Seorang laki-laki yang kalah dan selalu kalah

Senin, 11 Juni 2012

KIAT MENGENDALIKAN OVERHEADS


KIAT MENGENDALIKAN OVERHEADS
(CONTROL YOUR OVERHEADS)

I.                   ISI RINGKAS BUKU
1.1.            Tanggap terhadap Perubahan
1.1.1.      Dunia yang Berubah
Awalnya perusahaan-perusahaan diorganisasikan sesuai dengan fungsi memaksimalkan produksi yang efisien, suara pelanggan tidak diperhitungkan. Namun kini, konsumen-konsumen ditawari barang-barang alternatif yang sangat beragam, ini menimbulkan beberapa akibat yang menjadi alasan untuk mengendalikan overheads[1], yaitu:
1.1.1.1. Persaingan global
Mulanya pasar dituntut bersaing dalam ruang yang terbatas, jika ada pesaing yang lebih potensial di tempat lain bukan suatu tantangan. Keadaan telah berubah, jika perusahaan melakukan suatu kegiatan maka harus mampu bersaing dalam segala bidang dan tempat.

1.1.1.2. Kompleksitas
Selama Revolusi Industri, minimalisir biaya bahan baku dan SDM menjadi penekanan hingga pengendalian biaya overhead relatif mudah. Kini, kompleksitas telah menembus pasar dan pelanggan dengan kebutuhan yang berbeda, produk yang luas dan operasional yang langsung terlibat dengan produksi barang dan jasa.

1.1.1.3. Layanan pelanggan
Konsekuensi dari peningkatan kualitas layanan terhadap pelanggan ialah fungsi-fungsi overhead menjadi semakin bertambah dan biaya overhead akan melebihi biaya tenaga kerja, karena pengurangan persediaan dan waktu dalam perencanaan kegiatan organisasi.
1.1.2.      Tanggapan Umum
Dunia menjadi tempat yang semakin rumit dan penuh persaingan. Perlu dorongan kuat untuk memahami overhead dan menempatkannya dalam pengendalian dengan melakukan berbagai perubahan yang akan mengatasi kesulitan menangani overhead [2] yaitu:
·         alat-alat analisis baru yang akan memudahkan struktur overhead yang rumit dan mengatasi kekurangan akibat ketidakmampuan menghubungkan input ke dalam output.
·         sistem-sistem penyusunan biaya dan kinerja yang lebih baik agar organisasi berjalan selaras demi memuaskan pelanggan dan memperoleh manfaat penuh.
·         perubahan budaya, organisasi harus diberi kerangka untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan organisasi juga harus memberikan kepercayaan bagi anggota untuk berinisiatif dalam bekerja agar dapat menanggapi perubahan lingkungan yang semakin tidak pasti sambil meminimalkan biaya overhead.
Organisasi perlu memanfaatkan “pekerja-pekerja dari luar” yang tidak dipandang sebagai bagian organisasi yang sesungguhnya. Manfaatnya, perhatian manajemen lebih terpusat namun resiko dari itu adalah kehilangan pengawasan mutu karena pekerja-pekerja itu tidak memperdulikan mutu.

1.1.3.      Pendekatan Lima Langkah
Terdiri dari tinjauan eksternal, analisis kegiatan, perubahan radikal, perubahan terpusat dan perbaikan yang dapat dipertahankan. Ada program alternatif dimana dari langkah 2 dapat langsung pada langkah 4 dengan menghilangkan langkah 3 atau langkah 3 dijalankan paralel dengan langkah 4. Hal-hal yang diperlukan dalam pendekatan lima langkah adalah:
·         Penjadwalan program, yang dilakukan selama 16. 2 minggu untuk langkah 1, 4-6 minggu bagi langkah 2, 3-4 minggu bagi langkah 3, 3-4 minggu untuk melakukan langkah 4 dan 2-3 minggu bagi langkah 5
·         Pemimpin atau penanggung jawab, sebaiknya dipilih dari luar fungsi keuangan seperti dari bidang pemasaran atau operasional.
·         Tim proyek, dalam penerapan pengendalian overhead ini perlu memiliki cukup pengalaman dalam fungsi-fungsi penting, akrab dengan sistem akuntansi dan perlu juga berasal dari luar organisasi.
·         Dorongan, untuk melakukan perubahan berupa keinginan untuk memanfaatkan peluang baru atau reaksi terhadap tekanan untuk melakukan perubahan.
·         Program serta skala perbaikan yang bertambah, dalam lingkungan dimana kepentingan jangka panjang anggota dilayani sebaik-baiknya dengan kerja sama.
·         Struktur pelengkap. Satuan tugas dan wewenang pemantauan menyempurnakan struktur awal berupa struktur pengendalian dan kelompok penyetir.
·         Relasi dengan rekayasa ulang proses bisnis dengan metode analisis kegiatan dan teknik-teknik analisis organisasi yang akan mengidentifikasi letak-letak peluang untuk perbaikan.

1.2.            Tinjauan Eksternal
Tujuan dari keseluruhan langkah ini adalah melihat keluar organisasi dan menegaskan kelayakan tujuan dan strateginya. Untuk mencapainya, tim proyek perlu merumuskan:

1.2.1.      Tujuan-tujuan bisnis[3]
Tujuan-tujuan yang ditetapkan harus tidak menjemukan, melainkan harus dapat diukur, memberikan bimbingan dan meletakkan batasan atas keputusan yang dibuat. Tujuan-tujuan ini tidak dapat dirumuskan dalam satu kalimat karena harus mencakup:
·         Sasaran yang akan digunakan untuk menilai organisasi
·         Pernyataan tentang kendala-kendal yang dihadapi
·         Pasar dan pelanggan yang akan dilayani
·         Produk dan jasa yang akan diserahkan kepada pasar dan pelanggan.
Ringkasan dari analisis-analisis yang sebelumnya dinyatakan dalam bentuk analisis SWOT (Strength, weakness, opportunities dan threat) yang akan mempengaruhi tujuan.

1.2.2.      Sasaran
Kebanyakan organisasi memiliki sasaran laba, pendapatan per saham atau pembayaran dividen, margin atau nilai tambah, laba residu, pangsa pasar dan biaya tahunan. Skala waktu yang berhubungan dengan sasaran sangat penting. Selama bekerja tim proyek harus memikirkan waktu yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan harus ditempatkan dalam konteks rencana bisnis yang ingin dicapai organisasi.

1.2.3.      Segmentasi bisnis
Yang perlu dipertimbangkan dalam membagi segmen bisnis adalah pasar dan pelanggan yang berbeda, saluran distribusi yang didasarkan khusus kepada pasar dan pelanggan, serta produk dan jasa yang perlu diidentifikasi dengan prinsip pertimbangan penempatan berbeda pada kegiatan overhead, dan menghitung profitabilitas produk atau jasa.

1.2.4.      Faktor keberhasilan kritis
Konsep ini muncul  berdasarkan klasifikasi:
·         biaya, yang meliputi biaya pembelian awal, daur hidup dan biaya berulang atau tidak berulang,
·         waktu, yang meliputi, tenggang waktu penawaran, desain, penyerahan dan respons
·         kualitas atau mutu, yang meliputi kedekatan mutu dengan kebutuhan, kesesuaian dengan mutu, keandalan produk dan penyerahan, promosi dan kemasan serta pendukung produk dan jasa. Selain itu perlu perlakuan yang berbeda untuk pasar yang berbeda.

1.2.5.      Kebutuhan pelanggan
Faktor keberhasilan kritis kemudian diperoleh dengan berbicara dengan pelanggan dan meminta mereka untuk menilai dan mengelompokkan tingkat kebutuhan sesuai dengan kepentingannya. Namun tetap ada tahap untuk memahami kebutuhan pelanggan lebih lanjut jika informasi yang diterima masih kurang yaitu dengan analisis terpadu. Informasi kebutuhan pelanggan yang sering dicari tapi jarang ditemukan, akan dihitung yaitu berapa yang akan dibayar seorang pelanggan untuk beberapa unsur layanan, dalam artian penting untuk mengetahui perilaku dari pelanggan. [4]

1.2.6.      Proses bisnis inti
Proses adalah serangkaian kegiatan terkoordinasi yang memenuhi kebutuhan pelanggan yang harus meliputi pemegang andil dan pelanggan, baik kini maupun esok. Proses itu dikategorikan dalam:
·         manajemen rantai pasokan, yang mendefenisikan kebutuhan produk atau jasa pelanggan, menyetujui penyerahan barang dan kegiatan penjadwalan, mengelola kapasitas kegiatan, mendapatkan bahan dan mengawasi persediaan.
·         pengembangan pelanggan, yang meliputi proses mendapatkan pelanggan, mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan dukungan pelanggan
·         pengembangan bisnis yang mencakup proses perencanaan produk, manajemen merkdan pengembangan produk
·         pemeliharaan bisnis yang meliputi proses manajemen SDM, manajemen keuangan dan pemeliharaan sarana dan prasarana.

1.2.7.      Tolak ukur (benchmarking)
Manfaatnya ialah untuk memberitahukan siapa yang terbaik di dunia dalam proses-proses tertentu. Jenisnya dibedakan berdasarkan luas perbandingan yang dilakukan, dimulai dari ruang lingkup yang relatif kecil, yaitu: benchmark ideal, benchmark internal, penelitian penerapan terbaik, perbandingan rasio dan kinerja, benchmark industri dan benchmark proses. Dalam benchmark, output proses harus relevan dengan faktor keberhasilan kritis. Tugas benchmarking yang utama adalah memusatkan perhatian pada proses yang anggotanya sangat menginginkan perubahan dan perbaikan. Benchmarking harus dikerjakan pada tingkat yang rinci, karena pada tingkat ini perbaikan terlihat nyata. Masalah utama disebabkan oleh struktur produk dan jasa yang menghabiskan rata-rata 80% biaya operasional, struktur proses  yang sering tidak sebanding dengan produk dan jasa, serta SDM dan sumber daya modal yang sulit dibedakan dalam pelaksanaannya. Melakukan benchmarking dimulai dengan tim kerja yang mengidentifikasi dan mengunjungi lebih dari satu organisasi pembanding dan mengamati. Perhatian tidak boleh beralih dari daerah yang direncanakan dan harus didokumentasikan dan alokasi waktu yang intensif dan cukup serta pertimbangan penyusunan biaya berdasarkan kegiatannya. [5]

1.2.8.      Kebutuhan informasi
Informasi dibutuhkan dalam menetapkan sistem yang dapat dipertahankan untuk pengendalian overhead. Rantai pasokan biasanya merupakan bagian bisnis yang sarat dengan informasi dan keputusan, yang mendefenisikan produk atau jasa kebutuhan pelanggan, menyetujui penyerahan barang dari kegiatan penjadwalan, mengelola kapasitas kegiatan, mendapatkan bahan dan mengawasi persediaan. Berbagai informasi yang dibutuhkan mencakup, memperoleh pelanggan, mengenali kebutuhan pelanggan dan layanan purna jual yang meliputi reaksi terhadap kebutuhan pelanggan hingga peran penjual yang proaktif, perencanaan produk, manajemen merek, pengembangan produk, manajemen SDM, keuangan dan pemeliharaan prasarana.

1.2.9.      Analisis kepekaan[6]
Perhatian perlu diberikan pada kepekaan hasil-hasil tinjauan eksternal untuk mengadakan perubahan dengan meninjau kembali kesimpulan-kesimpulan berdasarkan informasi yang sedang berlaku dan memahami faktor-faktor penting yang mempengaruhinya.

1.3.             Analisis Kegiatan
Tujuan dari langkah ini ialah ingin mengetahui apa yang sedang dikerjakan di dalam organisasi, mengapa, apakah berjalan dengan baik dan berapa biayanya. Skema analisis kegiatan yaitu, merumuskan lingkup struktur overhead, menetapkan landasan biaya, menciptakan peta kegiatan, menghitung biaya kegiatan, menganalisis atribut dan pendorong, menentukan kaitan antara kegiatan dan proses, menghitung profitabilitas, menilai kebutuhan informasi dan menyusun database.
Banyak analisis berikutnya yang akan dikaitkan dengan biaya, yang merupakan konsep yang paling sulit dimengerti dengan alasan, metode kalkulasi biasanya tidak mencerminkan bagaimana biaya disebabkan oleh perusahaan. Alasan lain yang lebih mendasar adalah tidak ada semacam biaya murni yang terpisah, ini mengacu pada inti persoalan tentang apa yang membentuk biaya. Ketika menghitung biaya produksi, keputusan implisit biasanya ialah penentuan harga jual minimum untuk barang. Ada dua landasan penghitungan biaya, yaitu:
·         Penyusunan biaya serapan penuh akan membagi biaya menjadi biaya langsung yang dialokasikan ke masing-masing produk dan jasa, serta biaya tidak langsung apabila biaya tidak dihubungkan langsung dengan produk atau jasa. Namun sistem ini memberikan banyak informasi yang salah dengan kelemahan mendasarnya yang prinsip penghitungannya tidak mengenai alasan mengapa biaya ada
·         Penyusunan biaya marginal yang membagi biaya menjadi biaya tetap yang tidak berubah sesuai volume produksi dan biaya variabel yang masih akan berubah sesuai volume produksi. Kesalahan yang paling utama dalam sistem ini ialah jika penyusunan biaya marginal diubah menjadi penyusunan harga marjinal. Bila hal ini diulangi maka organisasi tidak akan dapat memulihkan biaya-biaya tetapnya.
Ada satu metode yang didasarkan dengan pendekatan Computer-Aided Manufacture-International, CAM-I yaitu penyusunan biaya berdasarkan kegiatan yang mengklasifikasikan biaya menjadi biaya yang tergantung kepada volume, biaya tetap dan biaya yang tergantung pada transaksi.

1.3.1.      Lingkup Struktur Overhead
Ini mencakup mengenali batas-batas dalam organisasi, merumuskan struktur tertutup yang terdiri dari serangkaian pusat kegiatan yang berhubungan erat dengan pusat biaya, serta distribusi pusat kegiatan yang harus diciptakan apabila ada sejumlah biaya overhead yang penting atau beberapa kegiatan utama yang harus dilaksanakan.[7]

1.3.2.      Landasan Biaya
Situasi yang ideal dalam organisasi adalah mampu memadukan landasan biaya yang digunakan dalam analisis dengan landasan biaya yang resmi dalam laporan keuangan berkala. Sumber informasi untuk mengolah keuangan adalah buku besar umum yang mencatat uang yang dibelanjakan dalam suatu organisasi bahkan sampai tingkatan yang paling rinci, namun ini adalah catatan historis, sementara perilaku biaya selalu berubah. Sumber lain adalah anggaran yang didasari pada perkiraan biaya di masa mendatang bukan hanya sekedar catatan historis, namun tidak secara terperinci. Unsur-unsur biaya yang mungkin dalam suatu organisasi ialah tenaga kerja langsung dan tak langsung, bahan baku dan bahan dapat habis, beban, perjalanan dinas dan akomodasi, penyusutan, serta beban lain.

1.3.3.      Peta kegiatan
Peta kegiatan menunjukkan kegiatan yang berlangsung dan menjadi dasar bagi analisis selanjutnya. Dimulai dengan mengumpulkan infromasi tentang kegiatan yang perlu dilakukan kemudian dipadukan dengan pustaka kegiatan dan disusun dengan memasukkan perangkat lunak guna menyimpan informasi.

1.3.4.      Biaya Kegiatan
Dimulai dengan mengidentifikasi kegiatan lalu dihubungkan dengan biaya-biaya yang sudah dibagi-bagi. Tahap penanganan dimulai dari biaya tenaga kerja, setelah itu dialokasikan biaya bukan tenaga kerja.

1.3.5.      Atribut dan Pemacu
Atribut merupakan cara mengumpulkan informasi secara terstruktur, meliputi, kelas kegiatan, faktor keberhasilan kritis, penentuan waktu, mutu, perilaku biaya, membuat atau membeli dan penyusunan biaya daur hidup. Pemacu biaya ialah pengaruh umum terhadap biaya, yang meliputi jumlah pesanan khusus, jumlah pelanggan, jumlah pesanan dan jumlah suku cadang. Pemacu biaya digunakan untuk menyesuaikan sumber daya dengan beban kerja.

1.3.6.      Menghubungkan Kegiatan dengan Proses
Manajemen proyek adalah bidang di mana penggunaan grafik untuk menggambarkan hubungan antarkegiatan dengan metode analisis jalur kritis dilanjutkan dengan penyusunan melalui flowchart untuk memahami proses.[8] Ada juga perangkat gabungan dari hardware, software dan manusia yang dapat menunjukkan hubungan antarkegiatan dalam suatu proses, yaitu IDEF0 (ICAM Defenition).

1.3.7.      Menelusuri Biaya ke Obyek Biaya
            Tahap terakhir analisis kegiatan dan salah satu yang memberikan informasi paling berharga, ialah biaya yang ditimbulkan oleh produk dan jasa, pelanggan, dan saluran distribusi. Pelacakan biaya ke obyek biaya tetap lebih sulit daripada pelacakan biaya ke proses, sebab sangat sedikit kegiatan yang dilaksanakan untuk satu obyek biaya tunggal dan diperlukan pencarian faktor pelacakan yang intensif. Dalam pengalokasian kembali dipilih faktor yang paling layak untuk kegiatan tertentu dan membagi jumlah faktor sesuai dengan kelompok produk. Pembagian ini kemudian digunakan untuk mengalokasikan kembali biaya kegiatan ke produk.

1.4.            Perubahan Radikal
            Prioritas untuk mengadakan tindakan perlu disepakati sebelum berjalan. Sebaiknya jangan terlalu banyak prioritas, ditetapkan tidak lebih dari lima prakarsa secara bersamaan, yang merupakan batas yang dapat diserap perusahaan. Setelah prioritas ditetapkan, maka pencarian untuk perbaikan dapat dimulai. Terdapat kemungkinan bahwa dalam beberapa kasus tidak ada perbaikan yang dapat ditemukan, namun pada beberapa kasus lain analisis itu mencapai suatu titik dimana sebuah satuan tugas dapat dibentuk untuk menerapkan perbaikan mengetahui apa yang sedang dikerjakan di dalam organisasi, mengapa, apakah berjalan dengan baik dan berapa biayanya.

1.4.1.      Atribut dan Pemacu
            Analisis atribut dan pemacu menyediakan tinjauan tambahan bagi cara-cara perbaikan kinerja, digabungkan dengan hasil-hasil analisis perbaikan proses dan digunakan untuk mengusulkan perubahan dalam fungsi-fungsi overhead, dengan sebuah pandangan untuk memperbaiki biaya dan tingkat layanan, tenggang waktu maupun mutu.[9]

1.4.2.      Tingkat Biaya dan Layanan
Penurunan biaya sering sekali merupakan tujuan utama sebuah program untuk mengendalikan overhead. Hampir semua tekhnik yang akan dijelaskan berperan untuk menurunkan biaya, menyediakan suatu tingkat layanan tertentu didalam kegiatan. Topik ini lebih bersifat umum, yaitu tukar tambah antara tingkat biaya dan tingkat layanan didalam suatu proses. Trade off ini selalu berkaitan dengan memahami taraf sampai sejauh mana penurunan biaya mempengaruhi mutu layanan kepada pelanggan, atau yang lebih positf, mempertanyakan apakah suatu peningkatan biaya di suatu kawasan akan memberikan nilai yang melebihi biaya yang timbul.

1.4.3.      Mutu Proses
Kesimpulan yang meragukan tentang penelitian ini adalah proporsi transaksi yang rendah berkaitan dengan penambahan nilai bisnis pada saat ini. Tidak semua biaya mutu diperhitungkan melalui kegiatan-kegiatan yang dikategorikan sebagai “pemborosan” di dalam analisis atribut sebelumnya. Dalam beberapa kasus, biaya-biaya akan tersembunyi dalam biaya kegiatan inti dan kegiatan penunjang. Lebih lanjut mungkin terdapat kegiatan yang disebut dengan “kebijaksanaan” yang biaya merupakan bagian dari biaya mutu. Menilai  biaya mutu merupakan satu langkah yang perlu untuk mengurangi biaya tersebut. Tetapi dalam biaya mutu itu sendiri cara ini bukanlah suatu cara yang memadai karena penilaian:
·         Berada dalam bentuk yang memungkinkan dikenalinya penyebab daripada sekedar dampak masalah mutu
·         Dihubungkan dengan mekanisme pengurangan masalah mutu
Perbaikan mutu tentu saja merupakan sebuah topik penting dan dipertahankan dengan baik oleh bahan baku yang ada saat ini. Ditentukan bahwa sepertiga dari jumlah transaksi fungsi overhead dihubungkan dengan mutu dalam satu atau lain bentuk, mutu secara jelas mempunyai peran penting di dalam pengendalian overhead.[10]

1.4.4.      Studi Kasus Penyusunan Biaya Daur-Hidup
Permintaan bagi manajemen perusahaan adalah tugas yang berat, dan tanggapan terhadap permintaan ini mejadi landasan dua buah studi kasus berikut. Pertama, berkaitan dengan perbaikan daur-hidup produk pakaian-jadi yang dirancang, studi kasus kedua berkaitan dengan penghitugan profitabilitas produk. Pelanggan dasar untuk kedua studi kasus adalah sebuah contoh penyusunan biaya berdasarkan kegiatan yang penting. Dianjurkan agar daur pengoperasian fundamental perusahaan diubah secara radikal. Fungsi desain bukan hanya harus diberi sumber daya, diawasi, dikendalikan, dan dilengkapi dengan lebih baik, tetapi pendekatan terhadap pengadaan kain juga diubah secara radikal. Dampak perubahan ini juga akan mempengaruhi hubungan perusahaan dengan pemasok-pemasoknya.

1.4.5.      Rasionalisasi Segmen
Sangat bermanfaat memperhatikan bahaya rasionalisasi segmen jika terlalu antusias dengan bidang ini, jauh lebih muda menutup bagian bisnis daripada menciptakan bagian-bagian baru, dan sikap hati-hati diperlukan ketika mengurangi volume (yang merupakan hal muthlak dalam pelaksanaan rasionalisasi) sehingga terdapat kontribusi yag cukup, yaitu selisih antara pendapatan dan biaya-biaya tetap dan dapat dihilangkan kalau produk ataupun pelanggan tertentu ditinggalkan, betapapun akan ada beberapa biaya yang tidak akan berubah dan ini pun perlu untuk dikenali. Dengan mengingat hal ini, pertama perlu menggambarkan beberapa pilihan untuk mengadakan rasionalisasi bisnis dan kemudian menguraikan konsep tentang “biaya penyebab” yang merupakan alat yang lebih baik untuk mempertimbangkan rasionalisasi-rasionalisasi dibandingkan dengan konsep tetap dan variable.

1.4.6.      Efisiensi struktural
·         Rentang kendali, yaitu jumlah staf yang harus menerima laporan dari seorang manager.
·         Lapisan manajemen, yaitu jumlah lapisan di dalam organisasi, dari Eksekutif Kepala sampai pegawai yang paling yunior di dalam suatu bidang tertentu.[11]
       
1.4.7.      Hierarki pelaporan
Pembagian perusahaan kedalam suatu hierarki pusat-pusat bertanggungjawab merupakan langkah penting. Biasannya terlihat bahwa kesulitan timbul dari interfance antara fungsi-fungsi yang berbeda, jadi lokasi interfance ini sangat menentukan. Berbagai pendekatan telah dicoba pada masa lampau, ini ditunjukan dengan keunggulan dan kelemahan sebagai berikut:
·         Organisasi fungsional ini merupakan bentuk tradisional dari struktur, dimana kelompok keahlian atau fungsi tertentu diidentifikasikan dan departemen-departemen dibentuk disekelilingnya.
·         Struktur proyek, suatu unit dibentuk untuk tujuan tertentu, biasanya berupa sebuah proyek yang kemudian dibubarkan.
·         Struktur matriks, dimaksudkan untuk memadukan keunggulan struktur fungsional di dalam pengembangan kesempurnaan fungsional dan mempertahankan keunggulan itu yang berorientasi pada proyek.

1.4.8.      Mempersiapkan Penerapan
*      Konteks, penggunaan satuan tugas digunakan karena perubahan-perubahan yang diusulkan menjembatani struktur departemen. Perubahan yang diusulkan yang terkandung di sebuah departemen tertentu sebaiknya diatur melalui struktur manajemen.
*      Merencanakan garis besar program, merumuskan program-program kerja memerlukan pertimbangan yang hati-hati, dengan tidak membahas gejala-gejala masalah tanpa menyertakan penyebab utamanya, atau menghindari berurusan dengan penyebab utama yang tidak berhubungan langsung dengan kebutuhan bisnis.
*      Analisis biaya/manfaat, setiap perubahan perlu dimasukkan dalam analisis biaya/manfaat, seperti untuk proyek yang berkaitan dengan informasi.
*      Perencanaan proyek, setelah isi program ditetapkan, langkah berikutnya adalah menciptakan sebuah rencana proyek secara garis besar, untuk memeriksa kelayakan program-program yang diusulkan dan saling ketergantungan yang timbul diantara tindakan-tindakan yang berbeda.
*      Menempatkan tenaga kerja di dalam satuan tugas, memilih seorang pemimpin untuk setiap satuan tugas. Hal ini dapat menjadi suatu pilihan yang sulit, pemimpin itu harus memahami pokok masalahnya secara menyeluruh.
*      Satuan tugas sistem informasi, yaitu menetapkan agenda pengembangan departemen sistem informasi, serta bekerjasama dengan mereka dalam menerapkan pengembangan prioritas dan memantau hasil-hasilnya.
*      Memberi pengarahan singkat kepada satuan tugas, yang harus mencakup penyataan singkat tentang kerangka acuan satuan program, tujuan dan komposisi mereka serta ringkasan rencana proyek secara garis besar.[12]

1.4.9.      Studi Kasus Profitabilitas Pelanggan dan Produk
Pelanggan hanya memiliki profibilitas sedang karena timbulnya biaya memasok banyak pesanan berukuran kecil. Sedangkan pelanggan besar  memiliki kemampuan untuk memaksa pemberian pemotongan harga. Kelangsungan dalam hal ini adalah produk dapat dibenarkan dengan harapan apabila volumenya bertambah meningkat, produk itu akan menguntungkan. Pada umumnya tinjauan penyusunan biaya berdasarkan kegiatan membantu produk yang menggabungkan volume tinggi dengan jumlah pesanan produksi yang rendah dan jumlah unit penahanan persediaan tersendiri.

1.5.            PerubahanTerpusat
·         Meningkatkan keefektifan kegiatan-kegiatan pendukung dan kebijaksanaan
·         Mengidentifikasikan perbaikan-perbaikan efisiensi, dan menyesuaikan sumber daya dengan beban kerja, dan juga menetapkan tingkat perbaikan kinerja yang mungkin secara berkesinambungan.
·         Mengidentifikasikan lingkup pengurangan biaya dengan lebih banyak menerapkan penghematan bagi staf dan bahan baku.
·         Mengidentifikasi peluang-peluang untuk meningkatkan kendali overhead yang lebih baik melalui pengenalan kekuatan pasar.
·         Menerapkan sistem dan teknologi informasi
·         Mempersiapkan implementasi (penerapan) perubahan.

1.5.1.      Memeriksa Keefektifan
            Dalam defenisi ini terkandung konsep nilai output kegiatan harus berharga bagi orang-orang yang menerimannya dengan membicarakan ukuran nilai kegiatan dalam memuaskan kebutuhan pelanggan dan meneliti nilai kegiatan, sepanjang kegiatan itu mempunyai output yang dapat diidentifikasikan dan digunakan oleh penerima yang dapat diidentifikasikan.[13]

1.5.2.      Penghematan
Unsur penghematan berkaitan dengan akuisisi sumber daya dan sumber biaya efektifitas yang telah dibagi untuk pegawai dan bahan baku ataupun layanan yang dibeli dari luar. Proporsi biaya-biaya yang terbentuk karena pembelian bahan baku dan jasa untuk persediaan akan bervariasi antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Dalam siklus pembelian harus ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu, meneliti pasar, spesifikasi barang, pemilihan pemasok, pemesanan, pengiriman, penyimpanan dan pembayaran. Pendekatan Pasar Terhadap Penyediaan Jasa.
Metode untuk mengendalikan overhead yang telah diuraikan sangat menentukan, meliputi analisis dan penetapan tingkat layanan serta sumber daya dari pusat sebuah organisasi, setelah diadakan pengumpulan data oleh tim proyek. Ada beberapa kasus dimana hal tersebut tidak mungkin dilaksanakan karena organisasi terlalu besar dan kompleks untuk dianalisis dengan rincian yang secukupnya. Selain itu, dipusat tidak ada otoritas yang cukup untuk menentukan sumber daya yang harus ada.

1.5.3.      Sumber dan Teknologi Informasi
Sistem dan teknologi informasi memungkinkan barang dan jasa yang diterima pelanggan disejajarkan dengan kebutuhan, bahkan walaupun sistem dan teknologi itu hanya diterapkan dengan suatu cara yang terbatas. Manfaat dapat diperoleh melalui pemasangan sistem dan teknologi secara lokal dan manfaat ini sering sekali diperoleh dengan cepat dengan hanya satu investasi yang kecil.[14]

1.6.            Perbaikan yang dapat Dipertahankan
Tujuan hal ini adalah memastikan bahwa perbaikan pengendalian overhead yang telah ditandai ketika pekerjaan sampai pada tahap berorientasi pada proyek yang dapat diterapkan dan dipertahankan.

1.6.1.      Kultur organisasi
Pilihan-pilihan yang berbeda untuk bisnis, misalkan metode fungsional atau proses dan memikirkan berbagai pengukuran efisiensi organisasi. Dalam membehas kultural organisasi diawali dengan suatu peninjauan tentang bagaimana organisasi  itu diperhitungkan pada masa lampau.

1.6.2.      Penilaian kinerja
Pilihan penilaian kinerja yang dipilih perusahaan sangatlah rawan, pada masa lampau terdapat kritik yang adil terhadap penilaian kinerja yang harus digunakan perusahaan, atau yang dipaksakan untuk digunakan.

1.6.3.      Sistem Informasi Manajemen
Progam lima langkah sangat padat akan informasi. Meletakkan overhead dibawah kendali akan menjadi bagian penting dari tim proyek. Diperlukan rencana pengaturan untuk pengumpulan data rutin guna menyediakan informasi manajemen yang dikembangkan seteleh proyeksi selesai. Penerapan ini akan menjadi tanggungjawab satuan tugas sistem informasi.

1.6.4.      Mutu terpadu
Hal ini digunakan untuk penggunaan sistem perencanaan, penyusunan anggaran, dan pemantauan, yang tentu saja sangat penting bagi pengendalian overhead jangka panjang.

1.6.5.      Studi Kasus Perubahan Organisasi
Studi kasus terakhir mengandung ringkasan yang berguna dari banyak teknik yang diusulkan dalam program ini, khususnya penggunaan riset pasar untuk membimbing kearah penurunan biaya overhead. Tahap-tahap awal meliputi analisis kegiatan terhadap operasi dan penerapan benchmarking. Hal ini kemudian diikuti oleh program yaitu, yang berkaitan dengan upaya menentukan kebutuhan pelanggan, meninjau ulang struktur organisasi dan meneliti nilai dan efisiensi operasi. Program ini sangatlah cocok dengan proyek rekayasa ulang proses bisnis yang akan dilakukan oleh perusahaan. Penetapan kebutuhan pelanggan merupakan bagian penting dari proyek dan penjelasan tentang kegiatan Wilayah dan kegiatan kantor pusat juga merupakan satu langkah penting didalam desaign proses baru.[15]

II.                TANGGAPAN TEOLOGI
2.1.            Tanggap pada Perubahan
Berbagai perubahan yang terjadi di dalam dunia turut mempengaruhi sistem manajemen yang berlaku di berbagai perusahaan, organisasi dan lembaga. Keberhasilan yang mengikutinya juga tidak tetap seiring perubahan dunia. Namun tidak demikian halnya dengan gereja. Gereja sebagai sebuah organisasi harus bisa menentukan jati diri dan keberhasilannya dengan tidak mengikuti berbagai pengaruh buruk dari perubahan dunia karena gereja bukan sebagai organisasi yang serupa dengan dunia namun harus tetap tanggap akan setiap perubahan dari dunia. Berdasarkan pengertiannya, gereja dalam bahasa Yunani yaitu ekklesia yang merujuk kepada makna dipanggil keluar dari dunia.[16] Gereja dibangun di atas satu dasar yaitu Yesus Kristus, sehingga segala bentuk manajerial yang dilakukan adalah berdasarkan teladanNya, bukan bersifat kontrol otoriter atas pikiran dan tingkah laku jemaat.[17] Dalam konteks gereja, ilmu manajemen dan kepemimpinan sangat penting untuk diketahui dan dilaksanakan agar harapan dari warga jemaat dapat berjalan dengan baik, demi dan untuk kemuliaan Tuhan dan kebahagiaan warga jemaat. Perubahan yang terjadi di dunia ada juga yang bersifat membangun, seperti teknologi dan informasi. Gereja juga perlu mengadopsi perkembangan teknologi dan informasi untuk membangun jemaat. Contohnya untuk membekali jemaat dengan pelatihan dan pengembangan yang dibutuhkan jemaat. Itu juga merupakan tanggung jawab pemimpin gereja dalam melayani kebutuhan jemaat akan teknologi dan informasi sesuai dengan makna pemipin yang melayani dan berkorban.[18] Namun gereja juga harus tetap selektif dalam menyeleksi teknologi dan informasi yang membawa perubahan yang baik dan mana yang justru memberikan pengaruh buruk.

2.2.            Pendekatan Lima Langkah Dipandang dari Segi Teologis
Biaya overhead adalah elemen dari biaya produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi yang meliputi biaya-biaya bahan tak langsung, atau disebut juga biaya pendukung di luar dari bahan-bahan pokok. Biaya overhead  biasanya tidak mudah diidentifikasikan atau dibebankan langsung pada suatu pekerjaan. Dalam manajemen suatu perusahaan di butuhkan alokasi dana untuk biaya overhead dan pengendalian untuk ini juga perlu agar biaya keseluruhan perusahaan dapat dijalankan dan dipergunakan sesuai dengan program yang direncanakan. Ruppert Booth, dalam bukunya “Kiat Mengendalikan Overheads” mencantumkan “pendekatan lima langkah” sebagai metode yang baik untuk mengendalikan biaya overhead. Pendekatan yang terdiri dari tinjauan eksternal yang melihat keadaan ke luar organisasi sehingga dapat menjadi pertimbangan sebelum memutuskan suatu tindakan. Analisis kegiatan, yang bertujuan untuk mengetahui apa yang sedang dikerjakan di dalam organisasi, mengapa, apakah berjalan dengan baik dan berapa biayanya. Perubahan radikal yang harus dilakukan mengetahui apa yang sedang dikerjakan di dalam organisasi, mengapa, apakah berjalan dengan baik dan berapa biayanya. Kemudian perubahan terpusat dan perbaikan yang dapat dipertahankan. Biaya overhead harus diatasi agar tidak menjadi kerugian bagi suatu organisasi. Namun selain itu masih ada langkah yang perlu diperhatikan selain dari metode-metode terencana.

2.3.            Penghematan
Sudah sangat mengakar pepatah “hemat pangkal kaya” dalam pikiran setiap orang. Secara naluriah, setiap orang dapat mengetahui bahwa cara yang paling efektif untuk mengelola uang ialah dengan menghemat, jangan sampai terjadi “besar pasak daripada tiang” atau pengeluaran lebih besar dari pendapatan. Sedangkan untuk biaya bahan-bahan pokok misalnya untuk suatu organisasi perindustrian, dilakukan penghematan. Apalagi untuk biaya overhead atau biaya tak langsung dalam suatu organisasi tentu saja semakin menuntut perhitungan dan perhatian yang jeli. Namun penghematan yang dilakukan secara teknis tidak hanya untuk biaya. Bisa juga dalam bentuk penghematan aplikasi atau penggunaan energi. Karena itu juga mengarah langsung kepada penghematan biaya.
Dalam organisasi lain, biaya yang dikeluarkan adalah untuk memastikan bahwa layanan atau produk yang disediakan bagi pelanggan sesuai dengan tuntutan mereka namun tentu saja tetap dengan pertimbangan penghematan.[19] Begitu juga dengan gereja, dalam pelaksanaan kegiatan gereja juga butuh alokasi dana baik keperluan gereja dan jemaat, namun bukan berarti itu merupakan hal yang paling utama dalam fungsi gereja. Sebaiknya majelis gereja serta perangkat gereja yang lain memiliki kemampuan untuk mengelola keuangan di dalam gereja dengan hemat. Gereja sebagai milik Allah tentu harus menjalankan hal dana dan biaya yang sesuai dengan perintah Allah.[20] Selain dengan arahan yang baik dalam khotbah, Gereja juga perlu merencanakan pengelolaan uang baik untuk jangka pendek atau jangka panjang demi kepuasan akan kebutuhan jemaat. Dalam pengelolaan biaya untuk gereja tentu sudah mencakup pemenuhan unsur-unsur kebutuhan jemaat.
Dengan pengelolaan dana yang baik maka kebutuhan jemaat sebagai warga gereja Allah akan terpenuhi. Tidak seperti organisasi duniawi, gereja harus memiliki metode yang baik dalam pengelolaan keuangan untuk pemenuhan kebutuhan jemaat yang justru harus menuntun jemaat, contohnya investasi. Ketika jemaat membutuhkan uang, maka gereja tidak memberikan uang dalam bentuk tunai, melainkan dalam bentuk yang masih harus dikelola namun tetap menghasilkan sehingga berguna bagi jemaat untuk waktu yang lama dan tidak habis saat itu juga. Biaya atau dana atau keuangan yang diatur gereja tidak hanya sebatas kepada gereja itu sendiri, namun juga menyangkut kehidupan pribadi jemaat,[21] termasuk keluarga. Gereja harus memberi arahan yang baik bagi keluarga jemaat bagaimana mengelola uang dengan baik.
Menurut Larry Burkett, dalam bukunya “Bagaimana Anda Cerdas dalam Mengelola Uang”, langkah perencanaan dana untuk jangka pendek mencakup, membuat rencana dan sasaran tertulis sebagai patokan, membangun komitmen untuk bagian Allah terlebih dahulu, hapuskan penggunaan kredit, belajar mencukupkan diri dengan apa yang ada,[22] menetapkan sasaran menurut kehendak Allah dan mencari nasihat Kristiani yang akan menolong pengelolaan dana dan keuangan.[23]

2.4.            Evaluasi
Namun diatas segala kiat atau metode untuk mengendalikan biaya overheads baik dalam organisasi-organisasi perusahaan ataupun gereja agar tidak menimbulkan kerugian, hal yang paling urgent dan perlu dilakukan adalah evaluasi. Setiap pengelolaan dana perlu dilaporkan dan dipertanggungjawabkan demi kebaikan dan keadilan bersama. Selain agar dapat mengetahui perincian dari setiap pengeluaran terutama biaya overhead, dengan mengevaluasi pengelolaan kekurangan, setiap organisasi bahkan gereja dapat mengetahui apakah selama ini pengelolaann biaya berjalan dengan baik dan berhasil mencapai target. Dari evaluasi juga dapat diketahui apakah perusahaan atau gereja dalam keadaan surplus ataukah minus. Disinilah setiap organisasi dapat mengetahui kekurangan dan kelemahan yang perlu diperbaiki untuk waktu mendatang. Lagipula segala transparansi itu adalah penting, karena sebagaimana yang setiap orang tahu masalah uang adalah masalah yang sangat sensitif dan sangat membutuhkan kejujuran. Karena secara naluriah setiap manusia akan tergiur tentang uang, seseorang mampu berbuat nekat demi sekeping uang. Dengan mengevaluasi setiap perincian keuangan, bai pemasukan maupun pengeluaran maka setiap perusahaan dan juga gereja dapat menjalankan kefektifannya dengan gemilang. Kemampuan pengelola keuangan dilihat dari seberapa mampu ia mengolah dan mepertanggungjawabkan perincian itu. Bahkan evaluasi tidak hanya perlu dalam masalah keuangan, evaluasi kualitas[24] dan evaluasi kepribadian serta berbagai evaluasi lain terutama mengenai visi dan misi, bahkan evaluasi struktural bagi perusahaan juga perlu dilakukan agar secara struktural, organisasi itu dapat mengetahui bagian mana yang perlu diperbaik dan ditingkatkan atau diminimalisir.
Dalam gereja juga hal ini diperlukan. Pemimpin gereja harus bekerja sama dengan majelis gereja lainnya dalam mengelola biaya dan keuangan di dalam gereja dan kesemuanya itu harus dilaksanakan secara transparan hingga dapat dipertanggungjawabkan di hadapan jemaat. Tanpa anggaran yang baik dan bisa dipercaya maka organisasi termasuk gereja akan berjalan dalam kegelapan.[25] Dengan mengevaluasi anggaran dana di dalam jemaat maka gereja juga akan semakin mapan dan penggunaan dana dapat dialokasikan dengan sebaik-baiknya dan setepat-tepatnya. Dengan demikian, pengelolaan biaya yang baik itu akan membantu gereja mencapai tujuannya. Dalam mengelola biaya bagi jemaat, hamba TUHAN bersikap jangan serakah, selalu gunakan aspek diakonal (melayani), jangan pelit dan gunakan uang demi keperluan positif[26], jangan menjadi pelayan yang cinta uang, karena siapa yang mencintai uang tidak akan puas dengan uang.[27]

III.       KESIMPULAN
3.1.      Kesimpulan
·         Biaya overhead merupakan salah satu unsur harga pokok produk biaya ini merupakan elemen biaya produksi yang relative besar dan sulit pengendaliannya, serta tidak mudah dibebankan secara langsung kepada suatu hasil produk tertentu. Biaya operasional adalah biaya variable (tidak tetap) yang besarnya tergantung pada jumlah produk yang diproduksi. Misalnya dalam sebuah usaha penyulingan minyak dan cengkeh, biaya operasional meliputi bahan baku berupa daun cengkeh, tenaga kerja, konsumsi tenaga kerja (makan dan rokok, biaya pemeliharaan, biaya telepon dan listrik.)
·         Overhead cost adalah semua biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
o       Biaya Overhead variable
o       Biaya Overhead tetap
o       Biaya Overhead campuran
·         Biaya overhead variable adalah biaya overhead yang jumlah totalnya akan berubah sebanding dengan volume kegiatan. Contoh biaya overhead variable adalah biaya bahan penolong.
·         Biaya overhead tetap adalah biaya overhead yang biaya totalnya (dalam kisaran tertentu tidak berubah walaupun terjadi perubahan volume kegiatan) contoh biaya overhead tetap adalah biaya pajak bumi dan bangunan, biaya penyusutan aktifa tetap, dan biaya sewa gedung.
·         Biaya overhead campuran dapat dibedakan menjadi biaya overhead semi variable, misalkan biaya listrik dan telepon, dan biaya overhead bertahap misalkan gaji supervisor dan gaji inspektur.

3.2.      Saran
·         Hendaknya buku ini bukan hanya menekankan terhadap perusahaan saja, tetapi perlu juga dalam lembaga sosial ataupun gereja agar gereja dapat lebih berkembang.
·         Untuk memperkaya isi buku hendaklah menggunakan bahan yang lebih mudah dicerna agar pembaca awam tertarik untuk membaca buku ini.
·         Sebelum melayani hendaklah mengumpulkan segala informasi yang ada tentang apa yang diperlukan agar pelayanan dapat dilakukan dengan baik.
·         Melayani melalui kunjungan rumah tangga dan juga melakukan pendekatan terhadap tokoh-tokh masyarakat dan kategorial.
·         Jika ingin melakukan suatu kegiatan dalam gereja maka hal yang pertama yang harus dilakukan adalah menyusun pengurus atau panitia.



[1] Ruppert Booth, Kiat Mengendalikan Overheads, Pitman Publishing, London 20002 :hlm. 1
[2] Ruppert Booth, Kiat Mengendalikan Overheads,: hlm. 8.
[3] Ruppert Booth, Kiat Mengendalikan Overheads,: hlm. 30.
[4] Ruppert Booth, Kiat Mengendalikan Overheads,: hlm. 51.
[5] Ruppert Booth, Kiat Mengendalikan Overheads,: hlm. 69.
[6] Ruppert Booth, Kiat Mengendalikan Overheads,: hlm. 82.
[7] Ruppert Booth, Kiat Mengendalikan Overheads,: hlm. 104.
[8] Ruppert Booth, Kiat Mengendalikan Overheads,: hlm. 129.
[9] Ruppert Booth, Kiat Mengendalikan Overheads,:hlm.171
[10] Ruppert Booth, Kiat Mengendalikan Overheads,:hlm. 182-184
[11] Ruppert Booth, Kiat Mengendalikan Overheads,:hlm. 194
[12] Ruppert Booth, Kiat Mengendalikan Overheads,:hlm. 198-203
[13] Ruppert Booth, Kiat Mengendalikan Overheads,: hlm. 220
[14] Ruppert Booth, Kiat Mengendalikan Overheads,:hlm. 236-245
[15] Ruppert Booth, Kiat Mengendalikan Overheads,: hlm.288-290
[16] Jahenos Saragih, Manajemen Kepemimpinan Gereja, Suara GKYE Peduli Bangsa, Jakarta 2008: hlm. 14.
[17] Kenneth O. Gangel, Membina Pemimpin Pendidikan Kristen, Gandum Mas, Malang 2001:hlm. 91.
[18] Kouzes & Posner,  Menjawab Tantangan Pemimpin Masa Depan, Buana Ilmu Populer, Jakarta 2006: hlm. 4.
[19] Lesley Munro Faure & Malcom Munro Faure, Implementing Total Quality Management, Alex Media Komputindo, Jakarta 2002: hlm. 1-7.
[20] John Mac Arthur, Kitab Kepemimpinan: 26 Karakter Pemimpin Sejati, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2011:hlm. 40-41.
[21] Warren W. Wiersbe & Howard F. Sudgen, Memimpin Gereja secara Mantap, Lembaga Literatur Baptis, Bandung 2003:hlm. 122.
[22] P. Octavianus, Manajemen dan Kepemimpinan menurut Wahyu Allah, Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, Malang 2007: hlm. 156-158.
[23] Larry Burkett, Bagaimana Anda Cerdas dalam Mengelola Uang,: Sebuah Studi Alkitab mendalam tentang Pengaturan Keuangan Pribadi, Interaksara, Batam 2005: hlm. 67-75.
[24]Yoga Anggoro, Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Transmedia Pustaka, Jakarta 20084: hlm.  26.
[25]Haryono Soemarsono, Manajemen Plus, Lembaga Literatur Baptis, Bandung 2004: hlm. 56.
[26] Materi Kuliah dari Pdt. J. Boangmanalu,
[27] Sugiyanto Wiryoputro, Dasar-dasar Manajemen Kristiani, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2008: hlm. 6-7.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar