Seorang laki-laki yang kalah dan selalu kalah

Kamis, 14 Maret 2013

Teologi Biblika


Teologi Rekonsiliasi

Rekonsiliasi dalam Perjanjian Lama
Dalam Perjanjian Lama untuk memahami pendamaian itu maka thema yang harus diketahui adlaah penebusan. Penebusan ini hanya berbicara dalam pendamaian manusia dengan dirinya sendiri, antar dia dengan persekutuannya, dan lingkungannya. Dalam PL dosa dipandan sebagai tindakan yang menghancurkan perjanjian dengan Allah, sebagai tanda hilangnya tanda sebagai manusia telah menyimpang dari jalan yang benar. Karena dosa manusia itu maka diperlukan pengorbanan sebagai penebus atas dosa-dosanya. Karean manusia telah melakukan dosa maka kerugian itu diminta dari manusia, bahkan manusia itu harus mati karena dosa-dosa yang diperbuatnya. Penebusan dosa manusia itu biasanya disampaikan oleh nabi-nabi seperti dalam Yehezkiel 18 dan Mazmur 51.
Kata kerja yang sesuai dalam bahasa Ibrani adalah rpk, kata ini dapat diartikan dengan “menghapus” yang menghapus dosa sebagai bentuk ketidakmurnian manusia (Babel). Yang bertugas melakukan penghapusan ini adalah imam dan terkadang Allah sendiri. Penghapusan/ penebusan dalam PL berarti penebusan dosa, Allah yang menebus dosa manusia, namun Allah tidak mengubah sikapnya sendiri. Dalam bahasa Ibraninya pengampunan ini berarti xlm yang digunakan sebagai kata untuk pengampunan dosa dan orang berdosa sebagai objeknya.





Rekonsiliasi dalam Perjanjian Baru
Rekonsiliasi sebagai suatu proses dimana oleh Allah manusia dibawa bersama. Allah dan manusia diasingkan dari yang lain karena kesucian Allah dan keberdosaan manusia. Sekalipun Allah mencintai pendosa (Rom 5:8), mungkin saja bagiNya tidak menghakimi dosa manusi sendiri. Jadi, dalam rekonsiliasi Alkitabiah, terdapat dua perayaan yang dipengaruhi akan rekonsiliasi, yang pertama melalui pengorbana Kristus, manusia yang berdosa telah dibenarkan dan dilayakkan. Demikian juga sebuah hubungan permusuhan dan pengasingan diubah dalam satu perdamaian dan persekutuan. Inisiatif dalam rekonsiliasi diawali oleh Allah sementara kita sebagai pendosa dan disebut sebagai “musuh” dan Kristus mati bagi kita (Rom 10; Kol 1:21). Pendamaian adalah tindakan seluruhnya dari Allah, sesuatu tindakan yang mendahului tindakan manusia seperti pengakuan, pertobatan, dll. Allah sendiri yang telah mendamaikan kita denganNya melalui Yesus Kristus (2 Kor 5:18). Paulus mengatakan bahwa Injil adalah firman yang mendamaikan (2 Kor 5:19).

Rekonsiliasi diambil dari kata katallagh, katallassw, apokatallassw, yang berarti mendamaikan. Tulisan-tulisan Paulus memuat bahwa kata kerja atau kata benda dari kata ini menunjuk kepada hubungan manusia dengan Allah. Kata ini muncul hanya dalam tulisan-tulisan Paulus, katallassw digunakan sebanyak 6 kali dalam surat-surat Paulus dan digunakan dalam hubungan manusia (1 Kor 7:11), dan 5 kali menunjuk kepada hubungan Allah dan manusia (Rom 5:10; 2 Kor 5: 18.19,20). Terdapat beberapa bidang yang mencakup perdamaian:
1.      Menyangkut hubungan manusia, ketika seorang istri yang ceria dari suaminya, dia harus hidup dengan keadaan tidak menikah atau diperdamaikan dengan suaminya (hubungan perkawinan)
2.      Allah telah mendamaikan dunia dengan diriNya sendiri melalui Kristus, dan Allah tidak menghitung kesalahan-kesalahan  mereka atau Allah tidak melawan manusia itu sendiri. Keselamatan itu hanya terdapat melalui tindakan berkat Allah.
3.      Paulus sendiri memandang pelayanannya sebagai sebuah tugas perdamaian. Namun dia sering menggunakan penekanan “pekerjaan Roh, pekerjaan kebenaran” dimana dalam pelayanannya Allah sebagai penguasanya. Pelayanan Paulus ditentukan dikuasai oleh pendamaian Allah dengan manusia. Kristus sebagai Tuhan bagi dunia karena Allah telah mendamaikan dunia di dalamnya, dan Kristus menjadi Tuhan ketika dunia diperdamaikan kepadaNya oleh Injil dan iman. Tindakan pendamaian yang dilakukan oleh Allah  menghasilkan orang-orang yang percaya menjadi kebenaran Allah.
Dalam 2 Korintus menjelaskan bagaimana pendamaian itu:
1.      Pentingnya pendamaian itu karena semua manusia berada dalam situasi pengharapan tanpa keselamatan dibawah murkah Allah (Rom 1:18-3:20). Tindakan pendamaian sebagai bentuk cinta Allah bagi orang-orang berdosa, yang tidak beriman, orang yang  lemah dan cinta bagi musuh Tuhan. Yang menjadi subjek pendamaian adalah Allah sendiri, didalam Allah pendamaian itu diproses, dan pendamaian itu adalah tindakan Allah sendiri secara keseluruhan. Tindakan pendamaian Allah terdapat dalam kematian Yesus, sehingga setiap orang harus menerima pembenaran oleh iman, dan dengan iman itu maka seseorang menerima pendamaian itu.
 



Teologi Kesetaraan

Manusia dalam Perjanjian Baru
Pandangan Paulus tentang manusia adalah orang-orang yang mengatakan bahwa semua manusia termasuk dalam kosmos (1 Kor 1:20-22; Rom 3:19) yang diciptakaan oleh Allah (Roma 9:20f; Yesaya 29:16), dan manusia yang melawan Allah (2 Kor 5;1`1; Rom 1:18). Kelemahan dan kematian adalah karakter yang esensial dalam diri manusia, dan semua orang dikuasai oleh kuasa dosa, dan manusia dapat jatuh dan terus jatuh dalam dosa. Menurut Injil Yohannes bahwa manusia yang berdosa adalah manusia yang hidup dalam kegelapan, dan manusia telah dibutakan karenanya, dan manusia tidak mengetahui akan hal itu. Namun sekalipun demikian dikatakan bahwa manusia adalah lemah dan berdosa, namun manusia itu juga dapat ditunjuk sebagai manusia Allah. Dalam  1 Tim 6:11 yang disebut sebagai manusia Allah adalah Timotius, namun secara umun manusia Allah ini menunjuk kepada setiap orang Kristen melalui iman dan perbuatan yang baik kepada Allah. Dalam penjelasan ini terlihat jelas persamaan manusia sebagai salah satu ciptaan Allah, manusia sebagai ciptaan yang lemah, dan akan mati. Dengan melihat penjelasan ini, apakah perlu kita membedakan seorang terhadap  yang lain, laki-laki dan perempuan?.

Laki & Perempuan
Ketika kita berbicara tentang kesetaraan, secara keseluruhan pandangan orang tertuju kepada perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan perempuan (gender), dan pandangan ini telah lama melekat dalam benak semua orang. Dengan memandang bahwa laki-laki secara umum lebih dipercayakan daripada perempuan.
Secara Alkitabiah, Allah menciptakan mausia menurut gambar-Nya sendiri (laki-laki dan perempuan), dengan ini maka perbedaan-perbedaan ras, kelas atau pun jenis kelamin bukanlah sesuatu yang harus dibeda-bedakan, sebab pada awalnya manusia adalah serupa. Namun tindakan kita adalah memiliki sikap yang menghargai orang lain, dengan melihat bahwa semua manusia adalah sama. Sikap yang menghormati setiap orang adalah sikap yang takut akan Tuhan dan mengasihi sesama manusia. Tindakan ini terhadap sesama manusia merupakan sikap terhadap kesetaraan manusia. Dalam Kej 2:23 dikatakan bahwa perempuan itu adalah tulang dari tulang Adam dan daging dari daging Adam, dan perempuan itu Allah mengatakannya seabgai seorang penolong dan yang sepandan dengan dia, dalam artian perempuan itu sama dengan Adam (laki-laki). Sehingga posisi perempuan sama dengan laki-laki, perempuan bukanlah budak bagi laki-laki, baik perempuan atau laki-laki adalah sama dalam Tuhan (Gal 3;28).
Kesetaraan ini biasanya menunjuk kepada perbedaan sexual antara laki-laki dan perempuan, dan kita telah terbiasa dengan pandangan seperti itu, namun yang harus kita ketahui ialah bahwa kesetaraan itu menunjuk kepada harkat dan martabat manusia, seorang laki-laki dan perempuan adalah berharkat dan bermartabat sehingga setiap orang harus men-hormati seorang akan yang lain sebab memiliki harkat dan martabat yang sama. Rata-rata orang memandang gender hanya berfokus pada perbedaan jenis kelamin namun sesungguhnya gender itu menjelaskan bagaimana seorang perempuan dan seorang laki-laki  dalam hubungannya dengan sosial, dalam artian gender lebih menekankan peranan perempuan dan laki-laki dalam kehidupan sehari-hari.
            Dalam sejarah ke-Yahudian keberadaan ditengah masyarakat sangatlah ditekan, dimana perempuan itu tidak dapat bergabung dengan laki-laki, dalam pertemuan-pertemuan ataupun ibadah, sebab pada waktu itu perempuan dianggap lebih rendah daripada laki-laki. Injil yang paling menyoroti tentang peranan perempuan dalam rencana keselamatan Allah adalah Injil Lukas, mulai dari Maria, seorang perempuan yang dipakai Allah sebagai alat untuk menjelmakan diri Allah sendiri sebagai manusia (Luk 1:28), pembelaan yang dilakukan Yesus terhadap perempuan yang membasuh kaki-Nya dengan air matanya dan yang menyekanya dengan rambutnya (Luk 7:36-50). Maria dan Marta yang mempunyai arti yang khusus dalam pelayanan Yesus (Luk 10: 38-42). Kaum perempuan yang berjaga-jaga di depan kayu salin (Luk 23:49) dan yang membawa rempah-rempah untuk meminyaki-Nya (Luk 23:56) Kaum perempuan yang berada di kubur Yesus pada saat peristiwa kebangkitan-Nya (Luk 24: 1). Dengan melihat ini, Yesus sendiri telah memberikan kesan bahwa perempuan dan laki-laki adalah sama, bahkan peristiwa ini seolah-olah tertimbun dari benak setiap laki-laki yang membacanya.
 
Kelas Rendah dan Kelas Atas
Theologi kesetaraan tidak hanya memibicarakan soal gender, namun juga terkait dengan tindakah eksploitasi terhadap orang awam. Dalam mengkaji ini Thelogi Minjung dipakai untuk menjelaskannya. Sama seperti kesetaraan gender diatas, untuk memahami kesetaaan ini maka kita harus merujuk kepada cerita tentang Minjung itu sendiri, sebab ilmu filosifi dan sains sekalipun tidak dapat memahami realita dan identitas Minjung sendiri. Dibawah ini adalah konsep dan simpulan terhadap Minjung:
1.      Minjung adalah subjek histori dan inti dalam kehidupan sosial
2.      Minjung kelas rendah yang secara politik ditekan, dan secara ekonomi diperas atau ditekan
3.      Minjung tidak hanya mencakup masyarakat umum, namun juga mencakup masyarakat yang tidak mengetahui kebenaran
4.      Minjung adalah konsep yang dinamis dan relatif. Konsep ini dapat dimiliki oleh Minjung dan non-Minjung pada waktu yang sama
5.      Allah memihak kepada Minjung
6.      Negara dimana Minjung hidup adalah negara yang berkeadilan, adanya pandangan kesamaan hak, mementingkan kebebasan dan damai (semua orang adalah Minjung).

Minjung tidak hanya menunjuk kepada orang yang hidup di dunia ini saja, namun ada kelas non-Minjung yang tidak termasuk dalam kelas Minjung. Kelas-kelas ini dapat dibagi menadi tiga bagian:
1.      anti-Minjung: adalah yang bermusuhan terhadap Minjung
2.      netral non-Minjung: adalah mereka yang termasuk bermusuhan namun terkadapng menunjukkan perhatiannya terhadap Minjung
3.      non-Minjung: adalah tipe lain dari non-Minjung.
Yang dituntut adalah solidaritas Minjung yang berpartisipasi dalam penderitaan Minjung. Ketika Minjung mencoba menghacurkan kekangan-kekangan sejarah, dan melanjutkan hdiup dan berjuang untuk bertahan hidup sebagai subjek sejarah, solidaritas Minjung adalah yang menolong mereka untuk memenuhi tujuan mereka., sehingga solidaritas Minjung adalah penolong, namun mereka bukanlah subjek dari pergerakan Minjung namun sebagai pendukung utama untuk menyelesaikan pergerakan Minjung. Solidaritas Minjung haruslah menjadi ge’ol (penyelamat). Kesetaraan dalam konsep Minjung dapat dilakukan dengan hidup bersama Minjung, bertindak bersama Minjung dan melayani Minjung.




Teologi Panggilan

1. Panggilan (kalew) dalam Perjanjian Baru
Kata kalew ditemukan hampir disemua tulisan-tulisan PB, dan kata kalew selalu diartikan memanggil namun sering juga diartikan dengan vocation . Kalew ini dapat juga diartikan dengan memanggil untuk , yang sering dihubungkan dengan manusia (Mat 2:7, 20:8, 22:3). Sebagai contoh Yesus yang memanggil murid-muridNya dan Yesus telah datang untuk memanggil orang-orang berdosa daripada orang-orang yang benar (Mat 9:13, Mrk 2:17, Luk 5; 32) yang sering ditambahkan dengan kata (iej metanoian). Namun pendapat Paulus mengatakan bahwa Allah memanggil untuk diriNya sendiri atau memanggil manusia untuk berkat keselamatan yang memberikan kita perasaan yang tidak dapat disalahkan. Pemanggilan ini datangnya dari Allah untuk menjadi suatu persekutuan (koinonia) bagi Anak-Nya, dan orang yang dipanggil oleh Allah berada dalam damai (en eirhnh) (Kol 3:15, 1 Kor 7:17). Ketika Allah telah memanggil kita membawa kita keluar dari kegelapan menuju ke terang-Nya yang mengherankan. Panggilan Allah ini juga bersifat misi. Kita dipanggil Allah untuk menderita ( 2:20), (3:9). Pemanggilan Allah ini mempunyai maksud dan tujuan Allah sendiri, sebab Allah yang memanggil kita dalam Kristus.

Oleh karena itu respon manusia akan panggilan Allah itu hanya dapat beriman dengan maksud mentaati. Allah dalam hal ini bertindak sebagai kalwn dan manusia sebagai keklhmenoi. Ynag menjadi kabar baik akan panggilan itu adalah bahwa panggilan Allah dalam PB itu adalah istilah teknis untuk proses keselamatan. Pemanggilan yang dilakukan Allah atau Kristus disebut dengan verbum efficax. Allah atau Kristus memanggil manusia dengan kebenaran, Allah memberikan penghakiman dan memberikan berkat.

Panggilan Allah ini terbagi dalam dua bagian sesuai dengan hubungannya dengan PB dalam bahasa Yunani Kuno yang merupakan bagian dari penggunaan untuk menekankan keselamatan:
  1. Panggilan Allah sering disebut dengan „menamai/ memberikan nama
Dalam tradisi dunia agama nenek moyang orang Ibrani, nama itu tidak hanya „suara atau sebutan biasa“ nama-nama itu adalah sesuatu sama dengan manusianya. (Luk 1:32)
  1. Panggilan Allah ini juga sama artinya dengan „mengundang“ voco=invito
Dengan arti ini maka dapat diartikan bahwa orang yang dipanggil adalah mereka yang diundang.
Dalam PL & Septuginta arq seperti kalew yang menekankan keselamatan sebagai dasar dan tujuan yang khusus dari Allah seperti seorang pengarang dengan orang yang membuatkan bukunya. Panggilan Allah berada dalam berkat yang menjadi tujuannya, puncak dari pada penggenapan berkat/ anugerah Allah ini adalah dalam Yesus Kristus.
Dalam Perjanjian Baru terdapat nats yang menekankan tentang panggilan Yesus menjadi murid-muridnya seperti dalam Matius 4:18-22. Pemanggilan Yesus kepada seluruh umat manusia itu diamanatkan kepada para muridnya, dengan menyampaikan kabar keselamatan kepada orang lain. Hanya dalam Injil Matius 28:19, karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, saja terdapat amanat tentang panggilan Yesus kepada semua orang dengan amanat agar para murid membawa semua bangsa menjadi murid-murid dari Yesus Kristus.

1. Panggilan (Arq) dalam PL
Arti kata „panggilan/ memanggil“ ini adalah sebuah tindakan yang menarik perhatian seseorang dengan suara seserang yang didengarnya, dalam hal ini Arq  itu menunjuk kepada hubungan Allah dan manusia. Panggilan ini juga merupakan tindakan pemanggilan yang mampu menjaga atau mengakhiri/ meniadakan komunikasi antar keduanya. Cerita-cerita yang kita kenal akan pemanggilan dalam PL adalah pemanggilan Samuel. Panggilan ini menunjuk kepada pemanggilan nabi atau pekerjaan nabi. Dalam cerita Samuel menerima panggilannya melalui pencobaan yang dimana namanya dipanggil. Pemanggilan inilah yang secara eksplisit menunjukkan Samuel sebagai seorang nabi yang dipanggil, sehingga Arq menandakan pengangkatan akan seorang nabi.
Contoh lainnya adalah nabi Yeremia yang dipilih Allah untuk memainkan peranan yang khusus dalam rencana TUHAN, dengan memberitakan firman Tuhan kepada setiap orang. Dengan tindakan ini yang dituntut dari kita hanyalah mentaati hukum Tuhan, dalam ayat 10, Firman Allah berkata bahwa Allah akan bertindak kepada orang-orang yang tidak mentaati, namun Allah adalah penuh belas kasihan, manusia tidak akan dibiarkan untuk seterusnya berada dalam hukuman Allah, dibalik hukuman itu terdapat tindakan keselamatan Allah yang mengikuti hukuman yang diberikan Allah. Ketika Allah telah memilih orang pilihannya maka Allah juga akan mempersiapkan dan membimbing perkembangan hamba pilihannya.



Hubungan Teologi dan Sistematika, Agama, Dogamatika dan Kerygma

1. Teologi dengan Sistematika
Disebutnya menjadi teologi karena merupakan hasil dari usaha kita untuk mengetahui apa sebenarnya yang dituntut dari Alkitab, tentunya hasil ini sangat menentukan bagaimana ajaran-ajaran kita menjadi suatu kepercayaan dikalangannya. Namun yang menjadi masalahnya ialah bagaimana hasil penyelidikan kita itu dapat hidup dalam setiap konteks kehidupan yang sedang berjalan, dan bagaimana teologi yang terdapat pada masa jemaat mula-mula dikaitkan dengan konteks masa sekarang.

2. Teologi dengan Agama
Ada dua pendekatan yang membicarakan perbedaan antara agama dan teologi. Pertama dikatakan bahwa agama adalah pengalaman dan kegiatan keagamaan, kegiatan keagamaan ke-Kristenan mula-mula, pendekatan ini tidak menganggap bahwa teologi yang terdapat dalam PB bersumber dari Tuhan. Sehingga dalam pengertian ini manusia sendiri yang menemukan caranya sendiri untuk mengenal Allah. Pendekatan kedua berbeda dengan pendekatan pertama yang mengabaikan bahwa teologi adalah bersumber dari Allah. Dalam pendekatan, kita dituntut untuk menerima semua yang terdapat dalam ajaran itu sebagai suatu kesatuan.

3. Teologi dengan Dogmatika
Teologi merupakan bahan dasar kita untuk menyusun suatu pengetahuan serta kepercayaan kita dan umat. Dalam artian bahwa teologi yang terdapat dalam Alkitab merupakan bagian penting dalam penyusunan dogmatika. Teologi dapat dijadikan sebagai penentu dalam dogmatika jika kita menguji kembali bagaimana teologi itu dan bagaimanan menggunakannya sebagai dasar hidup orang percaya.

Teologi dengan Kerygma                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         
Hal ini sangatlah penting karena kerygma merupakan suatu pemberitaan yang menjadi pemberitaan orang-orang Kristen akan teologi PB. Disamping itu kerygma ini juga mempunyai kesamaan dengan ajaran-ajaran Paulus, karena dalam pemberitaan itu juga terdapat bagaimana Yesus dalam sejarahnya. Oleh karena itu posisis didache dengan kerygma adalah sangat penting.



Perwujudan Kerajaan Allah
(Yohanes 3:3-21)
  1. Pendahuluan
Kerajaan Allah hadir di dunia ini dan banyak manusia mengabaikannya bahkan tidak menyadari bahwa Kerajaan itu sebenarnya telah mempengaruhi kehidupan sosial manusia. Siapa saja dapat memasuki Kerajaan Allah dan menjadi pewarisnya namun ketika kita benar-benar mau menyerahkan diri kepada Allah dengan inisiatif Allah sendiri.
  1. Etimologi/ Terminologi
Secara umum kerajaan di dunia ini menunjuk kepada kekuasaan bumi, kerajaan manusia dimana manusia itu sendiri yang menguasai bumi. Kerajaan bumi ini sangat berlawanan dengan  basileia Qeou (Kerajaan Allah). Kerajaan dunia ini dapat disebut sebagai diaboloj atau setan (dewanya dunia) ketika kerajaan dunia ini bertindak sebagai subjeknya. Namun hal ini tidak menjelaskan bahwa kerajaan Allah tidak ada di dunia ini. Kerajaan Allah telah ada dimasa sekarang ini. Kerajaan Allah telah datang kepada kita ketika Tuhan  hadir di dunia ini dan telah mengusir setan dengan kuasa Roh Allah (Mat 12:28, Luk 11:20), hal ini menjelaskan bahwa kedatangan dan dalam pekeraan Yesus Kerajaan Allah telah hadir saat ini. Kerajaan Allah juga akan datang pada masa yang akan datang (eskhatologi). Dikatakan bahwa kerajaan Allah sudah dekat (Luk 21:31), tidak menjelaskan bahwa adanya suatu kerajaan Allah dimana seseorang harus mengakui kesetiaannya, namun yang dimaksudkan ialah bahwa kuasa Allah sedang datang. Banyak yang berpikir bahwa kedatangan kerajaan Allah berhubungan dengan pertobatan manusia, sebelum datangnya Kerajaan Allah, manusia dapat melakukan hal hal yang baik, berdoa, dan sebagainya, tindakan ini adalah tindakan yang sia-sia pada saat kedatangan Kerajaan Allah, namun yang ditunjuk adalah Kerajaan Allah adalah sebuah kekuatan yang sekalipun sepenuhnya ada pada masa yang akan datang, namun secara keseluruhan Kerajaan Allah tergantung pada masa sekarang ini. Selain itu yang juga ditekankan akan kedatangan Kerajaan Allah ialah bahwa Allah telah membuka pemerintahannya yang meliputi seluruh dunia.
Kerajaan Allah tidak dapat dibatasi oleh ruang, sebidang tanah, namun Kerajaan Allah itu hadir setiap saat dan hadir di setiap tempat ketika seorang menyerahkan seluruh hidupnya kepada kewibawaan Allah. Secara harfiah kerajaan berarti seorang raja memeritah atas sekelompok manusia, dan dalam kerajaannya terdapat norma-norma sosial yang mengatur kehidupan bersama, semua orang mempunyai kewajiban kepada raja dan kepada warga lainnya, sehingga kerajaan itu disebut sebagai sebuah kumpulan sebuah jaringan manusia yang hidup secara bersama-sama dan tunduk kepada rajanya. Demikian juga halnya dengan kerajaan Allah yang menunjukkan bahwa warganegeranya telah menyerahkan hati dan hubungannya kepada pemerintahan Allah, sehingga kerajaan itu akan terwujud jika Allah yang memerintah di hati dan hubungan sosialnya.
Selain kata basileia ada juga kata yang tepat yang dipakai dalam bahasa Aram dalam istilah orang Yahudi adalah malkhut. Malkhut  yang berarti kerajaan, kekuasaan raja, pemerintahan ataupun kedaulatan. Malkhut Allah menunjukkan bahwa Allah memerintah sebagai Raja, tindakan Allah dimana Allah dinyatakan sebagai Raja atau Tuhan yang berdaulat terhadap umatNya, atas dunai ciptaanNya. Terdapat doa orang Yahudi yang biasa mereka ucapkan pada abad pertama ketika mereka berdoa;
Hendaklah Ia membangun Kerajaan-Nya selama hidupmu dan setiap harimu dan selama hidup penduduk Israel
Doa ini menunjukkan bahwa Kerajaan Allah adalah harapan untuk masa depan. Sehingga Kerajaan Allah itu juga disebut dengan eskhaton atau akhir.
Adapun konsep Kerajaan Allah yang berhubungan dengan penafsiran teologi adalah:
1.      Segala sesuatu yang mengganggu kehidupan manusia, dan kehidupannya dengan kehidupan orang lain, yang secara agresif melawan manusia, dan segala sesuatu yang bertentangan dengan suku atau ras dan masyarakat atau mengganggu yang lain, sistem sosial dimana manusia itu direndahkan  dan diperas atau ditekan atau apapun yang mungkin, disinilah kerajaan Allah harus hadir di dalamnya, Allah hadir didalam peristiwa-peristiwa ini
2.      Kerajaan Allah tidak datang dari atas ke bawa, hal ini tidaklah secara langsung, namun kerajaan Allah datang dari seorang yang telah ditentukan oleh Allah menjadi pelaksana kebaikan Allah, mereka adalah orang yang menghilangkan agresi kekuasaan yang menghancurkan, orang yang tidak  membebankan  orang lain dalam kesengsaraan, orang-orang yang membawa ideologi yang totaliter, orang-orang yang memberikan sistem sosial manusia. Dimanapun kerajaan Allah dibawa untuk bersaksi dan dunia demikian dikeluarkan dari kuasa setan, disitulah Kristus hadir.
3.      Kerajaan Allah yang datang melalui kedatangan Yesus adalah peristiwa yang secara konstan mencari setiap orang dengan mengundangnya untuk masuk kedalam kerajaan Allah. Pengharapan akan iman Kristian secara utama bahwa kerajaan Allah sebagai sebuah proses yang permanen yang tidak pernah berakhir. Pada masa kedatangan Kerajaan Allah kuasa iblis dihancurkan sampai kepada akar-akarnya                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                        

  1. Pembimbing
3.1.  Pengarang Kitab
Masalah kepengarangan ada yang mengatakan bahwa murid yang dikasihi adalah Yohanes anak Zebedeus yang kemungkinan diakui sebagai saksi dan bukan sebagai Penginjil. Dalam sinoptis juga dikenalkan bahwa dia teman dekat Petrus yang disebut sebagai Markus. Namun hal ini tidak berarti murid yang dikasihi sebagai pengarangnya, Yohanes Penginjil ini sebagai saksi yang dikenal dalam komunitas Kristen yang telah melihat dan mengenal Firman menjadi daging. Penginjil ini adalah seorang yang muda yang dihormati oleh pengikut-pengikutnya kemudian, dan penginjil ini dihubungkan sebagai Markus pengarang Injil lain. Disamping itu juga Yohanes oleh penulis-penulis Kristen disebut sebagai pemimpin gereja pada akhir abad pertama (anak Zebedeus), sebagai kepala gereja di Asia Kecil, si penatua,  sehingga kepastian bahwa Yohanes menjadi pengarang hanya jika dia tinggal di Efesus, namun dia bukanlah rasul. Jika memang ada pengarang yang lain selain si penatua dan keduanya tinggal di Asia maka sulit untuk membedakan keduanya dari Yohanes yang di Asia dan rasul dengan nama yang sama, oleh karena itu dalam kanon orang Efesus bahwa 3 surat dan Injil Yohanes menunjuk kepada hasil tangan rasuli yang sama sebagai kelima pseudepigraf (Wahyu).
3.2.  Waktu dan Tempat
Baik Injil dan surat pertama Yohanes menekankan bahwa pengarangnya adalah seorang yang tua, dan Injil ini jelas sekali sebagai buah dari pengalaman orang Kristen, dalam meditasi dan juga persekutuan, dan penulis juga dalam suratnya menyebut pembacanya dengan bapa-bapa dan juga anak-anak, dengan keterangan ini maka pengarang ada seorang yang sudah tua. Kemungkinan Injil ini dituliskan pada tahun 95-105 M.
3.3.  Tujuan Penulisan
Injil Yohanes secara keseluruhan menceritakan pelayanan Yesus dari masa Dia dibaptis dan sampai kepada penyalibanNya, dengan alasan ini maka terdapat beberapa maksud dan tujuan Injil Yohanes dituliskan: 1. Menceritakan siapa Yesus, Dia adalah Kristus Anak Allah. 2. Injil ini menjelaskan apa yang Yesus berikan kepada manusia, bahwa Yesus memberikan hidup kekal kepada manusia yang merupakan anugerah Allah melalui Kristus. 3. Injil ini juga mejelaskan bahwa dalam pekerjaan Kristus manusia menerima hidup yang kekal, sehingga manusia harus percaya kepadaNya, dan setia kepadaNya malalui ibadah dan kepatuhannya kepada Tuhan.
3.4.  Perwujudan Kerajaan Allah Menurut Yohanes 3:1-21
Nikodemus adalah seorang anggota Sanhedrin, seorang yang terkemuka dari orang-orang Farisi. Adapun ajaran dari orang Farisi adalah dengan menuruti dan melaksanakn hukum Taurat dengan cermat manusia dapat merintis sendiri jalannya ke dalam Kerajaan Allah. Jika dibandingkan ajaran kaum Farisi dan Yesus maka sangat bertentangan. Dengan rasa penasaran dia datang pada malam hari kepada Yesus, kemungkinan malam ini menunjukkan ketakutan Nikodemus kalau saja orang banyak berpikir bahwa Nikodemus telah memihak kepada Yesus. Kemungkinan juga bahwa malam itu menunjuk kepada Nikodemus masih terikat dengan dunia-dunia jahat. Yesus mengatakan kepadanya bahwa jika seseorang tidak dilahirkan kembali ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah, ajaran yang disampaikan Yesus sungguh berbeda dengan ajaran dari Nikodemus dan orang Farisi lainnya. Kerajaan Allah yang disampaikan Yesus berbeda susunannya dan aturannya dari kerajaan lainnya, Yesus sebagai Rajanya dan pengampunan dosa, lahir baru dan hidup yang kekal menjadi harta dalam Kerajaan itu sebab merupakan anugerah semata. Untuk masuk dalam Kerajaan itu seseorang harus lahir baru. Dilahirkan kembali maksudnya dilahirkan dari atas, kelahiran ini adalah perbuatan Allah sendiri. Seorang dilahirkan dari air dan Roh dimaksudkan bahwa air itu sebagai materai atau tanda dan Roh itulah yang mematikan hidup yang lama kita (penuh dosa, butadan tuli akan Kerajaan Allah). Yang lahir dari daging maksudnya segala yang timbul dari tabiat tubuh yang telah dicemari dosa menentang Allah, dan manusia tidak dapat masuk kedalam Kerajaan Allah. Yang lahir dari Roh adalah segala perbuatan dan isi hati kita berasal dari Roh Allah, dan manusia hanya dapat merasakan Roh itu bekerja didalamnya, dan dapat melihat buahnya. Air yang dimaksud adalah air yang mengalir di sungai Yordan dimana Yohanes Pembaptis memanggil orang untuk bertobat, mengakui dan untuk pengampunan dosanya. Hal ini menjelaskan bahwa Nikodemus adalah seorang anak yang kotor dan harus dibersihkan, dia akan menjadi anak dalam kematian jika tidak dibersihkan, dan akan mati jika tidak dilahirkan kembali melalui pengampunan dosa oleh Roh Allah, dengan kelahiran inilah maka manusia dapat melihat kerajaan Allah, kerajaan Allah yang kelihatan. Kehidupan kekal hanya diperoleh dengan dilahirkan, dilahirkan kembali oleh Allah yang memberikannya kepada orang yang percaya. Menurut Willi Marxen mengatakan bahwa lahir dari roh selalu dikaitkan dengan Baptisan. Si pengarang sendiri bukanlah anti sakramen, malah sebaliknya ia terbiasa dengan Baptisan Kristen, bahkan sampai menggambarkan Yesus membaptis orang lain (3:22, 4:11). Doa imam agung Yesus yang menegaskan bahwa lahir dari roh tidak dapat dipisahkan dari Perjamuan Kudus (17: 19). Kelahiran kembali atas inisiatif dari Allah yang menciptakan hubungan yang baik antara Allah dan manusia juga disebut sebagai hidup yang kekal. Dalam menjalin hubungan inilah Roh Allah berperan dalam diri manusia, dan manusia tidak dapat melihatnya, demikianlah illustrasi yang digambarkan oleh Yesus (8). Inilah yang disebut dengan rahasia duniawi (12). Ketika Yesus telah datang ke dunia maka Allah juga hadir di dunia ini, dan terang itu hadir bersama manusia, dengan ini maka manusia menyambut terang itu dan berjalan didalamnya. Yang berjalan dalam terang akan merasakan bahwa semua berasal dari kasih, karunia dan kuasa Allah. Kejahatan adalah sikap orang yang tidak percaya, dan berbuat adalah hidup dalam iman akan Yesus dan berjalan dihadapanNya. Ada beberapa thema yang terdapat dalam teks ini, pertama adalah pertobatan. Nikodemus sama sekali tidak mengerti akan makna yang disampaikan Yesus kepadanya, baginya tidak ada kelahiran yang lain daripada kelahiran fisik, baginya dia yang sudah tua dalam melayani Allah tidak dapat dilahirkan lagi. Nikodemus adalah seorang penganut materialistis, semua dipandang dalam paham materi, sehingga dia tidak mengerti karena tidak melihat maksudnya secara nyata, sehingga tidak mengerti akan maksud kelahiran yang dimaksud yang merupakan tindakan kreatif Allah. Seseorang yang dilahirkan oleh Roh adalah roh, seperti hembusan angin, dan manusia tidak dapat mengkontrolnya, atau manusia tidak dapat menginginkannya begitu saja. Daging adalah daging, dan apa yang dihasilkan daging adalah daging, dan daging tidak dapat berevolusi menjadi roh.
Ketika seseorang telah dibaptis melalui air dan roh, manusia juga dituntut untuk percaya dalam nama-Nya, Kristus, dengan ini maka manusia tidak berada dalam hukuman. Sebab ketika kita berbicara tentang hukuman kita juga berbicara tentang keselamatan, hukuman itu diberikan kepada mereka yang menolak pemberian Allah itu. Kristus yang hadir di dunia adalah terang yang dimaksudkan dalam nats. Inilah konsep iman yang disampaikan oleh Yohanes, yaitu bahwa hanya orang yang melakukan kebenaranlah yang dapat datang kepada terang itu dan yang membuat dia percaya. Terang yang dimaksudkan adalah kebaikan yang dinyatakan kepada Nikodemus sebagai orang yang intelektual yang dihubungkan dengan kebenaran, sehingga kebenaran juga kebaikan yang menyatakan kepada hati nurani dan kehendak manusia. Orang yang menyadari dan melakukan kebenaran itu adalah mereka yang memahami kebenaran itu hanya ketika mereka menghendaki untuk melakukan kebenaran.
Kehadiran Yesus di dunia hendak menyampaikan penghakiman bagi dunia. Inilah yang menjadi makna yang khusus dalam Injil Yohanes sebagai Injil Penghakiman, dimana Tuhan akan menggerakan hati seiap orang dan mengubahnya tiap-tiap orang, sebab kedatangannya tidak menghakimi siapapun, namun untuk menyelamatkan dunia ini. Orang yang melakukan kebenaran dan tindakan yang baik hendaklah membuktikannya, sehinggap tindakan menjadi nyata. Tindakan inilah yang dalam konteksnya membawa penghakiman, sebab tindakan ini menunjukkan keterbukaan dan keterusterangannya, dan tindakan ini selalu berasal dari Allah, sehingga tidak seorang pun yang dapat melakukanya tanpa keikutsertaan Allah, dan barangsiapa melakukannya telah menjadi bukti bahwa dia telah dipimpin oleh terang Allah.
                                                                       
  1. Refleksi
Kerajaan Allah telah berada dalam kenyataan dan telah memasuki dunia ini, dan manusia dipanggil untuk melayani kerajaan itu. Sebab Sang Messias juga memerintah semua manusia dan dia memanggil semua orang kepada kerajaanNya. Yesus adalah Anak Allah dan sebagai teladan dari sorok Imam di dunia ini. Yesus menjadi Musa yang baru yang memberikan hukum yang baru, dan semua orang adalah Israel yang baru. Missi Yesus sendiri tidaklah menuntun manusia  dalam melakukan etika yang lebih baik dan etika yang spiritual, dan tidak memberikan pengertian yang jelas tentang Allah, namun Yesus melakukannya dalam terang pesona Kerajaan Allah. Kita Manusia tidak dapat mencapai panggilan kepada kebenaran Kerajaan Allah, namun manusia dapat menjawab panggilan itu dengan imannya, hanya imanlah yang dapat mencapai kekuasaan Kerajaan Allah. Hal ini dikarenakan Kristus sendiri tertuju kepada hati dari tiap-tiap manusia, sebab Israel yang sesungguhnya dan umat Kerajaan bukanlah orang-orang yang berasal dari suku Israel, ataupun kalangan Israel yang mapan, namun umat Kerajaan itu adalah orang-orang yang secara individual, mereka yang disebut sebagai kelas rendah dalam masyarakat dan mereka yang lemah yang didalam hatinya telah mematuhi panggilan Allah. Namun kepatuhan itu sendiri menurut Jhon Bright bukanlah jalan masuk kepada kerajaan Allah. Namun dalam tulisan-tulisan Paulus dikatakan hanya melalui berkat Allah dalam Yesus Kristus kita menerima iman dan melakukan hukum itu, tanpa melakukan maka demikian kita juga tidak melakukan pekerjaan Kristus sebagai kepala orang-orang Kristen dan bukan anggota dari gereja Kristus. Orang yang mematuhi dan melakukan panggilan Kristus adalah gerejaNya yang sesungguhnya dan mereka menjadi ahli waris akan semua janji yang telah diberikan kepada Israel. Kita dapat memasukinya kerajaan Allah, dapat mematuhi dan bersaksi akan kekuatanNya, dan kita dapat berdoa akan kemenangan, Allah menolong kita meneguhkan hati kita untuk dapat bertahan akan semua hal. Dengan ini maka yang dituntut dari kita adalah hendaknya kita membuktikan diri kita sebagai pelayan yang baik dan setia.
Kerajaan Allah yang terlihat dalam pengajaran Yesus yang didalamnya menekankan yang sekarang dan waktu yang akan datang, dalam pengajaran Yesus itu terdapat element yang merefleksikan penekanan yang sekarang dan waktu yang akan datang. Ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan disini akan pengajaran ini:
1.      Dalam Perjamuan Mesias merupakan pengalaman murid-muridNya dengan Tuhan sendiri, dan pengalaman ini akan disempurkan pada waktu yang akan datang. Dalam perjamuan itu terdapat pengampunan sebagai gambaran berkat Allah, sehingga pengampunan akan dosa dan pengampunan itulah yang menjadi pengalaman seseorang di waktu sekarang ini.
2.      Kerajaan Allah yang sekarang dan di waktu yang akan datang terdapat dalam pengampunan itu yang menjadi pengalaman seseorang, dan dalam hal ini kita hendaknya memeliharanya.
3.      Doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus kepada murid-muridnya adalah sesuatu yang penting, dan doa itu diajarkan kepada mereka untuk merefleksikan pengalaman individu mereka sebab yang Yesus ajarkan adalah sesuatu yang penting, yang diajarkan kepada mereka untuk berdoa.
Selain itu terdapat juga hubungan antara Kerajaan Allah (eskhatologi) dengan etika, dan inilah yang memang gereja harus terapkan dalam kehidupannya bagi sekitarnya:
1.      Sebagaimana dalam Doa Bapa Kami, yang menjadi respon gereja sebagai aspek yang utama akan penyampaian Kerajaan Allah adalah pengampunan akan dosa-dosa. Pengampunan itu menurut Norman Perrin adalah suatu etika tertentu sebab Kerajaan Allah dan etika saling berhadap-hadapan. Pengampunan yang terdapat dalam Doa Bapa Kami dimaksudkan sebagai respon yang baik yang harus dilakukan, sehingga semua orang dapat memasuki dan mungkin bahkan lebih banyaklah lagi memasuki Kerajaan Allah yang ditawarkan baginya sebagaimana Allah dalam pelayanan Yesus sebagai Raja.
2.      Dalam khotbah di Bukit (Mat 5:14; Mat 5:44; Mat 5:38; 6:15) menunjuk kepada Yesus yang menyampaikan Kerajaan Allah. Adapun khotbah ini menuntun para murid untuk memimpin mereka untuk merespon khotbah Yesus ini, sebab Kerajaan Allah dihubungkan dengan pengalaman pribadi dan manusia bahkan lebih banyak terlibat dalam pengalaman itu. Sebagai contoh terhadap pengampunan dosa itu dimana manusia harus meresponnya dalam mencintai yang lain (musuh). Pengampunan ini membawa manusia kepada persekutuan yang sempurna dan membawa manusia kepada hubungan yang sempurna dengan Allah. Dengan melakukan hal ini maka eskhatologi itu tidak hanya berdiri diawalnya saja, namun manusia membangun sesuatu yang lebih baik. Tidak juga eskhatologi itu hanya berada pada masa yang akan datang sehingga semua orang mempersipakan diri mereka sendiri dengan sikap mereka yang baik, namun eskhatologi Kerajaan Allah berada di awal dan di akhir.
Disamping penjelasan diatas ada beberapa hal yang harus diterapkan setiap orang untuk memahami kerajaan Allah itu. Pertama adalah kerajaan Allah itu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial kita, hendaknya kita tidak memisahkan hal-hal yang rohani dengan hal-hal sosial, sebab kerajaan Allah yang dibangun oleh Yesus membuahkan tindakan sosialnya, bahkan inkarnasi Allah melalui Yesus merupakan perjumpaan dunia rohani dan duniawi. Pengajaran Yesus juga menuntut etika pribadi dan etika sosial kita, sebab etika itu dipelajari dalma konteks sosial kita, yang dimaksud adalah bahwa etika kita tidak hanya lahir dalam lingkungan sosial namun bagaimana etika kita itu mempengaruhi lingkungan sosial kita. Namun yang terpenting yang harus kita pahami bahwa bukanlah kita yang memahami, menyelidiki dan menganalisa kerajaan Allah itu, namun  Allah yang mengundang kita untuk memasuki kerajaan Allah.

5. Kesimpulan
Kerajaan Allah hadir di dunia ini dan hadir setiap saat dan setiap tempat ketika kita menyerahkan seluruh  hidup  bagi Allah. Kerajaan Allah aktif dalam kehidupan kita dan bersifat membebaskan orang yang tertindas,  bersaksi dalam hidup, lahir baru dan memberikan hidup kekal yang merupakan perkerjaan Allah sendiri, dengan alasan ini juga maka Allah telah menyediakan keselamatan bagi manusia dan juga hukuman  bagi mereka yang tidak melakukan kebenaran. Orang yang melakukan kebenaran menandakan bahwa dirinya telah dipimpin oleh Allah dan hidup dalam iman.


MEMBANGUN TEOLOGI REKONSILIASI
MENURUT YOHANES 4

Hubungan orang Yahudi dengan orang Samaria yang tinggal di antara bagian utara Galilea dan bagian selatan Yudea adalah buruk dan secara histories memang dikondisikan demikian. Sekitar tahun 722 SM, pasukan Asyur menyerbu Israel Utara dengan pasukan besar mengalahkannya dan membawa penduduknya ke pembuangan, yang tidak akan pernah dipulangkan kembali, dan menempatkan di situ orang-orang asing yang sebagian mengadopsi agama Israel selama berabad-abad tetapi selalu dipandang bermusuhan oleh orang Yahudi sebagai pendatang semi Kafir. Maka si perempuan yang merupakan orang samaria pada perikop itu selayaknya heran ketika Yesus yang merupakan orang Yahudi berbicara kepadanya dan menyatakan bahwa Dia juga ingin minum air dari tempayannya.
Yesus digambarkan dengan sangat manusiawi dalam ayat 6, duduk di pinggir sumur, kehausan setelah melakukan perjalanan. Yohanes biasanya menggambarkan Yesus dengan menekankan aspek ilahi-Nya. Si Perempuan juga digambarkan sangat manusiawi. Kemunculannya di sumur pada waktu siang sekitar tengah hari (ayat 6), lama sesudah perempuan-perempuan pedesaan memenuhi kebutuhan air untuk hari itu, dapat menggambarkan posisinya yang terisolir dalam masyarakat. Ia dianggap asusila secara seksual, maka ia membiarkan dirinya dan meninggalkan teman-teman laki-lakinya. Meskipun demikian, ia terkesan oleh kata-kata Yesus yang menyembuhkan, dan perempuan itu menjadi missionaris bagi bangsanya. Sehingga sabda Tuhan itu yang menggerakkan dia dari isolasi menuju iman untuk kemudian mengarah kepada missi.
Dalam Injil Yohanes tidak menutup kemungkinan bahwa pasal 4 ini merupakan cerita yang dipengaruhi oleh orang samaria yang baru bertobat. Dalam perikop ini, air merupakan lambang dari kehidupan yang kekal yang diberikan oleh Roh Kebenaran yang merupakan bentuk dari Theological Bi-Levels. Disisi lain perjumpaan Yesus dengan perempuan samaria dipengaruhi oleh missi kepada orang samaria kelak sesudah kebangkitan yang merupakan bentuk sejarah.
Setelah Yesus mengetahui sebagaimana orang farisi yang sudah mendengar bahwa YEsus itu memiliki banyak murida dan juga membaptiskan banyak orang (bukan hanya Yesus saja yang membaptis tapi murid-muridnya juga). Dalam pasal ini dapat dilihat bahwa Yesus tidak membatasi penyataan tentang kemulianNya hanya kepada beberapa kelompok saja (bangsa Yahudi). Tetapi orang samaria pun juga merupakan missi dari Yesus dalam penyataannya. Dalam cerita ini perlu diketahui bahwa hubungan antara orang Yahudi dengan Samaria kurang baik. Disini orang Samaria disebut orang peranakan (pencampuran orang-orang kafir yang didatangkan ke Palestina. Lalu mereka menikah dengan orang-orang Israel yang tinggal disana. Dan turunan mereka itulah disebut orang Samaria). Sebab itulah hubungan orang yahudi dengan orang samaria selalu renggang karena orang yahudi merasa dirinya lebih tinggi derajatnya dan lebih sejati dari pada orang samaria. Ditambah selalu timbul percekcokan tentang cara bagaimana beribadah kepada Allah (Allah Israel). Orang samaria hanya mengakui kelima kitab dari musa sebagai kitab yang sah dari seluruh perjanjian lama. Disamping kitab musa yang kelima itu orang samaria juga mempunyai kitab-kitab lainnya. Diatas bukit Gerizim mereka mendirikan sebuah bait tempat memuji Allah (tempat mereka merajakan hari-hari raja Israel). Pada hari paskah mereka menyampaikan kurban kepada Allah dan disanapulah mereka pergi pada hari raja buah bungaran dan hari raja pondok daun. Dalam hal ini kebaktian-kebaktian mereka sudah kemasukan unsur-unsur kafir. Sebenarnya sama seperti orang yahudi, orang samaria juga mengharapkan kedatangan seorang mesias (Mesias yang mereka harapkan bukan seorang pemimpin politik saja, tetapi juga seorang pengasuh batin). Demikian pertentangan orang yahudi dan samaria yang bukan pertentangan bangsa saja tetapi juga mengenai soal-soal agama (menimbulkan rasa dendam).
Maka pertentangan dalam perikop ini menunjukkan bahwa bagaimana Yesus menembus segala tembok pertentangan antar bangsa dan disitulah Maka pertentangan dalam perikop ini menunjukkan bahwa bagaimana Yesus menembus segala tembok pertentangan antar bangsa dan disitulah Yesus menyatakan dirinya sebagai juru selamat dunia. Dalam ayat 1 terdapat pengaruh atas orang banyak pada saat itu yang dulu sudah sangat berkurang. Sehingga pengikut-pengikut Yesus juga bertambah banyak. Maka orang-orang farisi mulai mengambil tindakan terhadap Yesus sehingga Ia pergi dari Yudea ke Galilea. Sementara dalam ayat 2 diceritakan bahwa Yesus bekerja di Yudea dengan tidak membaptis sendiri (muridNya juga ikut membaptis. Dalam ayat ke-4 Yesus tidak menyusuri sungai Jordan tetapi, melalui negeri samaria (Yesus mengambil jalan itu berdasarkan kehendak BapaNya, termasuk tugas sebagai Juru Selamat kepada domba-domba yang hilang dari bangsa Israel itu). Sementara ayat ke-5 dan ke-6 memberi gambaran tentang keadaan tempat percakapan itu. Ayat ke-7 Yesus tahu bahwa perempuan itu membutuhkan Dia, sehingga pada akhirnya Yesus memberikan pengampunan kepada perempuan itu yang dimulai dari sapaan Yesus kepada perempuan itu. Pada ayat ke-12 terdapat unsure kesombongan dari perempuan itu yang mengatakan Masakan Tuan Seorang Yahudi meminta minum dari saya, seorang perempuan Samaria. Ada 2 sebab mengapa perempuan itu heran, yaitu pertama; karena Yesus mau bercakap-cakap dengan orang samaria. Kedua; karena Ia bercakap-cakap dengan perempuan. Karena pada dasarnya laki-laki Yahudi enggan bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Hal itu dikarena bahwa perempuan dianggap rendah dan hina. Bahkan kaum perempuan tidak boleh mendengarkan pengajaran agama yang diberikan oleh para imam kepada umum.
Kini Yesus menembus tembok adat itu karena Yesus menganggap laki-laki dan perempuan sebagai makluk yang sama dan memiliki harga dan kedudukan yang sama. Yesus-lah yang mematahkan rantai yang mengikat dan membelenggu hidup perempuan yang dianggap rendah dan dihina. Maka Yesus ingin memberikan kedudukan yang sama tingginya dalam masyarakat. Sehingga percakapan Yesus dengan perempuan itu adalah tanda-tanda bahwa perempuan itu hendak dibebaskan oleh Yesus. Dengan penuh kesabaran dan ramah tamah Yesus menyapa perempuan itu sehingga perempuan itu pun mengakui pada akhirnya bahwa Yesus merupakan Anak Allah. Dalam perikop ini arti air hidup merupakan apa yang hendak diberikan Allah kepada kita dalam Kristus yakni: Penghapusan Dosa, Keampunan, Pembaharuan Hidup, Kesucian, Kebenaran, Sejahtera dan Kegembiraan. Yesus mempergunakan istilah air yang hidup karena ada 2 artinya, bukan saja berarti kiasan, tetapi juga air yang diambil dari mata air (sebagai lawan air tenang, air yang mati). Yesus mempergunakan kiasan ini dengan maksud hendak menghidupkan suatu daya batin dalam perempuan itu. Selanjutnya, dalam perikop itu perempuan samaria menjawab dengan menggunakan kata Kurie dari Kurios untuk kata Tuan yang menunjukkan rasa hormat kepada Yesus. Dalam ayat 13 dan 14 Yesus mengakui bahwa Ia lebih dari pada Yakub karena air dari sumur Yakub itu hanya memuaskan dahaga dalam waktu sementara. Tetapi penyataan dalam diri Yesus diberikan untuk memuaskan sesuatu yang tidak dapat dipuaskan oleh dunia yang merupakan kehausan akan keampunan, kehausan suatu hidup permulaan baru dan kehausan akan damai sejahtera. Dengan kata lain Yesus sendirilah yang menjadi sumbernya karena persekutuan dengan Allah tidak berkesudahan dan air itu tetap memancar sampai pada kehidupan yang kekal. Yesus merumuskan pengertian itu dengan kata-kata umum. Bukan ditujukan hanya kepada perempuan samaria itu saja melainkan khalayak ramai. Dalam ayat 15 kesombongan perempuan itu lenyap dan sikap yang demikian dipakai Yesus sebagai pegangan untuk menuju pada inti untuk menyatakan tidak ada perbedaan antara setiap bangsa. Ternyata perempuan itu mengakui segala dosanya. Dalam ayat 24 diminta persekutuan dengan Allah dan penyembahan kepada Ilah-Ilah lain tidak benar. Perempuan itu mendengarkan uraian Yesus dengan keheranan. Dengan demikian perempuan itu menjadi seorang samaria yang pertama mendengar apa yang disembunyikan oleh Yesus kepada orang-orang yang berpengetahuan. Sehingga air yang hidup itu merupakan persekutuan dengan Allah dan juga pada sesama manusia dan pada akhirnya perempuan itu menjadi pemberita Injil atau utusan Injil yang pertama.
Dalam ayat 7 dikatakan bahwa seorang Samaria untuk menimba air. Dalam bahasa Yunani dikatakan bahwa perempuan itu datang dari Samaria ek Samatiaj , yang menunjukkan bahwa perempuan itu sebagai orang yang datang dari Samaria, sebuah negeri, dan bukan dari kota. Namun yang anehnya bagaimana mungkin perempuan datang untuk menimba air pada siang itu? Sebab Yohanes sendiri menyebutkan jam pada hari itu menunjukkan bahwa kedatangan perempuan itu terjadi dalam satu jam. Selain itu kita juga tidak dapat melupakan bahwa perempuan itu membawa timbanya, hal ini menjelaskan bahwa perempuan itu datang dari rumahnya untuk memperoleh air, dan dia datang dengan sendirinya, tidak ada wanita lain yang datang bersama dengannya. Perempuan itu suka pergi ke negeri-negeri untuk memperoleh air bagi keluarganya. Dengan penjelasan ini digambarkanlah karakter dari seorang perempuan itu sebagai seorang yang diasingkan dari kehidupan sosial, sebab dia mempunyai lima suami. Namun dalam ayat ini yang harus kita perhatikan bahwa terdapat keajaiban Yesus akan keramahanNya yang menundukkan diri meminta kebaikan perempuan, dan permohonan ini berasal dari cinta Yesus yang menyelamatkan kesedihan jiwa perempuan itu sendiri.
Dalam ayat 9 dikatakan bahwa Yesus sendiri meminta air itu karena perempuan itu telah menimba airnya dan bukannya belum menimbahnya. Namun perempuan itu kemungkinan memahami Yesus sebagai seorang Yahudi melalui perkataan-perkataanNya. Penjelasan ini menggambarkan bahwa perempuan itu sebagai perempuan yang dengan sikap yang cerdas dalam perasaan sebangsaan. Perempuan itu tidak mengatakan bahwa orang Samaria adalah lawan dari orang Yahudi, namun sebaliknya bahwa orang Yahudilah yang menjadi lawan orang Samaria, hal ini dikarenakan Yesus meminta kebaikan dari perempuan itu sebagai seorang Samaria. Lalu dalam ayat 40dijelakan bahwa orang- orang Samaria yang datang kepada Yesus telah menglami pertobatan dan pertobtan itu dijawab Yesus dengan tinggalnya Ia di Sikhar. Hal ini penting untuk diperhatikan bahwa dalam sejarah pelayanan Yesus penduduk Yerusalem sendiri tidak pernah meminta Yesus untuk tinggal ketika Ia melewati Yerikho, dan tidak ada satu orangpun yang memintaNya tinggal di situ. Dari seni dapat terlihat bahwa telah terjalin rekonsiliasi antara Yesus yang orang Yahudi dengan orang Samaria yang telah menawarkan tempat tinggal bagi Yesus. Kemudian dalam ayat 41 setelah dikatakan pada ayat sebelumnya bahwa Yesus tinggan selama 2 hari, maka hal ini menjelaskan sebagai pengaruh dari banyaknya orang yang telah Datang pada Yesus dan mempercayai Yesus atau dalam kata sederhananya bahwa orang Samaria itu telah percaya oleh karena perkataan Yesus  yang disampaikan selama dua hari, namun selama dua hari itu kita melihat bahwa tidak ada tanda yang dibuat Yesus di Sikhar namun Yesus hanya menyampaikan firmanNya. Dan tanpa disangka banyaknya orang yang percaya juga disebabkan karena firman yang telah didengar oleh perempuan Samaria itu  dan diberitakan kepada orang banyak.