Seorang laki-laki yang kalah dan selalu kalah

Senin, 11 Juni 2012

HAMBA YANG TIDAK BERGUNA


HAMBA YANG TIDAK BERGUNA

I.                   Isi ringkasan buku
1.1.            Menangani Konflik dan Tindak Kekerasan dengan Upaya Damai[1]
Berbicara tentang konflik yang menjadi pertanyaan sangat mendasar adalah apa atau faktor apa yang menjadi penyebab utama konflik atau masalah itu, dan siapa yang menyebabkan konflik itu ada. Kedua hal itu sudah menjadi sangat penting untuk mengulas konflik yang datang di sekitar lingkungan kita. Berbicara tentang konflik agama belakangan ini menjadi berita yang sangat hangat di kalangan antar agama, bahkan agama juga dijadikan sebagai sarana untuk menimbulkan konflik bahkan agama juga dijadikan sarana tempat menjalankan politik. Sehinggga yang muncul dalam pemikiran kita bahwa agama menjadi sumber utama penyebab konflik, dan itu lah yang menjadi pertanyaan mendasar oleh Wim Beukune dan Karl Josef Kuscel. Indonesia memiliki beragam agama, dimana masing-masing agama tentunya memiliki perbedaan.
Perbedaan yang ada tidak menjadikan antar agama menjadi saling rebut atau menjadi sangat fanatik terhadap agamanya sendiri. Di dalam Alkitab ada cerita tentang kekerasan dan konflik, namun hal itu dituliskan agar kita tidak meniru hal itu, namun kita harus mengambil makna positifnya dari kisah yang ada di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Awal konflik atau masalah yang muncul pertama kali adalah ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Tentunya dampak dari ulah Adam dan Hawa yang jatuh ke dalam dosa, maka timbul masalah yang datang di dalam hidup mereka, dan hal itu dapat kita rasakan dari nenek moyang kita. Konflik banyak terjadi antar agama bahkan dalam satu agama itu saja memiliki masalah yang belum bisa diselesaikan. Apalagi berbicara mengenai masalah kemajemukan di negara kita, pasti masalahnya menjadi sangat besar. Seperti yang dipertanyakan oleh Wim Beukune dan Karl Josef Kuscel, itu berarti kita sebagai orang kristen mengembalikan itu kepada pihak gereja untuk menangani masalah itu dan meluruskan tentang anggapan bahwa agama menjadi sumber utama penyebab konflik. Ada empat aspek kerukunan yang harus dinyatakan yaitu :
a.       Hidup rukun internal umat beragama dalam satu agama (intern agama)
b.      Hidup rukun antar umat beragama (ekstern agama)
c.       Kerukunan umat beragama terhadap lingkungan hidup dan seluruh ciptaan Allah
d.      Kerukunan dalam aspek vertical (hubungan baik manusia dengan Allah sang pencipta pemelihara serta penyelamat)
Dari aspek kerukunan dari empat aspek diatas juga terdapat di dalam Mazmur 133:1-3. Maka dengan adanya pegangan teologi maka seharusnya gereja mampu menangani segala konflik dan kekerasan yang terjadi di dalam gereja. Adanya konflik pada umumnya bahwa adanya perbedaan pendapat dan kepentingan, tidak demokratis, tidak hidup di dalam kasih, dengan demikian terjadi lah kekerasan dan konflik. Ada dua macam contoh kekerasan yaitu kekerasan pribadi dan tindak kekerasan stuktural. Analisis dari SWOT bahwa cara untuk menangani masalah yaitu dengan potensi, kelemahan, peluang dan tantangan.  Namun tidak menutup kemungkinan bahwa ada juga cara lain yang dapat menangani konflik yang ada yaitu :
Ø      Dengan datangnya konflik bahwa kita harus berpikir bahwa konflik itu merupakan tugas yang harus dilalui oleh setiap pelayan. Sebagai contohnya pada cerita Abraham dan Lot (Kej 13) yaitu cerita yang harus dipetik bahwa pelayan harus mau mengalah, karena mengalah bukan berarti kalah.
Ø      Selalu mencintai perbedaan dan kepentingan  yang ada. Kita harus mengikuti doa Yesus yang terdapat pada Yoh 17:21.
Ø      Dengan adanya konflik tetap harus demokatris-partisipatif. Seharusnya pelayan dan jemaat harusnya ikut berpartisipasi jika ada masalah dalam gereja sesuai karisma, dan semua jemaat dan pelayanan harus menjalankan tri tugas gereja. Untuk membangun tubuh Kristus (Ef 4:12b) diperlukan spiritualitas umat, adanya hubungan yang baik, demokratrif-partisipatif, memiliki martabat, santun dan tahan uji, ekonomi, sosial, politik kontemporer.
Ø      Menangani konflik dengan tetap berada dalam kasih Tuhan, yang berarti tidak berpikir negatif dan menghindari cepat tersinggung.
Banyak masalah atau konflik yang datang dan banyaknya perbedaan yang ada tidak menjadikan kita menjadi saling jauh, namun dengan adanya perbedaan maka kita harus tetap membangun komunitas yang baik dengan menciptakan kedamaian. Di dalam Perjanjian Lama sering diucapkan kata syalom yang memiliki arti bahwa selamat atau terhindar dari bahaya, rukun dengan orang lain. Dari kedua arti “syalom” itu maka kita harus mengaplikasikan itu didalam hidup kita. Di dalam Perjanjian Baru juga disinggung tentang kedamaian yaitu terdapat pada 1 Kor 14:33, Luk 1:79, Ef 2:14-17, Mat 5:9. Membawa kedamaian tentu saja bukan hanya seorang hamba Tuhan melainkan semua umat manusia baik itu di dalam gereja, lingkungan masyarakat, dan bangsa.

1.2.            Manajemen HKBP Masa Datang[2]
Manajemen HKBP saat ini banyak diperbincangkan, hingga saat ini HKBP sudah berdiri dengan usianya 150 tahun, dengan memiliki 13 pimpinan (ephorus). Tentunya setiap orang yang memimpin akan memiliki perbedaan dalam setiap kegiatannya, dan cara kepemimpinannya. Maka dengan 13 pemimpin yang pernah menjadi pimpinan HKBP tentunya masing-masing pemimpin memiliki visi dan misi yang berbeda-beda sehingga memiliki cara yang berbeda pula, dengan demikian banyak perbedaan yang terjadi sehingga memunculkan banyak perselisihan. Setiap masa jabatan kepemimpinan maka sistim dan pola kepemimpinan itu selalu tertuju kepada anggaran dasar dan anggran rumah tangga. Maka, dengan adanya sistem dan pola yang berbeda dari pemimpin banyak masalah yang timbul karena memiliki perbedaan yang mengakibatkan perpecahan, pemisahan diri, dan membentuk organisasi yang baru. Beberapa aspek yang menggangu kestabilan HKBP yang dikarenakan perpecahan adalah sebagai berikut :
a.       Adanya keinginan pimpinan gereja untuk memimpin lebih lama di gereja tempat ia melayani.
b.      Jabatan yang sudah diberikan disalah gunakan demi kepentingan yang lain yang merugikan semua pihak. Ada beberapa contoh penyalahgunaan jabatan dalam pengambilan keputusan yaitu :
Ø      Adanya mutasi pendeta, sebagai sarana kediktatoran seorang penguasa.
Ø      Adanya penempatan pendeta pada jabatan tertentu yang berorientasi pada kepentingan sendiri.
Ø      Tata administrasi dan keuangan menyalahi keputusan dan aturan yang sudah ada.
Ø      Pengelolaan organisasi yang dijalankan sesuai dengan kehendak pribadi.
c.       Lemahnya pengawasan intern.
Dalam rapat besar HKBP seperti sinode godang banyak yang memperebutkan jabatan, padahal banyak yang tidak memiliki jabatan yang tinggi lebih berperan aktif dibandingkan pimpinan yang tinggi, dan pimpinan pusat yang akan menetapkan siapa saja yang menduduki jabatan yang lain namun hal itu juga bisa memiliki kepentingan sendiri sebagai KKN. Dengan demikian HKBP menjadi tidak bersih karena sudah dikotori oleh kepentingan politik yang lain. Manajemen HKBP akan lebih baik lagi apabila pemilihan pimpinan gereja HKBP dilakukan oleh semua warga jemaat HKBP. Pada prinsipnya bahwa adanya organisasi ini dan manjemen yang dilakukan oleh HKBP adalah untuk mencapai visi dan misi yang sudah dibicarakan tentunya sebelumnya. Pertengkaran yang terjadi di HKBP itu terjadi antara sesama pendeta. Maka dengan ditemukannya banyak masalah maka harus ditemukan jalan keluar agar visi dan misi dapat terlaksana dengan baik dan lancar. Perlu diketahui bahwa visi dari gereja adalah gereja missioner yang adalah tubuh Kristus. Ada beberapa solusi yang ditawarkan oleh Drs Ev John B Pasaribu Phd yaitu :
ü   Perpecahan karena perebutan kekuasaan, solusi yang disarankan adalah bahwa pemilihan ephorus dan pimpinan pusat oleh seluruh warga HKBP pada gereja masing-masing.
ü   Adanya perpecahan karena ada sistem perkawanan, kelompok, golongan dan politik uang, solusinya adalah dengan memilih pimpinan oleh seluruh pendeta, dan memilih pimpinan secara langsung oleh semua warga HKBP.
ü   Perselisihan pribadi yang meluas kepada semua pendeta, solusi yang ditawarkan adalah dengan melakukan permutasian dengan dilakukan oleh Ketua Rapat Pendeta dengan pengesahan oleh pimpinan pusat dan pendeta tidak harus dimutasi menurut jangka waktu, pendeta boleh melayani disatu gereja hingga pensiun terkecuali warga dan ketua rapat pendeta yang memiliki pendapat lain.
ü   Masalah keuangan, solusinya adalah dengan keuangan ditata dengan sistem administrasi keuangan yang mengikuti sistim akuntasi yang berlaku umum dengan sumber dan penggunaan dana yang pasti, selama ini ada pelean kedua maka kedepannya harus  dirubah menjadi sistim target sehingga penerimaan jelas darimana datangnya, dengan adanya kepastian anggaran penerimaan memberikan kepastian program kantor pusat, dan kemudian perjalanan dinas pimpinan pusat dilaksanakan sesuai dengan rencana kerja tahunan dan acara distrik yang hanya dilaksanakan oleh praeses saja.
ü   Tentang pelayanan, solusi yang diiberikan adalah pelayan harus focus pada tiga panggilan gereja (marturia, koinonia, dan diakonia), pelayan harus bermutu dan fokus (pemeliharaan keimanan HKBP, penjaringan warga baru penyebaran ajaran Kristus, menjadi motor pelayan local).
ü   Pengawasan, dengan membentuk unit pengawasan intern dengan badan pusat pengawas pusat HKBP, Dewan Pengawas Wilayah dan Dewan Pengawasan Ressort, dan membubarkan MPS.
Sebenarnya masalah yang dihadapi oleh HKBP timbul dari sesama pendeta yang sudah kehilangan akan kasih. Yang harus diketahui oleh semua warga HKBP bahwa pimpinan HKBP bukan menjadi di dewakan melainkan ia hanyalah seorang pendeta yang dikuduskan oleh darah Kristus. Maka pimpinan HKBP secara iman dan penyempurnaan harus dilakasanakan dengan tegas. HKBP hendaknya memiliki manajemen kasih dan penuh dengan damai sejahtera dalam pelayanannya dengan manajemen seperti itu akan membuat HKBP mampu menjalankan visi dan misinya dengan baik.
II.                Tanggapan
2.1.            Tanggapan Konflik dan Tindak Kekerasan dengan Upaya Damai
Gereja dapat belajar untuk menangani konflik dan tindakan kekerasan yang terjadi  dalam kehidupan masyarakat dan bangsa yang pluralis pada jaman sekarang ini. Dan untuk dapat mewujudkan hidup dan persaudaraan yang rukun, tentunya Gereja atau seluruh umat Kristen harus tetap belajar menangani konflik dan tindakan kekerasan secara baik dan benar. Dalam praktiknya, tindak kekerasan dalam suatu konflik ada dua bentuk yang harus dibedakan penangannya, antara lain:
·         Tindakan kekerasan pribadi, tindakan kekerasan ini umumnya dilakukan secara pribadi yang ditujukan kepada pribadi lainatau kelompok komunitas tertentu.
·         Tindakan kekerasan Struktural, tindakan kekerasan ini bisa terjadi akibat dorongan suatu badan organisasi tau lembaga tertentu terhadap pribadi, golongan atau komunitas tertentu.[3]
-          Segi Agama
Agama memperkuat rasa hormat terhadap norma-norma masyarakat dengan cara mengaitkannya dengan hal-hal yang suci. Fungsi agama dalam masyarakat adalah mengenai masyarakat yaitu kompleks perilaku manusia yang tersusun yang memperlihatkan suatu tingkat keteraturan dalam waktu tertentu. Salah satu dari implikasi penting dari semua ini adalah masyarakat yang terdiri dari lapisan-lapisan yang merupakan kelompok, strata dan seterusnya yang melaksanakan fungsi yang berbeda[4]. Kerumitan antara agama dan masyarakat mempunyai implikasi penting bagi agama-agama yang lainnya. Dengan berkembangnya organisasi formal dan pengembangan struktur-struktur birokrasi. 
Umat setiap agama mempunyai keyakinan bahwa agamanya memiliki ajaran yang paling benar, oleh karena itu sering terjadi konflik antar umat beragama oleh karena pemahaman seperti itu. Memandang segalanya yang ada pada golongan agama lain serba bodoh dan serba salah, baik ajarannya, ibadatnya, maupun tingkah lakunya didalam masyarakat. Dalam kasus agama Katolik, sering terjadi konflik akibat sifat defenisi mereka. Seorang fanatikus akan dapat mengubah diri menjadi orang bijak dan toleran pada saat ia dapat melaukan pendiriannya; kalau ia dapat melepaskan pendiriannya yang salah, bahwa apa yang benar bagi saya adalah salah bagi orang lain; apa yang suci bagi saya adalah dosa bagi orang  lain dan sebagainya[5]. Agama juga adalah motor dan promotor penting bagi pembudayaan manusia khususnya dan alam semesta umumnya, atau meminjam kata-kata dari Peter L. Berger yaitu agama adalah usaha manusiawi dengan mana suatu jagat raya ditegakkan. Dengan kata lain, agama adalah upaya menciptakan alam semesta dengan cara yang suci.[6]
Mengenai konflik tentang masalah mayoritas dan minoritas umumnya bersifat naratif dan deskriptif. Masalah ini murni karena politik. Dampak hubungan mayoritas dan minoritas pada tingkat internasional kurang terasa daripada di tingkat  nasional. Dalam masyoritas keagamaan yang mengembangkan suatu ideologi yang bercampur tangan dengan mitos yang penuh emosi, dimana kepentingan keagamaan dan kepentingan politik luluh dalam satu kesatuan, disitulah tumbuh suatu keyakinan bahwa kelompok mayoritas inilah  yang dipanggil sebagai suatu kekuatan yang tak terkalahkan dan satu-satunya yang berkuasa untuk menentukan dan menjaga jalannya masyarakat. Golongan minoritas yang hidup ditengah-tengah mayoritas dan mengalami tekanan-tekanan dari padanya terakhir ini, justru merasakan dalam dirinya gangguan dan keresahan dalam arti konkret.[7]
Orang Kristen tidak hanya bertengkar, tetapi orang Kristen juga saling berbagai masalah mengenai masalah pribadi, dan aturan-aturan. Yang diterapkan oleh masing-masing agama telah dilanggar. Konflik-konflik dalam gereja sering kali menghancurkan. Tetapi dalam Kristen Yesus berkata untuk memanggil orang berdosa (Mrk 2:17b). Akankah orang Kristen lebih berdosa daripada orang-orang yang bukan Kristen, itu semua akan terlihat dari kekutan-kekuatan tertentu yang membentuk perasaan dan perilaku pihak-pihak yang terlibat dalam konflik gereja.[8] Mengelola konflik merupakan suatu pelayanan perdamaian. Bukan kita yang melakukan pendamaian, melainkan Allah. kita melakukan pekerjaan persiapan bagi aktivitas pendamaian Allah diantara pihak yang terlibat dalam konflik-konflik gereja, melalui perantaraan Kristus telah mendamaikan kitadan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kita (2 Korint. 5:14-18).
Pekerjaan persiapan yang kita lakukan bagi perdamaian oleh Allah dalam konflik terdiri atas upaya melakukan campur tangan terhadap prosesnya. Tujuan pelayanan kita adalah perdamaian oleh Allah. oleh karena itu, pelaksanaan pelayanan kita didalam dunia yang sementara ini mencakup upaya mengendalikan kehancuran manusia maupun mewujudkan keutuhan manusia. Mengelola konflik berarti bertindak secara sengaja sebagai pribadi-pribadi yang bertanggung jawab dan bukan sebagai pribadi-pribadi yang mengendalikan untuk memperngaruhi dinamika konflik.[9] Konflik-konflik gereja tidak berakhir, sebelum berbagai perbedaan yang dipertikaikan itu diselesaikan. Masalah-masalah ini dapat dipecahkan dengan cara berunding. Tujuan etika Kristen dalam pengelolaan konflik adalah mencegah bentuk untuk mencegah perpecahan selain penyelesaian menang atau benar. Seringkali konflik gereja berlangsung bertahun-tahun tanpa upaya-upaya yang dilakukan secara sadar atau didasarkan pada pengertian yang benar untuk menanganinya. Dalam etika Kristen tentang pengelolaan konflik, proses perundingan menunkukan bagaimana cara para pelaku memadukan komitmen-komitmen iman mereka yang berbeda hingga menjadi bagian dari keutuhan komunal yang lebih luas. Strategi merundingkan masalah mengamankan penyelesaiaan atas perbedaan-perbedaan pendapat dalam keadaan seperti itu, proses yang konfrontatif(destruktif) dihentikan dan seorang pengelola (pemimpin) akhirnya menggunakan satu strategi untuk mencegah berbagai interaksi destruktif. Proses perdamaian dengan cara berunding akan mendapatkan suatu kesepakatan untuk menghadapi berbagai perbedaan yang tidak terpecahkan secara konstruktif.[10]
-          Segi Masyarakat Sekitar
Kerukunan antar umat beragama merupakan sesuatu hal yang cukup sukar untuk diwujudnyatakan dalam kehidupan konkrit. Walaupun demikian harus ditegaskan bahwa kerukunan antar umat beragama merupakan satu-satunya pilihan. Kita tidak punya pilihan lain, kecuali harus terus mengusahakan dan mengembangkan kerukunan hidup antar umat beragama. Dalam pada itu, agama-agama mempunyai tempat dan peranan yang vital dalam menentukan kehidupan dalam bermasyarakat berbangsa dan bernegara. Mempertimbangkan semua itu, kita harus menyatakan bahwa tidak ada akibat yang sangat merugikan dan mengerikan bagi kehidupan bangsa kita dari pada bila terjadi ketidakrukunan diantara umat beragama. Oleh karena kerukunan antar umat beragama adalah satu-satunya pilihan, maka gereja-gereja beserta dengan seluruh warganya harus terus bertekad untuk mengusahakan, memelihara dan mengembangkan kerukunan antar umat beragama di negara kita. Kerukunan kita cita-citakan adalah bukan sekedar rukun, rukun sesaat dan temporer, melainkan suatu kerukunan yang benar-benar otentik dan dinamis. Dengan kerukunan yang otentik, dimaksudkan bukanlah kerukunan yang diusahakan hanya oleh karena alasan-alasan praktis, pragmatis dan situasional, tetapi semangat kerukunan yang benar-benar keluar dari hati yang tulus dan murni, yang didorong dan merupakan refleksi dari keyakinan iman yang dalam, sebagai wujud serta aktualisasi dari ajaran agama yang kita yakini. Oleh sebab itu, juga ada jugalah masalah teologis, masalah keyakinan iman.[11]
Konflik bernuansa agama yang telah terjadi amat memperhatikan kita dan merupakan ironi yang sulit bisa kita pahami. Diberbagai tempat di dunia, sentimen agama pernah atau masih mendorong perselisihan yang akut. Orang mungkin berdalih untuk mengingkari adanya hubungan antara agama dan kekerasan, tetapi dalih atau keterangan semacam itu tidak cukup menghibur ataupun memberi pemecahan yang kita harapkan.
Agama-agama primitif beranggapan bahwa kekerasan dan penderitaan berasal dari Tuhan sebagai hukuman. Dalam pandangan semacam ini mudah ditarik logika bahwa pengikut agama merasa berhak menimpakan hukuman kepada lawan-lawannya sehingga terjadinya konflik. Secara lebih konkret, membangun kerukunan antar umat beragama agar tidak menimbulkan konflik dapat digambarkan dalam empat macam bentuk kegiatan, diantaranya;
Ø      Dialog kehidupan antar umat beragama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling mengenal. Dialog atau dapat disebut oleh perbincangan saling komunikasi terjadi dalam kehidupan bersama sehari-hari, dimana orang-orang yang imannya berbeda mengalami situasi yangsama dan di situlah muncul kepedulian.
Ø      Dialog pengalaman religious, dimana umat beragama yang berbeda-beda berbagi pengalaman iman secara lebih mendalam.
Ø      Dialog Teologis, dapat dijalankan dialog dengan macam-macam ungkapan atau fungsi keagamaan. Bersama-sama dapat dijalankan analisis mengenai situasi yang dialami bersama, dapat pula diadakan kajian teologis.
Ø      Dialog kerjasama untuk memperjuangkan masyarakat yang lebih adil.
Upaya  pembangunan tidak perlu menghancurkan apa yang telah dipunyai oleh masyarakat, seperti agama; adat-istiadat kebudayaan atau sistem politik. Dengan demikian, pembangunan tidak perlu melahirkan konflik dengan nilai-nilai yang hidup di dalam suatu masyarakat, sejauh ia masih mampu membela dan berkembang bersama.  Agama mengandung ajaran-ajaran moral yang sangat berguna bagi pembangunan masyarakat dan agama dapat menjalankan fungsinya untuk mengawasi berbagai kehidupan sosial. agama dapat menjalankan fungsinya untuk mengawasi berbagai kehidupan sosial. melalui potensi moral yang dimiliki, agama dapat berfungdi membangun kehidupan masyarakat yang lebih baik.[12]
Banyak orang yang berpendapat bahwa konflik merupakan hal yang berbahaya dan tidak perlu. Namun kenyataanya konflik merupakan suatu keadaan yang tidak dapat dihindari. Sudah jelas bahwa konflik bisa menimbulkan hal yang tidak baik bagi organisasi, tetapi beberapa konflik dapat menciptakan pencarian penyelesaian, menangani konflik merupakan kecakapan penting dalam semua aspek kehidupan. Dalam menyelesaikan konflik dapat digunakan dengan cara tidak membiarkan ada yang merasa kalah, mengupayakan kedua belah pihak menang, serta mengupayakan kedua belah pihak tidak kalah. Semua itu dapat disimpulkan dengan cara damai. Konflik menurut Alkitab sebenarnya tidak diperkenankan Tuhan (Kej. 13:8). Dari Alkitab lah kita diminta Tuhan untuk menyelasaikan setiap konflik yang timbul dalam diri kita.[13]
Keberagamaan bukan hanya ditentukan oleh kesalehan, tetapi keberagamaan itu ikut diwarnai oleh faktor-faktor sosial-politis yang cukup kompleks dan sering sangat primordialistis. Dalam situasi demikian muncul lah berbagai sikap individual, maupun kolektif. Sikap individual itu pada dasarnya ditentukan oleh paham manusia yang lebih melihat dirinya sebagai individu sebagai pribadi. Dari hal inilah muncul sikap hidup yang mau mengembalikan agama kepada peran masa lampau yang berdiri kokoh atas fundamental agama yang diamalkan secara tradisional. Apa yang diajarkan di masa lampau sudah tebukti kebenarannya dan itulah yang harus diberlakukan pada setiap agama. tetapi setiap agama mempunyai misi meskipun memiliki ajaran atau pendapat yang berbeda-beda. Semua agama yang sadar akan misinya pasti menghendaki yang baik menurut paham dan keyakinannya masing-masing. Didalam setiap konflik yang disebabkan oleh perbedaan pendapat, bagi agama kristen misi itu ialah mengkomunikasikan Injil kesalamatan kepada semua orang, sebab Tuhan itu baik kepada semua orang (Mzm. 145:9). Misi inilah yang harus dilakukan dengan berbuat yang baik. Untuk melaksanakan misi itu adalah umat Allah dan gereja. Gereja harus yakin akan misinya dan harus manjadi pandu bagi masa depan yang penuh dengan pengharapan. Melalui pengharapan inilah umat kristen mendapatkan petunjuk agar mereka saling mengasihi dan saling menghargai antar umat beragama.[14]
Misi gereja ialah menerobos lingkaran kemanusiaan itu untuk membebaskan manusia menuju kepada masa depan yang berpengharapan untuk mendapatkan perdamaian. Dengan demikian kehidupan bisa bermakna, kasih Allah berawal di dalam Yesus Kristus dan bermuara ke dalam persekutuan dengan Allah di dalam Yesus Kristus adalah awal dan akhir. Tugas gereja ialah untuk menuangkan ke dalam program pembinaan umat dan pembinaan bangsa secara nyata di tengah-tengah konflik.[15]
Pendapat kelompok kami di negara indonesia ini yang banyak aneka ragam budaya dan agama ,kita harus bisa saling mengerti satu sama lain, memang misalkan kalau di negara indonesia mungkin ada beberapa langkah konkret yang bisa dijadikan untuk meredam atau mencegah munculnya konflik antar umat beragama, diantaranya adalah tokoh agama harus mampu memeberi contoh kepada masyarakat, bisa dengan cara dengan bermusyawarah yang baik dan saling memahami nya, kemudian masing-masing agama harus bisa menjalani tugas nya dengan baik semoga konflik di negara kita ini bisa selesai , dan bangsa kita ini menjadi damai dan rukun untuk selamanya , dan jangan ada lagi konflik yang melekat di dalam bangsa indonesia ini, smoga kedepan nya menjadi negara yang rukun dan damai serta bijak dalam mengambil kepetusan.
Di Indonesia, yang banyak terjadi adalah konflik intra agama dibandingkan antar agama. Maka, yang menjadi tantangan yaitu bagaimana menjadikan perbedaan dan konflik diatasi secara damai. konflik seringkali dilihat dari sisi akibat, bukan penyebab. Mereka (pihak yang berkonflik) punya hambatan dari komunikasi. Sehingga, mereka melakukan kekerasan. Selain itu, setiap manusia punya peranan sosial, jadi jika orang memerankan perannya, tidak akan terjadi konflik. Menurut kelompok kami cara meredam konflik adalah dengan berlomba-lomba berbuat kebaikan. Dalam hal ini, pemerintah sebenarnya memiliki otoritas sebagai pengatur kebaikan. Hanya saja pemerintah tidak melakukan itu. Sehingga, hal itu harus dibangun dari diri kita masing-masing.
-          Segi Teologi
Dalam perspektif inilah kiranya teologi perlu dibicarakan, karena teologi merupakan refleksi atas kehidupan beriman dan kehidupan agama yang benar. Maka pendidikan teologi yang berfungsi merefleksikan peran agama dalam masyarakat kiranya harus menjadi agenda untuk semua agama yang masih ingin bertahan.[16]
Pesan damai sangat terasa bagi umat kristiani, Yesus sebagai tokoh sentral dalam agama Kristen senantiasa mengajarkan umatnya untuk cinta damai. Yesus tidak hanya dikenal sebagi juru selamat tetapi juga diberi gelar sebagai Raja damai karena Dia adalah seorang yang anti terhadap kekerasan. Banyak cerita yang menggambarkan betapa Yesus adalah sang juru damai, bahkan di dalam Alkitab dapat dilihat bahwa tidak satupun ayat yang mengindikasikan bahwa Yesus pernah mengajak orang untuk berperang. Diantara ajaran Yesus tentang perdamaian adalah Yesus mengajarkan untuk melawan kekerasan tanpa kekerasan. Ajaran melawan kekerasan tanpa kekerasan ini bukan berarti mengajarkan kepasrahan atau tanpa perlawanan, tetapi juga mengajarkan jalan ketiga misalnya dengan menggunakan kekuatan moral daripada kekuatan fisik, mencari alternatif lain daripada menggunakan kekerasan, tidak membalas dendam, dan lain sebagainya. Alkitab berbicara tentang keadilan, pentingnya pemberian maaf serta mengasihi sekalipun terhadap musuh dan lain sebagainya. Yesus sebagai pembawa pesan damai juga memberikan teladan kepada umatnya bagaimana konsep tentang perdamaian itu dipraktekkan dalam kehidupan.
Kebenaran merupakan tiang pertama, karena temasuk di dalamnya pengakuan bahwa manusia itu bukan merupakan penentu dirinya sendiri melainkan bahwa dia dipanggil untuk memenuhi kehendak Tuhan, pencipta segalanya, yang merupakan Sang kebenaran mutlak. Dalam hubungan manusiawi, kebenaran itu mengandaikan ketulusan, yang merupakan syarat untuk saling percaya dan dialog menuju perdamaian.
Perdamaian tidak dapat terjadi tanpa keadilan, hormat kepada martabat dan hak perorangan. Tanpa keadilan baik dalam hubungan pribadi, sosial maupun internasional akan menyebabkan kekacauan dan kekacauan akan menyebabkan kekerasan di kehidupan ini. Keadilan juga harus dilengkapi dengan cinta. Dengan cinta, maka sesama manusia akan menjadi saudara, sehingga akan terjadi hubungan untuk saling berbagi baik dalam kesengsaraan maupun kegembiraan. Cinta juga akan membuat manusia untuk sanggup mengampuni dan memaafkan karena pengampunan adalah salah satu faktor yang penting dalam memulihkan perdamaian setelah pecah pertikaian.
Pengelolaan konflik tampaknya berlaku untuk pelayanan-pelayanan pendamaian yang mencakuo upaya menghalangi berbagai kekuatan dan struktur destruktif di sektor publik. Kita diingatkan bahwa konflik-konflik destruktif itu adalah pergumulan-pergumulan kekuasaan, dan bahwa konflik-konflik tersebut mengikuti suatu siklus yang dapat diramalkan berupa pola laten. Pelayanan-pelayanan yang menghalangi penggunaan kekuasaan kebijakan publik, tetapi upaya-upaya orang kristen di masa kini untuk bertarung demi perdamaian di sektor publik tidak selalu dipahami. Banyak orang kristen berupaya membangun perdamaian melalui komunikasi antar pribadi. Hampir semua orang kristen setuju bahwa bentuk-bentuk kekuasaan tanpa kekerasan adalah bentuk-bentuk pilihan etis dan inilah yang harus pertama-tama digunakan. Dan orang kristen juga setuju bahwa berbagai bentuk kekuasaan yang penuh kekerasan hanyalah sekedar langkah-langkah penahan sementara sampai bentuk-bentuk kekuasaan tanpa kekerasan dapat digunakan untuk memecahkan berbagai konflik sosial.
Orang kristen percaya bahwa Allah mengasihi dan mengklaim dunia. Gereja Allah hanyalah pengaturan sementara Allah. Orang kristen mengakui bahwa slidaritas manusia sudah merupakan sesuatu yang telah ada dalam penciptaan dunia ini oleh Allah. Dalam kenyataan ini, terdapat pengharapan untuk memecahkan konflik di sektor publik, bukan semata-mata menghalanginya. Inilah solidaritas yang diciptakan dan yang tidak dapat dihapuskan sama sekali oleh perbedaan-perbedaan agama.[17]

2.2.            Manajemen HKBP Masa Datang
Sebelum kita berbicara tentang manajemen kita harus mengetahui terlebih dahulu apa sebenarnya arti dari manajemen itu. Manajemen sering disebut dengan seni dimana memadukan segala tatanan, sumber daya, dengan memiliki tujuan tertentu serta menghasilkan para kinerja yang tangguh. Pada dasarnya manusia adalah seniman-seniman, dimana jiwa seninya berkembang dengan baik. Yang menjadikan adanya perbedaan adalah terletak pada finalnya atau hasil akhirnya, dimana ada hasil akhirnya yang dapat membanggakan, menunjukkan sesuatu yang tangguh. Namun, adakalanya bahwa hasil akhirnya tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan karena usaha yang dilakukan dengan berantakan. Seperti yang tertulis pada Filipi 2:5-7 dan Kejadian 11:3-4, dalam hal itu sudah disinggung bahwa dalam melakukan manajemen pasti selalu ada yang kurang. Meskipun ada yang kurang dalam pelaksanaannya namun manajemen itu sangat lah penting. Manajemen juga disebut dengan badan kolektif yang artinya bahwa manajemen berkaitan dengan pengolahan jabatan. Manajemen Plus adalah suatu seni yang memadukan suatu tatanan segala sumber daya dengan baik untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan kinerja yang tangguh yang dilengkapi dengan dasar-dasar Firman Tuhan yang pada akhirnya nanti akan mendatangkan sukacita bagi para pelakunya sebagai manusia yang seutuhnya yang terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Sebenarnya siapa yang menjadi pelaku majemen plus sebenarnya. Hal itu sebenarnya sudah terjawab bahwa manusia yang terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Selain itu juga dalam program pelaksanaa manajemen itu harus lah berlandaskan kasih yang terdapat dalam 1 Kor 13:4-8a, maka dari itu pelaksanaan dari manajemen itu harus menghindari perbuatan daging (Gal 5:19-21a).[18]
Dalam melaksanakan manajemen yang paling penting adalah bagaimana karakter seorang pemimpin didalam memimpin suatu organisasinya. Maka, dalam memimpin itu harus lah dapat mempengaruhi para anggotanya, dimana mempengaruhi dalam arti yang positif tidak negatif (dengan memiliki tujuan politik untuk kepentingan sendiri atau kelompok) agar mereka dapat melakukan apa yang diinginkan oleh pemimpinnya. Ada dua ciri kepemimpinan yang baik yaitu kehendak Allah ada dalam komunitas kerja dan komunitas yang mendukung kehendak Allah. Dalam konsepsi  keyakinan kristen bahwa Allah adalah raja atas segala ciptaanNya. Terdapat beberapa aspek yang mendukung kehendak Allah yaitu:
Ø      Kasih, seperti yang tertulis dalam matius 23: 37-40 bahwa hukum kasih mengajarkan untuk mengasihi sesama. Ketika anggota melakukan kesalahan seharusnya pemimpin tidak memojokkan atau mempermalukan anggota didepan forumnya. Kasih merupakan penghargaan terhadap kehidupan setiap orang, dan kasih harus di wujudnyatakan dalam pernyataan yang konkret
Ø      Keadilan, dapat dilihat ketika orang menerima perlakuan yang adil, yang sesuai dengan hak-haknya selaku ia menjadi anggota masyarakat.
Ø      Damai Sejahtera, dalam hal ini damai sejahtera tidak bermusuhan dan terlepas dari segala jenis gangguan dan kesukaran.[19]
Sesuai dengan tulisan John B Pasaribu, bahwa manajemen yang dilaksanakan oleh HKBP banyak mengalami perpecahan karena adanya kepentingan politik atau pribadi. Jahenos Saragih menawarkan beberapa hal dalam proses manajemen kepemimpinan gereja, kepemimpinan merupakan cara atau kemampuan untuk membimbing, menuntun, memandu, melatih dan memberikan pedoman untuk pencapaian tujuan sehingga kepemimpinan kristen dilihat dari segi Alkitab adalah suatu proses yang terencana dan dinamis dalam konteks pelayanan kristen yang didalamnya ada campur tangan Allah, dan Ia memanggil seorang pemimpin untuk mecapai tujuan Allah. Ada beberapa jenis kepemimpinan yaitu :[20]
§         Kepemimpinan berkharismatik. Kepemimpinan kharismatik adalah kepemimpinan yang dianggap memiliki kekuatan gaib atau mistis sehingga para pengikutnya percaya kepada pemimpin. Seorang pemimpin kharismatik menggunakan gaya yang diktatorial tetapi anggotanya setia bahkan pengikut kharismatik tidak mempersoalkan nilai-nilai yang dianut, tetapi sikap dan perilakulah yang digunakan.
§         Kepemimpinan Otokratik yaitu kepemimpinan berdasarkan kepemimpinan mutlak.
§         Kepemimpinan Paternalistik atau kebapakan. Kepemimpinan ini ditandai dengan bertindak sebagai bapak  yang mendidik mengasuh, membimbing, dan menasehati serta memperhatikan kesenanngan dan kesejahteraan yang dipimpinnya.
§         Kepemimpinan Demokratis, kepemimpinan ini ditandai dengan adanya partisipasi yang baik dalam penentuan tujuan dan pemanduan pemikiran-pemikiran untuk menentukan dan memutuskan cara-cara terbaik dalam melaksanakan pekerjaan.
Selain dari keempat jenis kepemimpinan diatas ada juga kepemimpinan yang lain seperti : (i) kepemimpinan pribadi, dimana gaya kepemimpinan ini mengadakan kontak langsung dengan bawahannya dan memberi petunjuk bagaimana menyelesaikan masalah. Adanya kontak langsung bawahan akan merasa bahwa pemimpin scara tidak langsung memberikan perhatiannya, memberi petunjuk dan membawa ke arah yang maju kepada bawahannya. (ii) kepemimpinan non pribadi, yaitu kepimimpinannya yaitu kebanyakan pemimpin menyuruh bawahannya melalui media non pribadi (surat keputusan, perintah tertulis, serta pengumuman-pengumuman yang lain), (iii) kepemimpinan yang alamiah, dengan kepemimpinan seperti ini diangkat secara spontan bukan karena pengangkatan, sehingga orang lain banyak taat kepada pemimpinnya.[21]
Dari kasus atau masalah yang dialami oleh HKBP pada saat ini terletak pada kesalahan yang terutama ada pada pemimpinnya bukan menejemennya. Menejemen tidak mungkin salah jika pemimpin melakukan menejemen itu dengan baik. Seperti kasus keuangan yang ada di HKBP pada saat ini, banyak pemasukan yang datang namun tidak diketahui bagaiman pengeluaran dan pemasukan uang yang transparan. Kalau memang transparan agar seluruh warga HKBP tidak mempertanyakan tentang sirkulasi keuangan maka sebaiknya diadakan laporan setiap bulannya ke berbagai gereja yang nantinya akan disampaikan secara langsung oleh pimpinan gereja itu, hal itu pastinya akan dilakukan jika kekuasaan yang dijalankan memang benar-benar transparan dan jujur. Kalau mendengar siapa sebenarnya yang menjadi Eporus HKBP hali itu sangat sensitive bagi semua kalangan terutama bagi warga HKBP yang tidak menyukai pemimpin HKBP, dan bahkan HKBP menjadi hacur atau pecah dikarenakan adanya benang merah antara blok A dan blok B. Ketika adanya rekonsiliasi seharusnya bersatu seperti umpasa “sada songon daion aek”, namun seperti yang kita lihat bahwa banyak sekali para pendeta yang ada di HKBP masih saling menjatuhkan untuk mencapai suatu kepentingan pribadi, dengan terjadinya perpecahan maka visi dan misi pun tidak bisa berjalan dengan baik lagi. Bagaimana para anggota dapat menjalankan anggota dengan baik jikalau seorang pemimpin HKBP tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Banyak pendeta yang menjadi mata uang-an, banyak pendeta yang menjalankan tugasnya demi kepentingan politik, sehingga untuk menjalankan tujuan politiknya itu maka pendeta yang lainnya akan disingkirkan (mutasi) dengan alasan yang tidak jelas.[22] Contohnya saja seperti yang terjadi  di dalam lembaga HKBP yaitu STT HKBP banyak sekali terjadi penyimpangan yang terjadi demi kepentingan politik yang ada, sehingga banyak mahasiswa yang menjadi korban karena kepentingan pribadi seorang pemimpin. Adapun beberapa penyimpangan yang terjadi atau yang dilakukan yaitu seperti pemindahan dosen yang berkualitas. Untuk menangani hal yang seperti itu maka demi membangun HKBP yang lebih baik lagi dimasa yang datang seharusnya :
v     Mengelola manajemen kristiani yang baik[23]
Dalam 2 Tim 3:15-16, dimana isinya mengandung manajemen kepemimpinan kristen. Maka manajemen kristiani adalah seorang pemimpin yang melakukan manajemen yang beralaskan pada firman Tuhan. Di dalam menjalankan manajemen pastinya diperlukan sarana dan prasarana yang mendukukung kegiatan itu, seperti manusia, dan materi-materi yang mendukung. Pemimpin sebenarnya adalah Tuhan (maz 48:15), maka manusia adalah sebagai alat Tuhan untuk mengatur, menata dan mengelola, dan manusia diberi tugas untuk mempelajari manajemen itu dengan baik (Ams 2:6). Berbicara tentang uang, bahwa manusia diajarkan agar tidak diperbudak atau mencintai uang, karena hal itu sudah tertulis didalam alkitab Pkh 10:19, 1 Tim 6:10-11 dan Ibr 13:5.
v     Perencanaan
Untuk melakukan suatu perencanaan yaitu 5W 1H, yaitu what, why, where, when, who, how. Hal itu harus benar-benar dalam perencanaan supaya tidak terjadi keributan dalam menjalankan tugas dengan baik.
v     Pengorgansisasiannya
Ini merupakan proses untuk menciptakan hubungan antara fungsi-fungsi, personalia, dan faktor fisik agar kegiatan yang harus dilakukan disatukan dan diarahkan pada pencapaian tujuan bersama. Adapun lanhkah-langkah untuk suatu pengorganisasian adalah :
1.      Memerinci suatu kegiatan untuk memperoleh tujuan.
2.      Memilih dan menetapkan SDM (sumber daya manusia) yang diperlukan.
3.      Membagi setiap kegiatan bagi anggota.
4.      Menetapkan job descriptions pada setiap anggota.
5.      Mengkombinasikan kegiatan anggota dengan cara logis yang memungkinkan organisasi efektif dan efisien.
6.      Menyiapkan mekanisme untuk mengkoordinasikan kegiatan anggota sehingga menjadi  satu kesatuan yang harmonis dan terpadu.
7.      Mengadakan tindakan penyesuaian untuk mempertahankan dan efektifitas dan efisiensi.
v     Pengarahannya, pengkoordinasiannya, pengendalian, pemasaran
v     Kepemimpinan ptakan hubungan anta
v     Pengambilan keputusan
v     Total kualitas manajemen[24]
Total kualitas manusia adalah penerapan metode kuantitatif dan pengetahuan kemanusiaan, untuk memperbaiki material dan jasa yang menjadi masukan organisasi, memperbaiki semua proses penting dalam organisasi.
Ada beberapa cara/metode yang menjadi tujuan HKBP di masa yang akan datang adalah :
-          Pemimpin harus mendengarkan suara para anggota dan seruan jemaat HKBP
-          Harus memahami keadaan dan masalah yang ada
-          Seorang pemimpin harus bisa memberikan kesejukan dan damai sejahtera
-          Pemimpin harus mendengar lebih banyak lagi dan bersikap bijaksana
-          Seorang pemimpin harus memiliki kepedulian dan perhatian kepada anggota dan jemaat
-          Membuka hati dan pikiran dan tanggap terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar
-          Seorang pemimpin harus berani mengatakan itu baik jikalau baik dan berani mengatakan tidak jika itu salah
-          Seorang pemimpin mampu atau bisa menjadi sahabat siapapun, tidak memilih-milih anggota siapa saja yang mendukung dirinya demi kepentingan tujuan/politik tertentu.
Menurut Kelompok bahwa ada baiknya dari yang disarankan oleh John Pasaribu, ketika dalam suatu instansi atau organisasi seorang pemimpin sudah memiliki kepentingan politik atau pribadi maka segala aturan yang ada di dalam organisasi itu akan tidak berjalan dengan tidak baik bahkan menjadi hancur. Banyak aturan yang merugikan orang yang tidak menyukai/ tidak pro dengan pimpinan, sehingga untuk menyingkirkan hal itu maka dibuatlah peraturan dengan kediktatorannya. Begitupula yang terjadi di HKBP sudah banyak penyimpangan yang bisa kita temui masing-masing. Ada banyak permutasian pendeta yang tidak jelas dipindahkan karena alasan yang jelas, dan juga masalah keuangan yang tidak jelas, dan masih banyak lagi. Tempat berpolitik ruang lingkupnya tidak di HKBP. HKBP adalah suatu gereja yang mana fungsi dari gereja adalah untuk beribadah BUKAN untuk mencari jabatan dan kekayaan. Kalau untuk mencari jabatan yang tinggi dan juga kekayaan seharusnya pergi ke dunia politik yang menjamin akan kekayaan dan dapat melakukan KKN dengan bebas. Untuk mengembalikan HKBP menjadi lebih baik tidak akan bisa jika seorang pemimpin hanya mementingkan dirinya sendiri demi tujuan tertentu.

III.             Kesimpulan
·         Perbedaan yang ada tidak menjadikan antar agama menjadi saling rebut atau menjadi sangat fanatik terhadap agamanya sendiri.
·         Ada empat aspek kerukunan yang harus dinyatakan yaitu : Hidup rukun internal umat beragama dalam satu agama (intern agama)
a.       Hidup rukun antar umat beragama (ekstern agama)
b.      Kerukunan umat beragama terhadap lingkungan hidup dan seluruh ciptaan Allah
c.       Kerukunan dalam aspek vertical (hubungan baik manusia dengan Allah sang pencipta pemelihara serta penyelamat)
d.      Hidup rukun internal umat beragama
·         Adanya sistem dan pola yang berbeda dari pemimpin banyak masalah yang timbul karena memiliki perbedaan yang mengakibatkan perpecahan, pemisahan diri, dan membentuk organisasi yang baru.
·         Sebagian gereja telah dijadikan tempat untuk kepentingan politik atau kepentingan pribadi seseorang, sehingga banyak manajemen yang dilakukan tidak sesuai dengan tujuannya.
·         Dengan adanya konflik dalam gereja, dapat membuat gereja tersebut dapat mencinta perbedaan yang ada ketika masalah itu sudah dapat diatasi.

IV.   Saran
·         HKBP hendaknya memiliki manajemen kasih dan penuh dengan damai sejahtera dalam pelayanannya dengan manajemen seperti itu akan membuat HKBP mampu menjalankan visi dan misinya dengan baik.
·         Dalam sebuah organisasi harus memiliki suatu kejelasan  dan memiliki manajemen yang harus jelas supaya semua tujuan yang akan dicapai akan terlaksana dengan baik.
·         Ikut serta dalam setiap visi atau pembaharuan-pembaharuan yang akan dicapai, dalam arti kita menjadi pelaku dalam setiap solusi.
·         Setiap konflik yang timbul dalam gereja, sebaiknya sebagai jemaat gereja harus diperhatikan dan ikut serta dalam mengatasi permasalahan itu sendiri.




[1] J. Boangmanalu, “Menangani konflik dan tindakn kekerasan dengan upaya damai” dalam Lambas Goeltom (penyunting), Hamba Yang Tidak Berguna, Jakarta:Gramedia, 2010, hlm. 322-338.
[2] John B Pasaribu, “Manajemen HKBP Masa Datang” dalam Lambas Goeltom (penyunting), Hamba Yang Tidak Berguna, Jakarta:Gramedia, 2010, hlm. 366-371.

[3] J. Boangmanalu, “Menangani konflik dan tindakn kekerasan dengan upaya damai” dalam Lambas Goeltom (penyunting), Hamba Yang Tidak Berguna, Jakarta:Gramedia, 2010, hlm.334
[4] Thomas F, O’ Dea, Suatu Pengenalan Awal, Jakarta : Rajawali dan YASOGAMA, 1987, hlm. 139-143.
[5] D. Hendropuspito, Sosiologi Agama, Jakarta : BPK-GM, 1983, hlm.155-156.
[6] Ibid, hlm. 159
[7] Ibid, hlm, 163-167
[8] H. F. Halverstadt, Mengelola Konflik Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004, hlm. 1-2.
[9] Ibid, 133-134 .
[10] hlm.224-247
[11] Weinata Sairin, Fundamentalisme Agama-agama dan Teknologi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996, hlm. 59-60.
[12] N. Muhammad, Hubungan Antar Agama, Yogyakarta: AK Group, 2006, hlm. 114-126.
[13] S. Wiryoputro, Dasar-Dasar Managemen Kristiani, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008, hlm. 123-133.
[14] T. Kobong, “Agama-agama Di Indonesia Memasuki Abad XXI” , dalam Weinata Sairin (Penyunting), Dialog Antar Umat Beragama, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994, hlm. 146-148.
[15] Ibid, hlm; 152
[16] A. Sudiarja, Agama di Zaman Yang Berubah, Yogyakarta: Kanisius, 2006, hlm. 65-67.
[17] H. F. Halverstadt, Op. Cit, hlm; 288-290
[18] Hariono Soemarsono, Manajemen Plus: Melengkapi Manajemen Modern Dengan Firman Tuhan, Bandung : Lembaga Literatur Baptis, 2004, hlm. 18-25.
[19] R. Sitanggang, Memimpin Sesuai Amanah, Pematang Siantar: L-SAPA, 2006, hlm. 36-105.
[20] Jahennos Saragih, Manajemen Kepemimpinan Gereja, Jakarta: Suar GKYE Peduli Bangsa, 2008, hlm, 117-120.
[21] Ibid, hlm 117-124.
[22] John Pasaribu, Manajemen Kepedulian, Jakarta: Yayasan JBP, 2008, hlm. 134-136.
[23] Sugiyanto Wiryoputro, Dasar Manajemen, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2008, hlm. 22-104.
[24] Ibid, 136-152.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar