Seorang laki-laki yang kalah dan selalu kalah

Senin, 11 Juni 2012

MENJAWAB TANTANGAN PEMIMPIN MASA DEPAN


MENJAWAB TANTANGAN PEMIMPIN MASA DEPAN
(A LEADER’S LEGACY)

I.                   Isi Ringkas Buku
1.1.      Kebermaknaan
Salah satu kebahagiaan terbesar dan tanggung jawab dasar para pemimpin adalah memastikan bahwa orang-orang yang mereka perhatikan selama ini menjalani hidup tidak hanya sekedar sukses melainkan juga bermakna. Pemimpin yang menjadi teladan lebih tertarik pada keberhasilan orang lain daripada keberhasilan diri sendiri.
Mengajar adalah salah satu cara melayani. Itulah jalan menularkan pelajaran yang diperoleh dari pengalaman. Pemimpin terbaik adalah guru. Guru terbaik adalah juga pemimpin terbaik. Saat pemimpin bertanya, “Bagaimana prestasi saya?”. Masalahnya, kebanyakan pemimpin tidak bertanya akan hal ini. Pemimpin terbaik tahu bahwa mereka tidak mungkin sempurna, jadi mereka merangkul “pengkritik yang penuh cinta” orang yang amat peduli untuk mengatakan kebenaran kepada pemimpin mereka.[1]

1.1.1    Pemimpin Melayani dan Berkorban
Sukses dalam kepemimpinan tidak hanya diukur dengan angka-angka. Menjadi pemimpin membawa pula tanggung jawab melakukan sesuatu bermakna yang membuat keluarga, masyarakat, organisasi kerja, negara, lingkungan, dan dunia menjadi tempat yang lebih baik daripada hari ini. Tidak semua hal itu dapat diukur. Kepemimpinan selalu dimulai dengan kesulitan dan penderitaan (menurut pengalaman kami dan orang lain). Jika kita ingin menjadi autentik dalam kepemimpinan, kita harus ingin melayani, dan kita harus ingin menderita. Segala sesuatu yang dilakukan pemimpin adalah menyediakan pelayanan. Suatu konstituen yang loyal menang ketika orang, secara sadar atau tidak, menilai pemimpin mereka mampu menyelesaikan masalah dan memenuhi kebutuhan mereka. Seorang pemimpin harus menangani masalah-masalah dan memenuhi kebutuhan orang lain secara pribadi. Loyalitas bukan hal yang dapat dituntut oleh seorang atasan, melainkan apa yang dipersembahkan orang kepada seseorang yang layak mendapatkannya. Pilihan mengikuti seseorang tidak secara sederhana berdasarkan otoritas, tetapi tergantung pada kemampuan pemimpin untuk memenuhi kebutuhan yang lainnya. Loyalitas diperoleh ketika konstituen memutuskan bahwa kebutuhan mereka terpenuhi, jadi pemimpin yang ingin berkomitmen lebih baik melihat bahwa pekerjaan mereka menuntut sikap responsive. Keyakinan untuk menjadi yang terbaik dalam pelayanan berarti menjadi lebih menaruh perhatian terhadap kesejehateraan orang lain daripada mementingkan kekayaan diri sendiri. Tujuan pemimpin adalah memobilisasi orang lain agar melayani suatu tujuan.  Ketika berbicara mengenai kepemimpinan sering sekali menggunakan kata hasrat. Dan disaat berpikir mengenai hasrat, kita berpikir mengenai emosi seperti antusiasme, niat, energi, keberanian dan intensitas. Berhasrat sama dengan menderita, orang yang penuh hasrat adalah seseorang yang menderita, dan orang yang peduli adalah seseorang yang mau turut menderita, serta berbagi penderitaan dengan orang lain. Setiap tindakan pemimpin menuntut penderitaan dan sering sekali pemimpin merupakan pilihan antara sukses pribadi pada satu pihak dan keamanan kesejahteraan dipihak orang lain. Kepemimpinan itu kerja keras. Jika ingin menjadi pemimpin, mesti membayar harganya dengan berkorban yang menunjukkan perbuatan bukan hanya demi kepribadian diri sendiri. Kontribusi paling bermakna yang dilakukan pemimpin bukanlah untuk keuntungan sekarang tetapi pengembangan jangka panjang individual dan institusional yang beradaptasi.[2]
1.1.2                                                        Pemimpin Terbaik Adalah Guru
Jika kita memiliki sebuah komitmen dan sebuah rencana untuk mengajar orang lain, maka kita akan berusaha untuk mempersiapkan diri dimintai mengajar. Dan kita akan tampil di depan banyak orang, dan itulah seorang guru. Cara terbaik untuk belajar adalah dengan mengajarkannya kepada orang lain. Dan salah satu yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin adalah mengajar dan menjadi mentor atau guru. Tidak semua pemimpin melakukan ini, tapi baiklah mereka manyadarinya. Pemimpin terbaik adalah mereka yang paling berhasrat terhadap pekerjaan mereka, organisasi mereka dan disiplin. Hanya dua alas an guru lebih tahgu dari murid, pemimpin lebih tahu dari konstituen. Pertama mereka mendedikasi diri pada pembelajaran. Dua, mereka menyenangi apa yang mereka pelajari.[3]
1.1.3                                            Kita Semua Perlu Pengkritik yang Penuh Cinta
Kredibilitas merupakan dasar kepemimpinan dari perspektif perilaku yang melakukan apa yang kita katakan dan yang kita lakukan. Menjadi pemimpin yang baik menuntut kesadaran diri yang besar dan hal itu menuntut kita bersikap rendah hati. Pemimpin harus memiliki rasa cinta yang besar ketika memberikan kritik. Janganlah kritik itu disampaikan karena rasa kesal ataupun sejenisnya, tapi baiklah sebuah kritik disampaikan dengan rasa kasih dan cinta yang besar terhadap mereka yang diberi kritik. Karena rasa kepemimpinan itu juga ambil bagian dalam hal memberikan kritik.[4]
1.1.4                                            Kitalah Pemimpin Terpenting Dalam Organisasi kita
Pemimpin yang paling mempengaruhi kita adalah orang yang paling dekat dengan kita. Pemimpin kita, kemungkinan besar adalah orang yang paling dekat dengan kita dan mengenal kita secara mendalam. Kita kemungkinan akan lebih mempercayai orang yang kita kenal, bekerja lebih keras untuk orang yang kita kenal, berkomitmen kepada orang yang kita kenal, dan mengikuti orang yang kita kenal. Maka dengan demikian, pengaruh kita sanagt besar terhadapa perkembangan oraganisasi kita itu. Kepemimpinan kita adalah penentu di dalamnya.[5]
1.1.5                                                                    Tidak Seorang Pun Suka Diabaikan
Warisan seorang pemimpin sesungguhnya merupakan warisan banyak orang. Pemimpin melakukan kontribusi unik, tetapi orang lain memainkan bagian yang signifikan. Memberikan penghargaan memastikan setiap orang akan menyadari bahwa mereka tidak diabaikan. Mereka akan tahu betapa pentingnya mereka atas terciptanya sesuatu yang bermakna.[6]
1.2                                                              Hubungan
Kepemimpinan adalah suatu hubungan antara yang beraspirasi memimpin dengan yang memilih mengikuti yang menuntut kesepakatan diantara mereka. Pemimpin harus belajar beradaptasi dengan siapa dia bekerja tetapi tegas dalam standar, teristimewa dalam dunia penuh keanekaragaman. Hubungan harus dibangun secara terus menerus, mengasuh dan mempertahankannya. Pemimpin juga harus memberi kebebasan kepada setiap bawahan dalam berkreasi.[7]
1.2.1                                                        Kepemimpinan Itu Personal
Sebelum mencapai hal yang besar, seorang pemimpin harus mengenal diri sendiri, apa yang dipersiapkan untuk dilakukan dan mengapa itu dilakukan.  Bawahan juga harus mengetahui dan mengenal siapa dan bagaimana pemimpinnya agar dia mudah untuk mengikuti pemimpinnya. Untuk menjadi pemimpin terbaik, adalah harus membuka kemanusiaan kita, karena itulah satu-satunya jalan menjalin hubungan dengan sungguh-sungguh terhadap orang lain. Oleh karena itu, jika ingin menjadi seorang pemimpin kenali diri kita terlebih dahulu sebelum orang lain mengenal diri kita dengan sungguh-sungguh.[8]
1.2.2                                                        Pemimpin Seharusnya Ingin Disukai
Kouzes dan Posner mengatakan: “Kita tidak mencintai seseorang karena siapa dirinya, tetapi kita mencintai seseorang karena cara seseorang mempengaruhi perasaan kita”. Maksudnya seorang pemimpin harus berusaha mempengaruhi perasan bawahannya agar dia disukai oleh bawahannya tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan menghormati, mendengarkan, mendukung, mengenali, membuat merasa penting, meningkatkan keterampilan dan menunjukkan rasa percaya kepada bawahan. Hal ini adalah factor utama untuk menjadi sukses dalam kehidupan. Dengan demikian, pemimpin seharusnya ingin disukai agar mudah meraih kepercayaan bawahan. Dan kita akan diperlakukan dengan baik.[9]
1.2.3                                                        Kalau Kita Tidak Sepakat, Cobalah Mengerti
Dalam suatu perusahaan seringkali terjadi perbedaan pendapat, hal ini akan mengakibatkan hubungan pemimpin dan bawahan menjadi jauh. Oleh karena itu, cobalah belajar cara menangani situasi paling menantang dengan motto hidup “musuh adalah guru terbaik”. Ketika kita berada dalam konflik dengan seseorang, tanyakan pada diri sendiri apa yang perlu saya pelajari? Kita juga harus sadar bahwa tujuan kita dan bawahan adalah sama, dan setiap orang ambil bagian dalam tujuan yang sama itu. Oleh karena itu, pemimpin dan bawahan harus saling mendukung. Dengan demikian kita menjadi sadar akan kemampuan kita sendiri. Karena kesadaran diri merupakan penentu sukses dalam kepemimpinan. Dan lebih baik mengikuti kata-kata dari Kouzes dan Posner yang mengatakan : “Kita tidak perlu memenangi setuiap pertempuran, tetapi justru berusaha menyatukan keputusan agar bisa memenangi pertempuran sebagai hal yang utama”.[10]
1.2.4                                                        KitaTidak Boleh Percaya Begitu Saja
Kepercayaan adalah lem social yang melekatkan hubungan manusia agar dapat menyelesaikan sesuatu yang berarti, namun kepercayaan itu perlu diuji. Oleh karena itu, kita harus terus berusaha memupuk kepercayaan dan jangan pernah menerimanya begitu saja. Karena kepercayaan kadang-kadang bisa runtuh.[11]
1.2.5                                                        Bebaskan Orang-orang Kita
Setiap orang butuh kebebasan demikian juga dalam suatu instansi untuk menjaga kinerja kelompoknya yang tinggi. Bruce Hillberg mengatakan: “rekrutlah orang yang pandai dan dapat diandalkan, kemudian biarkan mereka melakukan apa yang menurut mereka paling baik”. Hal ini dapat menjadi pedoman bagi kita untuk memimpin dengan memberi kebebasan kepada orang lain untuk melakukan apa yang diperlukan guna mewujudkan tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian, tanggungjawab pribadi akan muncul jika orang punya kebebasan berkehendak dan jika mereka mencoba melaksanakannya. Dengan kata lain, setiap orang menerima konsekuensi atas tindakannya.[12]
1.3              Aspirasi
Orang berkomitmen pada penyebab, bukan pada rencana. Komitmen itu digerakaan oleh apa yang disenangi. Warisan abadi dibangun di atas fondasi prinsip dan tujuan kokoh, artinya kepemimpinan adalah pengembangan diri yang paling penting. Pemimpin harus menentukan apa yang berarti dalam hidup sebelum menjalani hidup yang berarti. Pemimpin diharapkan melihat ke masa depan, memandang jauh ke depan dan mengkomunikasikannya. Hal itu bukan tentang peramal melainkan tentang kemampuan melihat dan memahami tentang pengetahuan apa yang terjadi dalam waktu dekat. Perlu untuk diingat, bahwa masa depan bukan hanya milik pemimpin, bukan hanya visi pemimpin untuk membuat itu terjadi. Kepemimpinan itu juga bukan untuk segelintir orang, tetapi itu bisa dimasuki oleh semua orang.[13]
1.3.1                                                        Memimpin dari Dalam ke Luar
Kepemimpinan yang sesungguhnya datang dari dalam ke luar, dan itulah yang dikatakan sebagai kepemimpinan yang serius. Dan inilah salah satu cara untuk merespon apa yang paling diharapkan dan diinginkan oleh konstitue dari kita. Kepada seseorang yang mengaku pemimpin, perlu ditanyakan hal berikut :
·                                                         Siapa Anda ?
·                                                         Siapa yang Anda Wakili dan apa Keyakinan Anda ?
·                                                         Kemana Anda hendak membawa kami?
·                                                         Seberapa andal Anda dalam tugas ini?
·                                                         Apa yang membuat Anda merasa mampu dalam tugas ini ?
·                                                         Apakah Anda benar-benar tau apa yang membaut Anda dating ke sini?
·                                                         Perubahan apa yang Anda akan lakukan ?
Orang selalu ingin tahu sesuatu tentang orang yang memimpin sebelum mereka menjadi orang yang mengikuti. Pencarian itu adalah untuk menemukan kesadaran yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin. Rasa percaya diri adalah kesadaran yang yang sesungguhnya atas kekuatan kita.  Kekuatan itu akan jelas jika kita mengidentifikasi dan mengembangkannya. Pengembangan diri dimulai dengan system nilai kita, yaitu dengan menjernihkan nilai dan aspirasi diri yang mana itu merupakan masalah pribadi. Kita harus tahu siapa kita dan apa pentingnya kita. Seorang yang bernama Mike berusaha menemukan apa yang mencengkeram dia sebagai seorang investor. Dia menyadari bahwa tantangan kepemimpinan yang dihadapinya dalam pekerjaan merupakan hasil ide-ide kaku kepemimpinan yang umum dan ketinggalan zaman. Maka dia mengeksplorasi wilayah dalam dirinya dan dia berkata, saya sadar bahwa hasrat memberikan saya inspirasi untuk memimpin. Mike menyadari nilainya jadi dia merasa lebih membumi dan percaya diri. Kejernihan nilai pribadi berarti besar terhadap motivasi perasaan, kreativitas, dan komitmen. Seorang Tanveer mengatakan, satu imbalan langsung dapat mengembangkan kejernihan nilai dan hal itu membantu mendapatkan daftar keinginan serta membangun dukungan dasar vital terhadap pemimpin. Dia juga mengatakan, bahwa untuk mendapatkan dasar yang kokoh bagi para pemimpin, kita harus memiliki keyakinan yang jelas. Ketika nilai sudah sesuai dengan tindakan,  kita sudah mendapat kredibilitas yang dibutuhkan orang lain agar percaya pada kita.Orang hanya bisa jujur jika mengikuti kata hatinya. Maka dengan demikian, pemimpin harus menaruh telinga ke hati agar dapat bertindak dan berkata jujur. Kejernihan nilai adalah penting guna mengetahui apa yang baik untuk dilakukan.[14]
1.3.2                                                        Memandang ke Depan Adalah Syarat Kepemimpinan
Pemimpin sekarang harus memiliki perhatian terhadap dunia masa depan. Mereka memiliki tugas untuk memastikan bahwa mereka meninggalkan organisasi mereka dalam keadaan lebih baik daripada ketika mereka menemukannya.  Hal yang membuat orang berpikir tidak panjang adalah perubahan yang cepat. Dan juga kekhawatiran terhadap dunia ini. Sangat sukar untuk mendapatkan kemana tujuan kita sementara dunia semakin berubah. Manusia selalu ingin aksi yang jelas dari para pemimpin dengan isu kritis yang memengaruhi hidup mereka. Tekhnologi dunia yang selalu memberi kejutan dan juga perdebatan internasional yang mengancam, bencana alam juga menciptakan kesengsaraan. Itu gambaran dunia yang penuh dengan tantangan. Maka dengan adanya tekanan seperti itu, kita harus bisa berorientasi ke depan. Kegagalan kita memandang ke depan mungkin hasil ketidakpedulian kita terhadap masa kini daripada akibat factor lain. Banyak pemimpin yang tidak sungguh-sungguh hadir, tubuh mereka dalam sebuah ruangan namun pikiran mereka tidak ada di sana. Dengan keadaan demikian, maka mulailah memberi perhatian terhadap keadaan sekeliling. Pemimpin terbaik memberi perhatian terhadap lingkungan. Memandang ke depan tidak sama dengan menghadapi tenggang waktu untuk proyek saat ini. Tugas seorang pemimpin adalah untuk memikirikan proyek berikutnya, serta memikirkan apa yang selanjutnya. Banyak pendapat mengatakan supaya kita jangan menghadapi waktu untuk operasi sehari, melainkan lebih banyak meluangkan waktu untuk peluang masa depan.[15]
1.3.3                                                        Bukan Hanya Soal Visi Pemimpin
Pemimpin merasa bahwa mereka satu-satunya visioner, pemimpin jadi beranggapan bahwa orang lain mengharapkan mereka memandang ke depan dan mereka maju sendiri. Pemimpin merasa bahwa visi mereka itu menjadi masalah. Benar memang pemimpin diharapkan melihat ke depan, tetapi bukan berarti menjadi peramal. Dan yang diinginkan orang bukanlah visinya, tetapi aspirasinya. Mereka ingin melihat gambar kehidupan mereka di masa depan yang sedang dikerjakan pemimpin. Jadi bukan visi yang terpenting melainkan proses. Agar dapat mendeskripsikan gambaran meyakinkan mengenai masa depan, anda harus dapat menangkap apa yang diinginkan oleh orang lain dan itu artinya anda harus mengetahui harapan, mimpi, dan ketertarikan mereka. Maka dengan demikian anda harus membicarakan tujuan masa depan tersebut dengan cara yang dapat menggoda mereka.[16]
1.3.4                                                        Bangkitkan Pemimpin Dalam Diri Setiap Orang
Banyak pemimpin yang sebenarnya tidak pernah menjalankan proyek kepemimpinan seperti yang mereka bicarakan, tetapi mereka bangkit untuk tujuan itu. Beberapa orang mungkin mengalami kemarahan, tetapi beberapa orang lagi mencari peluang yang tidak dilihat orang lain. Ada juga yang sampai memburuk. Tidak satupun diantara kita yang mengetahui kekuatan diri kita sesuangguhnya sampai kita tertantang mengeluarkannya. Kepemimpinan bukan sebuah tempat atau kode rahasia, tetapi merupakan seperangkat keterampilan yang dapat diamati dan kemampuan yang bermanfaat tanpa memandang keadaan dimana seseorang itu berada. Sebuah keterampilan dapat diperkuat dan ditingkatkan jika punya motivasi dan hasrat. Di suatu tempat kepemimpinan kita akan keluar dengan percaya diri dan dengan kapasitas untuk memimpin.[17]
1.3.5                                                        Pemimpin Juga Adalah Pengikut
Pemimpin yang baik adalah pengikut yang baik, dan pemimpin yang baik adalah orang yang memahami batasnya dan mau menerima nasihat lisan dari pengikutnya. Kepemimpinan merupakan hubungan yang dinamis antara pemimpin dengan pengikut yang dapat bertukar peran sebagai pemimpin dan pengikut. Hal ini memungkinkan pemimpin mentransformasi pengikutnya menjadi pemimpin. Setiap orang memahami visi, nilai apa yang diharapkan dan cara berkontribusi untuk membuat perbedaan. Setiap orang terdorong untuk melakukan apapun guna mewujudkan sesuatu. Setiap orang merasa menjadi bagian dari kelompok dan merasa punya hak untuk memimpin. Menuju kinerja yang baik tidak tergantung pada pemimpin melainkan pada kepemimpinan yang terfokus pada proses. Pemimpin seharusnya tidak pernah mempermasalahkan bahwa mereka bertanggungjawab. Mereka harus berfokus pada tujuan. Pemimpin harus memikirkan apa yang terbaik bagi misi dengan melihat ke sekeliling dan menemukan apa yang terbaik antara orang dan tugas. Mereka mengembangkan bakat sehingga orang dapat mengambil inisiatif. Tanpa kita sadari pemimpin juga mengikuti bawahannya, dan itu artinya kita harus mencari semua ide yang baik. Ide yang berproses baik secara khusus dating mereka yang melakukan pekerjaan tertentu dan idé produk serta jasa yang baik dating dari mereka yang menikmati pekerjaan tersebut. Jadi tugas pemimpin tidak mencari kejeniusan, melainkan kemauan mendengar dan mengikuti ide orang lain.[18] 
1.4                                                                                      Keberanian
Keberanian itu penting dan biasanya berkaitan dengan penapilan manusia super, pejuang hidup dan mengatasi hal ganjil yang mustahil. Keberanian ada dalam diri setiap orang, tetapi ada jika dibutuhkan.[19]
1.4.1                                                                    Kita Semua Punya Keberanian
Keberanian kadang disalahartikan oleh orang lain. Keberanian memberi kebangkitan terhadap bayang-bayang tampilnya keberanian dan saraf baja. Bagaimanapun juga keberanian itu bertanggungjawab. Keberanian diartikan sebagai penengah antara kebodohan dan jiwa pengecut. Orang yang menunjukkan rasa percaya diri berlebih juga dianggap bodoh. Tetapi ketakutan bisa juga membuat orang terlalu berjaga-jaga dan lari dari kesulitan. Keberanian setiap orang memang berbeda, tetapi setiap orang itu memiliki keberanian. Tiap orang memiliki pengalaman yang menuntut keberanian, namun banyak orang yang takut menunjukkan keberanian itu. Keberanian itu sebenarnya adalah kebaikan yang dibutuhkan jika kita sungguh-sungguh ingin mentransformasi hidup kita dan kebaikan yang diperlukan jika kita ingin melakukan suatu hal yang sangat penting bagi kita. Kepemimpinan itu adalah tentang membawa orang ke tempat yang belum pernah disinggahi dan tidak dapat pergi tanpa keberanian. Kepemimpinan adalah keberanian yang diwujudkan, keberanian memberi energi untuk maju.[20]
1.4.2                                                                    Kita Tidak Dapat Merencanakan untuk Jadi Berani, Tetapi kita Dapat Memilihnya
Keberanian tidak dijalankan demi kepraktisan, namun harus dipilih. Ambillah waktu untuk mengeksplorasi peran berani yang terjadi dalam hidup. Karena setiap orang punya kisah untuk diceritakan dan itu sangat bermanfaat.
Pada umumnya tindakan berani berkaitan dengan kesulitan. Tantangan keras selalu berhubungan dengan saat-saat yang diliputi keberanian, jika keadaannya mudah maka keberanian tidak diperlukan. Dan jelaslah bahwa tantangan, kesulitan atau bahaya menciptakan keadaan untuk hadirnya keberanian dalam menyelamatkan sesuatu. Gambaran media tentang keberanian adalah kesan dimana seakan-akan tidak ada rasa takut. Ketakutan dan keberanian selalu beriringan. Titik keberanian adalah titik saat ketakutan bertemu dengan bahaya. Itulah wilayah kebersamaan yang perlu di ekplorasi. Kita harus mendekati dan merangkulnya. Walaupun takut dan diliputi kegelapan, kita harus bertindak. Saat memasuki wilayah keberanian, itu artinya memasuki wilayah keterbukaan. Jika ada yang menghentikan kita dari tindakan berani itu adalah ketidakinginan kita untuk menderita. Tidak tidak selalu siap, tetapi bagaimanapun keberanian tidak muncul tanpa suatu derajat penderitaan dan kehilangan. Keberanian itu tidak bisa direncanakan, namun kita dapat memilihnya. Bebicara tentang perjuangan hidup orang salah satu cara menyiapkan pilihan itu.[21]

1.4.3                                                                    Perlu Keberanian untuk Menciptakan Kehidupan
Kita mau menciptakan kehidupan dan bukan hanya hidup, yang sebagaimana kita semua tahu berdasarkan pengalaman sendiri dan pengalaman orang lain membutuhkan keberanian. Untuk menciptakan hidup yang aman dan bermakna serta memiliki perbedaan dengan orang lain membutuhkan keberanian. Termasuk untuk perbedaan yang abadi. Seorang Rosa Park yang berkulit hitam disuruh pindah dari tempat duduknya oleh seorang supir bus, supaya ada tempat duduk bagi orang kulit putih. Dan dia tidak mau. Ini merupakan tindakan sederhana. Namun hal ini sampai kepada pengadilan dan benar-beanr menegangkan situasi. Rosa tidak banyak bergerak dan berbicara, namun hal sepele tersebut telah berdampak dasyat sampai ke tingkat pengadilan. Dari keputusannya untuk berpindah tempat duduk, Rosa menunjukkan kekuatan dari satu orang. Itu mrnunjukkan bahwa mungkin juga untuk sartu orang membuat perbedaan. Dan setiap orang berperan dalam kehidupan dunia ini. Rosa contoh yang mengagumkan tentang bagaimana setiap orang itu memiliki potensi mengubah dunia. Keberanian mengalir dari komitmen terhadap keyakinan. Keberanian Rosa untuk tidak pindah dari tempat duduknya adalah sebuah tindakan keberanian. Rosa memiliki keberanian yang jauh mengakar di dalam keyakinannya terhadap seperangkat prinsip pemandu yang tidak hanya baik bagi dirinya, tetapi juga dalam inti sebuah negara. Rosa adalah orang biasa yang berkulit hitam, tetapi tindakannyalah yang membuatnya berbeda. Perubahan nyata dan abadi tergantung pada diri.[22]
1.4.4                                                                    Keberanian Menjadi Manusia
Kepemimpinan adalah pengalaman rendah hati dengan keberanian menjadi manusia. Dengan kata lain, kita akan sadar bahwa kita adalah manusia, maka kita membebaskan diri dan membuka diri kepada orang lain dan mengundang mereka untuk bergabung dalam menciptakan sesuatu yang tidak dapat kita ciptakan sendiri. Jika kita menjadi lebih rendah hati dan tanpa prasangka, maka orang lain punya kesempatan untuk dikenal dan merasa diperdulikan. Kita juga butuh suara yang sinis, skeptis, alternative, tantangan, kejutan, dan nasihat demi menjaga kebebasan kita. Kita harus sadar bahwa sepandai-pandainya kita, kita tidak lebih pandai dari semua orang yang disatukan.[23]
1.4.5                                                                    Kegagalan Itu Pilihan
Dalam hidup kita sering mengalami kegagalan, dan kegagalan itu adalah pilihan. Hal ini dikatakan karena saat kita mencoba melakukan sesuatu yang belum pernah kita lakukan sebelumnya, kita sebenarnya tidak pernah melakukannya dengan benar pada pertama kalinya. Dan jika kita tidak mau gagal atas apa yang kita lakukan, kita tidak akan pernah menjadi besar dan tidak akan pernah berinovasi. Oleh karena itu, jika kita ingin menjadi seorang pemimpin, kita harus dapat menerima kesalahan atau kegagalan orang lain dengan terlebih dahulu menerima kesalahan atau kegagalan kita sendiri dan berusaha untuk memperbaiki dan belajar dari kegagalan itu.[24]
1.4.6                                                                    Tidak Ada Jaminan Uang Kembali
Dalam suatu praktek kepemimpinan segala sesuatu dapat menjadi destruktif seperti kebaikan menjadi tidak baik dan kekuatan menjadi kelemahan. Hal ini dapat terjadi apabila kita terlalu terobsesi dan kita terlalu focus terhadap nilai-nilai kita sendiri dan cara kita melakukan sesuatu. Dengan demikian kita tidak akan diterima menjadi pemimpin, namun kita akan dijauhi dan pekerjaan kita gagal dan sia-sia. Itulah yang dimaksud dengan Tidak ada Jaminan Uang Kembali. Oleh karena itu, kita harus tetap berfokus pada perbedaan yang kita buat maka orang lain memperoleh sesuatu dari kita  dan itu akan terjadi dengan sendirinya.[25]
II.                Tanggapan
Kita pasti merasa aneh dengan kepemimpinan yang dibahas dalam mata kuliah teologi dan manajemen. Kita juga pasti berpikir apa hubungan kepemimpinan dengan manajemen? Namun kepemimpinan adalah teknik atau cara pimpinan untuk mengarahkan dan menyuruh orang lain agar mau mengerjakan apa yang ditugaskan.[26] Sebagai pemimpin pasti menghadapi banyak tantangan diakibatkan beranekaragamnya manusia yang dihadapi. Oleh karena itu Kouzes dan Posner dalam bukunya: “Menjawab Tantangan Pemimpin Masa Depan”, berusaha memberikan solusi bagi pemimpin yang ingin sukses. Kami juga akan mengaitkannya dengan pemimpin gereja saat ini yang menghadapi banyak jemaat dan rekan kerja di pelayanan yang beranekaragam. Kouzes dan Posner memang tidak membahas tentang pemimpin dalam gereja, namun solusi yang ditawarkan juga bermanfaat bagi pemimpin gereja. Dan hal itulah yang kan kami bahas dalam tanggapan ini.
2.1       Kebermaknaan
Kouzes dan Posner berpendapat bahwa seorang pemimpin harus menjadikan orang yang mereka perhatikan bermakna bagi orang lain. Hal ini dapat dilakukan dengan  menjadi teladan yang lebih tertarik pada keberhasilan orang lain daripada keberhasilan diri sendiri. Sondang P. Siagian dalam buku manajemen kepemimpinan gereja juga setuju dengan pendapat Kouzes dan Posner. Ia mengatakan bahwa setiap orang harus diperhatikan, karena mereka merupakan unsure terpenting dalam seluruh proses manajemen. Keberhasilan organisasi mencapai berbagai sasaran serta kemampuannya menghadapi tantangan tergantung pada kemampuan sumber daya manusia dari orang-orang yang diperhatikan. Demikian juga sebagai pemimpin Kristen, kita harus memperhatikan setiap orang dan membuat mereka bermakna bagi kita dan juga orang lain. Dengan demikian kita akan menghargai setiap individu yang ada di sekitar kita, termasuk teman kerja dan orang yang akan kita layani.[27] Sama seperti yang dikatakan oleh tokoh yang lainnya, Pdt.WTP. Simarmata juga mengatakan dalam bukunya Pelayan yang memperlengkapi jemaat, bahwa seorang pemimpim ataupun seorang pelayan itu haruslah memiliki perbedaan dari jemaatnya. Masing-masing pelayan harus mengutamakan jenis pelayanan yang mereka pelajari dan dalami dan setiap pelayan itu sebaiknya mempergunakan keterampilan yang dimilikinya untuk memperlengkapi jemaat demi tercapainya sebuah pelayanan yang bekualitas. Pembinaan terhadap anggota jemaat itu penting demi tercapainya sebuah cita-cita untuk membuat jemaat itu menjadi orang-orang yang berguna dan memiliki skill dalam kehidupannya.[28] Wiryoputro mengatakan peran manusia agar dapat bermanfaat dan berguna bagi orang atau manusia yang lain melalui Kristus seperti yang tertulis dalam Yohanes 3:16-17.[29]
2.2       Hubungan
Dalam bagian ini yang terpenting dan yang terutama adalah jalinan hubungan dan komunikasi yang baik antara pemimpin dengan bawahan. Seorang pemimpin  harus memiliki kepekaan dan kepedulian terhadap orang di sekeliling. Dalam hal ini kepedulian seorang pemimpin itu haruslah didasari oleh kasih yang diajarkan oleh Yesus Kristus. Dengan kepedulian terhadap orang di sekeliling, itu menjadi sasaran pengajaran dan pemberitaan Firman Tuhan, maka itu artinya sudah melaksanakan Firman Tuhan. Dengan hubungan yang terjalin dengan baik, maka apapun yang direncanakan dan yang dikelola oleh sebuah organisasi akan berhasil dan sampai pada tujuan. Setiap komponen dalam sebuah organisasi memiliki sarana dan prasarana dan harus dikelola secara tepat dan benar agar mampu melaksanakan dengan baik. Maka dengan demikian, perlu tanggungjawab dan kerja keras dari setiap orang dalam melaksanakannya. Seorang pemimpin harus bisa memberikan dukungan yang maksimal kepada para bawahan dalam melaksanakan tugas mereka.[30] Ada banyak hal yang bisa menimbulkan perpecahan di kalangan pemimpin dengan para bawahannya, termasuk di dalamnya konflik yang timbul oleh karena kecerobohan. Tapi dengan keadaan yang demikian, pemimpin diharapkan mampu melakukan suatu tindakan yang membuat suasana lebih baik. Pemimpin harus bisa memandang itu sebagai suatu hal yang membantu mereka untuk lebih berpikir positif dan maju. Pemimpin diharapkan mampu mengelola konflik yang ada tersebut agar kehidupan semakin berkembang dan konflik yang muncul tidak menjadi sebuah masalah yang serius dan dapat memecahkan. [31]
Hubungan dapat terjalin dengan baik apabila ada komunikasi, komunikasi yang baik akan menghasilkan hubungan yang baik pula. Komunikasi dapat terjalin apabila si pengirim komunikasi menyampaikan pesan dengan baik dan sopan kepada si penerima, si penerima meresponnya dengan baik. Seorang pemimpin akan berhasil apabila menjalin hubungan yang baik dengan yang dipimpin melalui komunikasi. Komunikasi yang dimaksud tidak hanya komunikasi sebagai atasan dan bawahan tetapi juga sebagai partner kerja. Komunikasi juga dapat dilakukan di luar batas-batas pekerjaan karena kita adalah satu dan sama. Oleh karena itu ketika ada perbedaan pendapat sampaikanlah dengan baik agar si penerima pendapat tidak merasa dijatuhkan.[32] Selain dengan komunikasi yang baik, beberapa hal yang perlu untuk dilakukan dalam membina hubungan adalah dengan kepedulian yang diberikan pemimpin kepada anggota. Beberapa jenis kepedulian yang bisa dilakukan oleh seorang pemimpin kepada anggotanya adalah berupa pembinaan dan memelihara. Kegiatan membina ini pada prinsipnya adalah sama dengan membangun.  Membangun dalam hal ini sifatnya adalah tidak rutin dan tidak terus menerus, kegiatan membina ini akan dihentikan ketika sasaran itu telah tercapai. Setiap anggota harus dibangun dengan rutin tetapi jangan terus-menerus, sebab jika terus-menerus itu bisa mengakibatkan ketidakmandirian pada anggota. Adapun kegiatan membina ini adalah meliputi kegiatan mengamati anggota yang sedang dibina, lalu berusahan meningkatkan kualitasnya, memperbaharui dan membangunnya. Tindakan pembinaan yang dilakukan oleh pemimpin itu adalah dengan melalui arahan, pelatihan dan seminar yang dalam hal ini bertujuan untuk membangun kualitas anggota. Semakin baiknya kualitas anggota akan memungkinkan untuk terciptanya hubungan yang baik diantara anggota dengan pemimpin. Selain itu, kepedulian yang dilakukan oleh pemimpin kepada anggota melalui ceramah dan arahan akan memunculkan simpati dari para anggota yang akan membuat anggota akan menghormati pemimpin. Sementara itu, pemeliharaan yang dilakukan oleh pemimpin kepada anggota adalah secara terus-menerus dengan maksud untuk membuat para anggota tetap apada kondisi yang baik dan akan tetap semangat dalam melakukan tugasnya layaknya sebagai anggota. Dalam hal ini, partisipasi pemimpin itu sangat dibutuhkan dalam memelihara anggota itu dengan memberikan perhatian yang sesuai kepada anggota untuk menjaga anggota itu tetap pada kondisi yang bersemangat dalam melakukan tugas dan tanggungjawabnya.[33] Sebagai contoh hubungan di dalam gereja seperti yang dikatakan oleh Edgar Walz, bahwa hubungan di dalam gereja itu harus dibangun melalui pengawasan dari setiap departeman dalam gereja. Pendeta sebagai pemimpin dalam gereja itu harus memiliki wibawa dan tanggungjawab dalam mengawasi departemen-departemen tersebut. Pengawasan yang resmi yang dilakukan oleh pemimpin adalah dengan menempatkan departemen itu di dalam organisasi dalam gereja. Berbagai departemen berfungsi bersama-sama sebagai suatu anggota tim. Dalam hal ini pemimpin akan memiliki tugas untuk menjadi juru bicara yang akan memimpin setiap departemen tersebut. Susunan organisasi yang baik akan memberikan pengaruh terhadap kinerja yang baik juga. Bagan organisasi yang dibentuk akan menjadi suatu diagram yang menunjukkan tingkat wewenang dan hubungan antar yang satu dengan yang lain. Bagan juga akan membantu pemimpin untuk memahami jalur komunikasi yang baik serta batas wewenangnya. Pemimpin yang mampu mengerti tentang tugas dan tanggungjawabnya serta sejauh mana dia memiliki wewenang dalam mengatur anggotanya akan membantunya untuk menciptakan sebuah hubungan yang baik dan terarah. Pemimpin akan berbicara sesuai dengan porsi dan sesuai dengan aturan akan mengurangi kemungkinan adanya sakit hati yang bisa menimbulkan perpecahan di dalam organisasi.[34] Dalam sebuah kepemimpinan sangat dibutuhkan hubungan dengan Tuhan yang akan membantu kita dalam mengambil keputusan yang baik dan benar sesuai keinginan-Nya. Apabila kita menjaga hubungan yang baik dengan Tuhan, maka akan timbul kasih, karena Tuhan selalu menggunakan kasih dalam memulai sebuah hubungan. Kasih yang kita miliki dapat ditunjukkan dengan cara memahami, mengerti seseorang sebagai perwujudan dari kasih.

2.3       Aspirasi
Sama seperti yang dikatakan oleh Kouzes dan Posner dalam bukunya Menjawab Tantangan Pemimpin Masa Depan, yang mengatakan bahwa seorang pemimpin itu haruslah memiliki jiwa kepemimpinan dan jiwa yang peduli akan masa depan serta mementingkan hal yang di luar kepentingan pribadi, John Pasaribu dalam buku Menegement Kepedulian juga mengatakan hal yang demikian. John mengatakan bahwa bagi seorang pemimpin yang paling utama dan terutama adalah dia mampu menjadi pemimpin yang berkharisma, dan mampu memimpin dengan penuh kasih dan kepedulian. John juga mengatakan bahwa seorang pemimpin itu adalah pengelola tenaga kerja atau Sumber Daya Manusia yang ada demi tercapainya tujuan dari organisasi yang dia pimpin. Selain itu John juga mengatakan bahwa seorang pemimpin itu bukan orang yang terobsesi dengan fasilitas dan kekayaan pribadi yang membuat dia menjadi seorang pemimpin yang mementingkan diri sendiri. Pemimpin yang baik itu adalah pemimpin yang tidak memfokuskan diri pada keinginan pribadi, melainkan berusaha untuk melihat dan peduli dengan keadaan dan lingkungan serta keinginan dari orang banyak dan bawahan agar tercipta sebuah harmonisasi pekerjaan yang baik. Dalam sebuah perebutan kepemimpinan, biasanya selalu terindikasi dengan perebutan kekuasaan yang berakibat pada perpecahan. Dan menurut John, jika seorang pemimpin yang memang memiliki jiwa kepemimpinan dia akan mampu bersaing dan mencalonkan diri sebagai pemimpin yang sama halnya dengan pelayan. Dia tidak akan termakan situasi untuk menjadi seorang yang ikut dalam perpecahan. Tetapi dia akan tetap tenang dan menerima kelebihan orang lain. [35]
Selain itu, dalam bukunya Kouzes dan Posner juga mengatakan bahwa seorang pemimpin harus menaruh telinga mereka kepada suara hati nurani, karena hati nurani itu tidak pernah berbohong, dan hal itu akan mengajari pemimpin untuk berbicara jujur. Calvin dalam buku Kelakuan Yang Bertanggung Jawab juga mengatakan bahwa hati nurani itu memang menjadi saksi akan tindakan manusia. Hati nurani itu selalu berbicara, hanya saja manusis sering mengabaikan apa yang disuarakan oleh hati nurani tersebut. Hati nurani itu juga ikut menjadi saksi akan perbuatan manusia ketika manusia berdosa dan dihukum di pengadilan Allah.[36]
Mengenai sebuah visi Kouzes dan Posner mengatakan, bahwa itu tidak terlalu penting. Yang terpenting adalah proses di dalam sebuah organisasi. Visi bukan penentu terhadap berjalannya kerja dan tercapainya tujuan dalam sebuah organisasi. Tetapi yang menentukan adalah prosesnya. Namun Hariono Soemarsono dalam bukunya Manajemen Plus mengatakan bahwa visi itu penting, dan itu biasanya dikeluarkan oleh pendiri usaha. Dia mengatakan bahwa tanpa visi, pemimpin dan pengikut tidak bisa melakukan kerja mereka. Visi itu menjadi panduan dalam melakukan suatu hal. [37] sesuatu yang perlu untuk diperhatikan dalam hal pengambilan visi dan misi. Brian Adam dalam bukunya Anda Terlahir Untuk Sukses mengatakan bahwa sesuatu itu bisa sukses apabila kita memikirkan bahwa apa yang akan kita lakukan itu pasti akan sukses. Pikiran yang positif akan membantu untuk mensukseskan apa yang telah direncanakan di dalam visi, baik itu visi yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjang. Perlu untuk diketahui, bahwa satu-satunya hal yang membatasi manusia untuk sukses itu adalah cara berpikir, merasakan dan yakin. Dengan keyakinan yang dimiliki setap hari akan secara otomatis menanamkan benih-benih kesuksesan dalam pikiran. Berpikirlah dan rasakan bahwa anda bisa dan akan sukses. Meyakini sebuah kemenangan berarti memenangkan sebuah peperangan. Seorang pemimpin harus memiliki pikiran untuk mampu memenangkan sebuah peperangan. Seorang pemimpin juga harus memiliki sebuah pemikiran yang selalu positif dan keyakinan untuk mampu melakukan sesuatu itu dengan baik dan berhasil. Sebab pemikiran yang posistif dan keyakinan yang besar akan beprngaruh terhadap tindakan dan usaha untuk mencapainya.[38] Dan kami mengatakan bahwa memang proses dan visi itu menjadi hal yang penting dalam mencapai suatu tujuan. Tanpa proses sebuah visi tiada artinya. Dan visi juga bisa menjadi semangat dalam melakukan proses tersebut.

2.4       Keberanian
Kouzes dan Posner dalam bukunya mengatakan bahwa keberanian erat hubungannya dengan rasa takut dan tantangan, Radesman juga mengatakan demikian. Radesman berkata bahwa seorang pemimpin harus mampu dan berani dalam mengambil sebuah resiko dalam menghadapi sebuah tantangan. Seorang pemimpin memiliki sebuah tugas yang penting dalam hal menghadapi sebuah tantangan. Seorang pemimpin harus mampu mengambil sebuah keputusan yang benar dan yang memiliki pengaruh besar dalam rangka tujuan-tujuan organisasi. Pengambilan keputusan ini sendiri adalah hasil dari suatu proses memilih alternative yang baik untuk memecahkan masalah yang dihadapai oleh organisasi.[39]
Pemimpin yang baik dan benar adalah pemimpin yang mau mengakui kesalahannya serta berusaha memperbaiki kesalahan itu. Pemimpin yang berani mengakui kesalahannya adalah pemimpin yang mau menerima kegagalan yang dilakukan bawahannya. Seorang pemimpin yang baik dan benar adalah pemimpin yang mau bertanggung jawab atas kegagalan bawahannya. Seorang pemimpin yang baik dan benar adalah pemimpin yang berani memberikan solusi atas kegagalan yang dihadapi tanpa memikirkan siapa yang menyebabkan kegagalan itu, tetapi bersama-sama bekerja untuk memperbaikinya. Hal inilah yang dimaksud pemimpin yang berani, berani melindungi orang yang gagal dan berani membangkitkan semangat orang yang gagal untuk berjuang kembali.[40]
Selain solusi yang ditawarkan Kouzes dan Posner, seorang pemimpin juga harus memiliki ketegaran. Ketegaran dalam menghadapi permasalahan, penderitaan dan konflik. Seorang yang tegar akan dapat bertahan dan tidak mudah goyah. Seperti ompui Ephorus Pdt. Dr. P. W. T. simanjuntak dalam buku ahamba yang tidak berguna, yang selalu tegar dalam menjalani ragam permasalahan, penderitaan. Bahkan beliau dapat bertahan sebagai pemimpin yang mempersatukan kedua golongan yang berbeda. Beliau menjadi pemimpin yang bijaksana dan tegar dalam badai. Ketegaran yang diperoleh beliau berasal dari Tuhan, beliau menyerahkan hidupnya kepada Tuhan untuk dibentuk menjadi pribadi yang tahan banting (Mzm. 119:73). Beliau juga selau bersyukur atas apa yang beliau jalani atau lalui baik itu penderitaan maupun sukacita (1 Timotius 1:12).[41]

III.             Saran dan Kesimpulan
3.1       Kesimpulan
Dari hasil bacaan kami menyimpulkan hal-hal sebagai berikut:
·                                                                                                                     Seorang pemimpin harus mampu menjadi pelayan dan rela berkorban demi orang banyak.
·                                                                                             Dalam penyampaian kritik, seorang pemimpin harus menyampaikannya dengan penuh cinta dan dengan jiwa kepemimpinan.
·                                                                                             Seorang pemimpin harus mengerti dan memahami setiap individu yang bekerja bersamanya agar tercipta kerja sama yang baik.
·                                                                                             Dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab seorang pemimpin harus mampu memprediksikan apa yang terjadi agar dapat mengantisipasinya.
·                                                                                             Seorang pemimpin harus memiliki keberanian untuk mengakui kesalahan dan menerima kegagalan serta mampu mencari jalan keluar.
·                                                                                             Seorang pemimpin harus bisa menciptakan jiwa kepemimpinan dalam dirinya sendiri dan terbuka terhadap orang yang bekerja dengannya serta rendah hati.
·                                                                                             Seorang pemimpin harus tegar dalam menghadapi persoalan dan berusahalah menjalin hubungan yang baik dengan orang yang bekerja bersama melalui komunikasi yang baik secara formal maupun pribadi.
·                                                                                             Seorang pemimpin harus berusaha merebut hati orang yang bekerja bersamanya, agar ia didengar dan dipahami sehingga kerjasama berjalan dengan baik.
·                                                                                             Pemimpin juga harus memberi kesempatan kepada setiap individu untuk berkarya, seperti yang dikatakan oleh Bruce Hillberg mengatakan: “rekrutlah orang yang pandai dan dapat diandalkan, kemudian biarkan mereka melakukan apa yang menurut mereka paling baik”.

3.2       Saran
Setelah membaca dan mendiskusikan hal-hal di atas, kami memberikan saran :
·                                                                                             Seorang pemimpin sebaiknya bijak dan berhikmat dalam mengambil keputusan agar keputusan itu berguna bagi semua orang.
·                                                                                             Pemimpin sebaiknya memiliki jiwa yang tegas dan displin dalam memimpin suatu organisasi.
·                                                                                             Pemimpin sebaiknya memberikan dirinya untuk dipimpin oleh Tuhan agar tindakan yang dilakukannya sesuai dengan kehendak Tuhan.
·                                                                                             Pemimpin sebaiknya mempersiapkan dirinya secara rohani, materi dan mental dalam memimpin sebuah organisasi.



[1] Kouzes dan Posner, Menjawab Tantangan Pemimpin Masa Depan, Jakarta: Buana Ilmu Populer, 2006, hlm., 1-4.
[2] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 5-12.
[3] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 13-20.     
[4] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 21-26.
[5] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 27-33.
[6] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 33-38.
[7] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 39-42.
[8] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 43-48.
[9] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 49-54.
[10] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 55-62.
[11] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 63-70.
[12] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 71-78.
[13] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 79-82.
[14] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 83-90.
[15] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 91-98.
[16] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 99-106.
[17] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 107-114.
[18] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 115-122.
[19] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 123-126.
[20] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 127-134.
[21] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 135-142.
[22] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 143-148.
[23] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 149-156.
[24] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 157-162.
[25] Kouzes dan Posner, Op. Cit., hlm. 163-169.
[26] Sugiyanto Wiryoputro, Dasar-Dasar Manajemen Kristiani, Jakarta: Bpk-Gunung Mulia, 2008, hlm., 4.
[27] Jahenos Saragih, Manajemen Kepemimpinan Gereja, Jakarta: Suara Gereja Kristiani yang Esa Peduli Bangsa, 2008, hlm., 20-21.
[28] W.T.P, Simarmata, Pelayan yang memperlengkapi jemaat, PGI Wilayah Sumut, Medan 2009: hlm. 104-105.
[29] Wiryoputro, Op. Cit., hlm. 11.
[30] John B Pasaribu, Managemet Kepedulian, Jakarta: Yayasan JBP, 2008, hlm., 17-21.
[31] Bambang Subandrijo, Meniti Masa Depan, Jakarta: Bpk-Gunung Mulia, 2003, hlm., 125.
[32] Radesman Sitanggang, Memimpin Sesuai Amanah, Pematang Siantar: L-SAPA, 2006, hlm., 54-59.
[33] Suharto Prodjowijono, Manajemen Gereja, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2008: hlm. 21.
[34] Edgar Walz, Bagaimana Mengelola Gereja Anda, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2004: 66-67.
[35] Pasaribu, Op.Cit., hlm. 144-147.
[36] J.Douma, Kelakuan Bertanggungjawab, Jakarta: Bpk-Gunung Mulia, 2002, hlm., 99-100.
[37] Hariono Soemarsono, Manajemen Plus, Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2004, hlm., 27.
[38] Brian Adams, Anda Terlahir Untuk Sukses, Cinta Pena, Yogyakarta 2004: hlm. 7-8.
[39] Sitanggang, Op.Cit., hlm. 84-85.
[40] Octavianus, Manajemen dan Kepemimpinan menurut Wahyu Allah, Malang: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, 2007, hlm., 117-119.
[41] Liedner Lumbantobing, “Tegar dalam Badai” dalam Lambas Goeltom (penyunting), Hamba yang Tidak Berguna, Jakarta: Gramedia, 2010, hlm., 222-225.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar