. Ternyata Tuhan tidak
membiarkan kesewenang-wenangan terjadi orang yang kuat mempunyai kuasa terhadap
orang yang lemah/rakyat jelata. Narator menampilkan Elia sebagai nabi yang menubuatkan penghukuman
terhadap Ahab dan keturunannya. Dan Nubuat itu akan terealisasi dan
diwujudkannyatakan, namun narator menampilkan sosok penyesalan Ahab, sehingga
nubuat itu tidak dikenakan pada zamannya tetapi pada zaman anak dan
keturunannya.
3. Plot (Alur Cerita)
Alur atau jalan cerita yang bisa kita lihat dalam “Kebun Anggur Nabot” adalah alur cerita Maju dan mundur, hal itu
bisa kita lihat dari beberapa rangkaian cerita yang situasi
continuo/berkelanjutan dan ada juga yang mengalami kemunduran.
Adegan pertama : terjadi percakapan antara Ahab dengan Nabot yang boleh
dikatakan sangat alot, karena Nabot tidak memenuhi keinginan sang raja (seorang
rakyat kecil yang berani mempertahankan haknya) walaupun dengan tukar guling
dan uang pengganti (dibayar)
Adegan ke dua : Ahab masuk ke istananya dengan kesal hati dan gusar, lalu
berbaring di tempat tidurnya, menelungkupkan badannya dan tidak mau makan.
Adegan ke tiga : Izebel isterinya, datang menghampirinya, menanyakann,
mengapa hatinya kesal, sampai tidak mau makan. Dengan cengengnya Ahab
menceritakan pembicaraannya dengan Nabot kepada Istrinya
Adegan ke empat : mendengar jawaban Ahab, Izebel lalu berpikir picik dan licik,
ia menuliskan surat atas nama Ahab, memateraikannya dengan materai raja, lalu
mengirimnya kepada tua-tua dan pemuka-pemuka yang tinggal sekota dengan Nabot,
untuk memaklumkan puasa dan menyuruh Nabot duduk di barisan depan, dengan
mengambil dua orang dursila, sebagai saksi palsu, dengan mengatakan bahwa Nabot
mengutuk Allah dan raja.
Adegan ke lima : Hukuman kepada Nabot atas fitnahan yang ditujukan
kepadanya, ia harus dihukum mati dibawa keluar kota dan dilempari dengan batu.
Adegan ke enam : Setelah Nabot mati, mereka memberitahukannya kepada Izebel,
lalu Izebel mengabarkan kematian Nabot kepada Ahab, Ahab bangun dan pergi ke
kebun anggur Nabot mengambilnya menjadi miliknya.
Adegan ke tujuh : Firman Tuhan datang kepada Elia, untuk memberitakan sabda
Tuhan terhadap perilaku dan tindakan Ahab dan istrinya Izebel. Mereka akan
menerima hukuman Allah, karena telah membunuh Nabot serta merampas kebun
anggurnya (harta pusaka warisan nenek moyangnya) menjadi miliknya.
Adegan kedelapan : Segera sesudah Ahab mendengar perkataan Elia, ia mengoyakkan
pakaiannya dan mengenakan pakaian berkabung serta berpuasa, bahkan ia tidur
dengan memakai kain kabung dan berjalan dengan langkah yang lamban, ini
menunjukkan penyesalannya terhadap tindakan yang ia dan istrinya lakukan, dan
sampai pada akhirnya Tuhan melihat sikap Ahab atas kerendahan hatinya, Tuhan
mengasihinya dan peduli kepadanya dengan tidak mendatangkan malapetaka pada
zamannya, barulah pada zaman anaknya ia akan mendatangkan malapetaka atas
keluarganya. Selanjutnya pada ayat 28, dapat kita lihat alur mundur. Di mana
raja Ahab berubah pikiran (bertobat) setelah bertemu dengan nabi Elisa.
4. Karakteristik
·
Pemeran
Utama
Nabot. Melihat perbuatan Nabot dalam
ceritera ini dapat di katakan dia memiliki karakteristik yang teguh, setia dan
percaya diri. Hal ini dapat kita lihat kesetiaanya sewaktu dia berhadapan
dengan raja Ahab, di mana Ahab menginginkan kebun anggur Nabot, namun Nabot tetap berpendirian bahwasanya
tanah itu tidak boleh diperjualbelikan karena tanah itu adalah pusaka dari
nenek moyangnya (ay.3).
Raja Ahab. Ahab dalam ceritera ini
memiliki karakter yang kurang percaya diri (pimplan) hal ini dapat terlihat
dari percakapan dia dengan Nabot, dimana dia sedang berada dalam keadaan dilematis
dalam meraih kebun anggur Nabot (ay.7). Di sisi lain juga dia dapat dikatakan
rendah diri (hati), di mana dia merendahkan diri setelah berdialog dengan nabi
Elia setelah di utus Tuhan (ay.27).
Izebel. Setelah membaca ceritera itu,
dapat dikatakan sifat Izebel yang kontra. Artinya dia dapat dikatakan memiliki
karakter enipu, pembohong juga dapat dikatakan sebagai penghianat. Hal ini
semua dapat kita lihat sewaktu dia berusaha untuk mengirim surat kepada
tua-tua, pemuka-pemuka serta kepada seluruh masyarakat sekota dengan Nabot
dengan memateraikan surat itu atas meterai raja Ahab (ay.8).
Nabi Elia. Elia merupakan seorang nabi
yang disuruh Tuhan untuk menemui raja Ahab di Samaria. Elia dalam ceritera
memiliki karakter/sifat penurut, hal ini dapat kita lihat sewaktu Tuhan
menyuruh dia untuk menemui raja Ahab (ay.18). Di samping itu juga karakter Elia
juga dapat di katakana sebagai seorang hamba yang setia dan tulus, dimana dia
melayani Tuhan dengan tidak mengharapkan apa-apa.
·
Pemeran
pembantu
Orang-orang dursila. Orang
dursila hampir sama dengan orang-orang jahat. Dalam hal ini jelas kita lihat
karakter mereka yang jahat, di mana mereka ikut naik saksi untuk mengadili
Nabot (ay.13). Di samping itu juga mereka disebut sebagai orang jahat, yaitu
karena mereka ikut melempari Nabot sampai mati.
·
Pemeran
figuran
Tua-tua dan
Pemuka-pemuka. Dalam ceritera ini
sifat mereka tidak begitu ditonjolkan, tetapi yang jelas mereka ikut mendukung
untuk menjatuhkan Nabot melalui perbudakan Izebel (ay.11). Dalam hal ini karakter
mereka dapat dikategorikan sifat yang bodoh, karena mereka mau diperbudak dan
dibodohi oleh Izebel.
5.
Setting
Kejadian ini bermula di Samaria yaitu
(20:43) dan berakhir di kebun anggur (21:18). Semua bagian teks setuju
bahwa kebun Anggur Nabot berada di Yizreel yaitu di Samaria (18a). Sementara
Ahab berada di dua tempat yaitu di Samaria (4) dan di Yizreel (2). Adapun lokasi dan suasana yang terjadi di
dalam cerita tersebut terjadi dalam suasana yang berpindah-pindah, dengan
menunjukkan lokasi atau tempat sebagai berikut:
a.
Terjadi percakapan antara Raja Ahab dan Nabot,
kemungkinan besar Nabot dipanggil oleh Raja Ahab (di luar istana), untuk membicarakan perihal kebun anggur Nabot yang
berada tepat di samping Istana Raja, itu akan dijadikannya sebagai kebun sayur.
b.
Nabot pulang, lalu Ahab masuk ke istananya dengan kesal
hati dan gusar (terjadi di dalam istana),
lalu ia berbaring di tempat tidur dan menelungkupkan badannya dan tidak mau
makan (di dalam istana).
c.
Kemudian datanglah dua orang…dst, kejadian ini terjadi di luar istana/lapangan, atas
suruhan Izebel dalam suratnya lengkap dengan anda materai, kepada tua-tua dan
pemuka-pemuka yang diam sekota dengan Nabot, mereka memaklumkan puasa dan
menyuruh Nabot duduk di paling depan lalu menyuruh dua orang dursila (untuk
bersaksi palsu).
d.
Dalam ayat 13, rakyat membawa Nabot ke luar kota, lalu melempari dia dengan
batu sampai mati.
e.
Ayat 16, cerita itu kembali terjadi lagi di istana, di mana setelah Ahab mendengar Nabot sudah
mati dilempari dengan batu lalu ia bangun dan pergi ke kebun anggur (terjadi di luar istana), untuk mengambil kebun itu menjadi miliknya.
6. Konflik
Cerita
tentang kebun Anggur Nabot tersebut menggambarkan dua ide/konsep teologi yaitu
menyangkut masalah politik “penyalahgunaan kekuasaan” (tindakan raja) dan tentang penyataan iman “walaupun kejahatan lebih kuat, tetapi Tuhan adalah
Penghakim yang benar”. Hal ini tentunya berangkat dari berangkat dari konflik
yang berasal dari antara susunan cerita kekejaman raja (1-16) dan penghukuman
nabi (17-29).
Konflik
ini berangkat dari sumpah Nabot. Dia tidak mau kebun Anggur Allah dijadikan
sebagai kebun sayur. Nabot memahami ini dari sudut pandang ideologinya bahwa
kebun itu adalah “harta pusaka”. Ini ada hubungannya dengan ide teologi
Deuteronomistis. Ahab menginginkan kebun Anggur itu untuk dijadikan kebun
sayur, sebab dia melihat perbedaan kebun sayur di Mesir dan tanah perjanjian.
Keinginan Ahab yang tidak terkabulkan ini membuatnya frustasi, sehingga Izebel,
istrinya mengambil inisiatif untuk mengambil ahli merebut kebun tersebut.
Singkat cerita, Izebel menggunakan cara yang “kotor” untuk mendapatkan kebun
tersebut.
Selain itu, cerita ini juga mengandung atas beberapa
konflik:
a.
Konflik
manusia dengan dirinya
Terjadi konflik batin dalam diri raja Ahab, sebagai seorang raja tentunya
ia memiliki kuasa yang bisa melakukan apa saja terhadap rakyatnya, karena
dengan diangkatnya ia sebagai raja itu berarti setiap orang (rakyat) harus
tunduk kepadanya, siapapun mereka. Namun hal ini tidak ia lakukan karena
terbentur dengan sikap Nabot yang tegas, gigih dan idealis (mempertahankan
harta pusakanya) hal ini tentunya diketahui oleh Ahab (pembagian tanah pusaka
kepada seluruh rakyat Israel ber suku-suku dan perorangan). Konflik batin itu
nampak ketika ia kesal dan gusar, berbaring di tempat tidurnya dan tidak mau
makan.
b.
Konflik
manusia dengan manusia
Ini terjadi ketika istrinya Izebel mengambil inisiatif, memanipulasi
hukum, administrasi, hak dan wewenang. Pada prinsipnya Ahab tahu, bahwa yang
telah dilakukan oleh Izebel adalah sangat menyalahi hak dan wewenangnya sebagai
raja, tetapi itu ia diamkan, ia tidak berkuasa terhadap perlakuan istrinya. Ia
sangat jelas mengetahui bahwa apa yang
telah dilakukan oleh istrinya adalah
suatu kesalahan dan kejahatan yang sangat besar.
c.
Konflik
manusia dengan Tuhan
Timbul penyesalan dalam diri raja Ahab atas tindakan dan perbuatannya,
itu menandakan bahwa sebenarnya ia masih takut akan Tuhan, tindakannya memakai
kain kabung dan berpuasa serta mengoyakkan pakaiannya menunjukkan bahwa ia
masih ingin tetap di jalan Tuhan.
7. Skopus
Jika dilihat cerita dalam 1 Raja 21:1-29, maka dapat
disimpulkan bahwa Ahab sebagai raja yang melakukan sebuah kecurangan demi
mendapatkan apa yang diinginkan dari rakyatnya dan istrinya juga melakukan
tindakan manipulasi. Raja Ahab dan istrinya telah menggunakan otritasnya
sebagai raja untuk mengambil tanah atau hak milik orang lain atas rakyat jelata
seperti Nabot.
Sifat Nabot dalam cerita digambarkan sebagai sebagai
seorang rakyat yang memiliki karakter
yang tegas, teguh berpendirian dan tetap mempertahankan apa yang menjadi
hal hak miliknya. Satu hal yng menonjol dari cerita ini adalah sifat Nabot yang
walaupun dia adalah seoang rakyat biasa, tetapi berani dan rela mati demi
mempertahankan apa yang menjadi miliknya sebagai pusaka dalam keluarganya.
Tetapi dengan kejahatan yang Ahab lakukan, ia telah mencelakan dan
memperbudak dirinya sendiri. Nabi Elia juga turut ambil bagian dalam cerita
ini, di mana nabi Elia mengingatkan Ahab dan Tuhan menjatuhkan hukuman kepada
keturunan Ahab dengan medatangkan malapetaka terhadap keturunannya itu. Dalam
hal ini, Tuhan menegaskan bahwa setiap apa yang telah diterima manusia adalah
hasil dari apa yang telah ia perbuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar